Cari Blog Ini

Senin, 21 Maret 2011

Mengamati Diri


Tidak ada orang yang dapat mengajarkan cara atau metode mengamati diri Anda. Tidak ada seorang pun dapat membantu Anda. Ketika Anda menemukan suatu teknik untuk mengamati diri Anda, berarti Anda sudah diprogram lagi. Tetapi, mengamati diri – meneliti diri – sangat penting.

Mengamati diri tidak sama dengan “sibuk dengan diri sendiri.” Mengamati diri berarti meneliti segala sesuatu yang terjadi di dalam diri Anda dan sekeliling Anda seluas mungkin. Amatilah seakan-akan hal itu terjadi pada orang lain. Anda tidak melibatkan diri dengan kejadian yang terjadi pada diri Anda. Pandanglah kejadian-kejadian itu seakan-akan Anda tidak punya hubungan dengan kejadian-kejadian itu.

Hal yang membuat Anda menderita karena perasaan tertekan dan perasaan cemas adalah karena Anda mengidentifikasikan diri dengan perasaan tersebut. Anda mengatakan, “Saya tertekan.” Tetapi sesungguhnya Anda tidak tertekan. Lebih tepat mengatakan, “Saat ini saya mengalami perasaan tertekan.” Anda tidak identik dengan perasaan tertekan yang sedang Anda alami. Itu merupakan pemikiran yang semu, semacam ilusi.

Bila kita ingin memakai perumpamaan awan, maka Anda adalah langit yang mengamati awan-awan. Anda menjadi pengamat yang pasif, berjarak. Amati! Perhatikan dengan teliti!

Yang jadi masalah bagi orang-orang adalah mereka sibuk membereskan berbagai hal yang tidak mereka mengerti. Tidak pernah kita sadari bahwa hal-hal itu tidak perlu dibereskan. Berbagai hal itu perlu dipahami. Bila Anda memahami berbagai hal itu, maka hal-hal itu akan berubah. Itulah pencerahan.

(Dari: Buku Awarness – Butir-Butir Mutiara Pencerahan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1999) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar