Cari Blog Ini

Sabtu, 31 Maret 2012

Aktivis

Seorang aktivis kembali menanyakan, terang macam apa yang masih ia perlukan.

"Terang untuk mengetahui perbedaan antara seorang pencinta dan seorang aktivis," kata Sang Guru. "Seorang pencinta mengambil bagian dalam suatu simfoni."

"Seorang aktivis?"

"Seorang aktivis sibuk dengan bunyi genderangnya sendiri," kata Sang Guru.

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Realitas Objektif

Seorang filsuf memberi uraian panjang lebar tentang "realitas objektif" kepada Sang Guru.

Kata Sang Guru, "Yang engkau ketahui itu bukan realitas, melainkan persepsimu atas realitas. Yang engkau alami itu bukan dunia, melainkan keadaan pikiranmu sendiri."

"Dapatkah realitas benar-benar dipahami?"

"Ya, hanya oleh orang-orang yang melampaui pikiran mereka."

"Orang-orang macam apa itu?"

"Orang-orang yang telah kehilangan proyektor besar yang disebut sebagai diri. Karena ketika diri hilang, proyeksi pun berhenti. Lalu, dunia dilihat dalam keindahannya yang polos."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Kamis, 29 Maret 2012

Keheningan

Sekali-sekali, kita perlu meredupkan lampu, mengurangi suara, mengecilkan kran, menolak undangan. Kita perlu benar-benar "memasuki kamar kita" dan membiarkannya berbicara kepada kita.

Dengarkanlah keheningan. Ada suatu percakapan utuh yang berlangsung di sana di dalam kesunyian. Biarkanlah keheningan itu menyampaikan kepada hati Anda pesan perdamaiannya yang penuh kekuatan.

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)

Menyendiri

Terkadang kita harus benar-benar "menyendiri" untuk "mengumpulkan."
Kesendirian telah lama menjadi tempat pengungsian para pencari kedamaian,
yakni mereka yang sungguh mengerti dengan baik bahwa apa yang terjadi di dalam diri manusia ketika berinteraksi dengan dirinya sendiri adalah benar-benar sama pentingnya dengan apa yang terjadi ketika berinteraksi dengan orang lain. 

Ciptakanlah sebuah tempat di rumah atau di tempat kerja Anda, di mana Anda dapat melewatkan waktu - menyendiri dengan pikiran dan diri Anda sendiri. Di sanalah Anda akan menemukan sesuatu yang lebih kaya daripada sekadar "privacy."

Di sanalah Anda akan tercipta kembali.

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)

Selasa, 27 Maret 2012

Lebih Suka Kalau....

Sang Guru mendengar seseorang mengatakan, "Saya akan lebih menyukai istri saya, seandainya ia seorang perempuan yang berbeda."

Sang Guru lalu bercerita tentang pengalamannya, ketika ia sedang mengagumi matahari terbenam dari atas sebuah kapal.

"Indah, ya..." katanya kepada seorang perempuan di sampingnya yang juga sedang melihat panorama itu.

"Ya," kata sang perempuan agak ragu, "cuma warnanya seharusnya sedikit lebih merah muda di sebelah kiri sana, ya?"

Kata Sang Guru, "Setiap orang tampak cantik bila engkau membuang harapan dan keinginanmu tentang bagaimana mereka seharusnya."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Minggu, 25 Maret 2012

Dikenang Karena Apa?

Peter F. Drucker
Pakar manajemen Peter F. Drucker (1909-2005), mengingat sebuah pertanyaan yang dilontarkan seorang guru, ketika Drucker berumur 13 tahun. Sang guru mengitari kelas dan bertanya kepada setiap murid, "Engkau ingin dikenang karena apa?"

Tak seorang pun dapat menjawab. Tetapi sang guru tersenyum dan berkata, "Saya tidak mengharapkan kamu menjawab pertanyaan ini sekarang. Tetapi jika kamu masih tidak dapat menjawab pertanyaan ini pada saat kamu berusia 50 tahun, maka kamu telah menyia-nyiakan hidupmu."

Drucker menghadiri reuni teman-teman sekelasnya yang ke-60. Salah seorang teman sekelasnya bertanya, "Apakah kamu masih ingat Pastor Pflieger dan pertanyaan yang diajukannya?"

Mereka semua mengingatnya. Dan setiap orang mengatakan, pertanyaan itu telah membuat perbedaan yang besar dalam hidup, meskipun mereka tidak mengerti pertanyaan itu bahkan sampai berusia 40 tahun.

Mereka telah mencoba menjawab pertanyaan itu sejak mereka berusia 20 tahun, namun jawaban yang mereka peroleh tidak bertahan lama. Diperlukan waktu lebih lama untuk menemukan sesuatu yang benar-benar berarti.

Drucker menuturkan, ia selalu mengajukan pertanyaan itu, dan menemukan bahwa pertanyaan itu mengajaknya untuk membarui diri. Pertanyaan itu mendorongnya untuk melihat dirinya sebagai pribadi yang berbeda - pribadi yang dapat ia capai.

Drucker percaya, orang-orang akan sangat beruntung jika ada seseorang yang mengajukan pertanyaan seperti itu kepada mereka di awal kehidupan mereka. Kemudian mereka akan terus-menerus mengajukan pertanyaan itu sepanjang hidup mereka: Engkau ingin dikenang karena apa? 

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)

Rabu, 21 Maret 2012

Apakah Engkau Mengenal Saya?

Saya tidak punya rasa hormat terhadap keadilan. Saya melukai tanpa membunuh. Saya menghancurkan hati dan merusak kehidupan. Saya cerdik dan jahat. Semakin saya dikutip, semakin saya dipercayai. Saya berkembang dalam setiap tingkatan masyarakat.

Korban-korban saya sangat tidak berdaya. Mereka tidak dapat melindungi diri sendiri melawan saya, karena saya tidak mempunyai wajah. Mengejar dan menangkap saya tidak mungkin. Semakin keras engkau berusaha, semakin sulit menangkap saya.

Saya bukan teman siapa pun. Sekali saya menghancurkan nama baikmu, akan sulit pulih kembali seperti sediakala. Saya menjatuhkan pemerintahan dan merusak pernikahan. 

Saya menghancurkan karier, menyebabkan malam yang menggelisahkan, sakit hati, dan pedih. Saya membuat orang-orang tak berdosa menangis. Saya membuat berita-berita utama yang menyakitkan hati.

Saya disebut gosip!

Maka, jika engkau ingin bercerita tentang seseorang... pertimbangkanlah: Apakah itu benar? Apakah itu perlu?  Apakah itu baik? Jika tidak, tak perlu mengatakannya. 

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna - 100 Cerita Bijak jilid ke-5, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)

Sabtu, 17 Maret 2012

Mengubah Diri

"Bagaimana saya dapat mengubah diri?"

"Engkau adalah dirimu sendiri, maka engkau tidak akan bisa mengubah dirimu sendiri, sebagaimana engkau pun tidak bisa pergi meninggalkan kakimu."

"Jadi, tidak ada yang dapat saya lakukan?"


"Engkau dapat memahami dan menerimanya."

"Bagaimana saya akan berubah, jika saya menerima diri sendiri?"

"Bagaimana engkau akan berubah, jika engkau tidak menerimanya? Apa yang tidak engkau terima, tidak engkau ubah; paling-paling engkau hanya bisa menekannya."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Rabu, 14 Maret 2012

Menjadi Apa Adanya

Hal paling sulit untuk dilakukan bukanlah melakukan sesuatu,
tetapi menjadi apa adanya.

Kita dilatih dan diyakinkan bahwa 
kita harus tampil, berprestasi, dan mengalami kesuksesan besar.

Kita menjadi begitu terpaku pada apa yang kita lakukan, sehingga kita mengukur nilai kita dengan hal itu.

Kadang, kita bahkan terlalu menyibukkan diri sendiri,
seakan-akan itulah jalan untuk menilai keberadaan kita.

Tetapi, nilai kita yang sesungguhnya 
justru terletak pada keunikan dan kekhasan kita,
bukan pada apa atau seberapa banyak yang kita lakukan.

Menjadi apa adanya...

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)

Senin, 12 Maret 2012

Nasruddin dan Kuda Sultan

Suatu ketika, Nasruddin, seorang bijak yang hidup pada masa kekuasaan sultan, mengucapkan sesuatu yang salah. Pada zaman itu, kita bisa dijebloskan ke penjara gara-gara salah omong. Namun, ia berhasil lolos selama bertahun-tahun. Kini ia mengucapkan sesuatu yang dianggap bidah. Musuh-musuh Nasruddin memanfaatkan situasi itu dan menyeretnya ke pengadilan.

Ia dinyatakan bersalah. Sultan berkata, "Dengar, aku sebenarnya sangat suka padamu. Kamu lucu dan mengasyikkan, kamu menghiburku, sangat bijak, tetapi hukum tetap hukum. Tak ada pilihan lain, aku harus memberimu hukuman mati!"

Nasruddin menjawab, "Sayang sekali.... padahal hamba baru saja hendak mengajari kuda Paduka agar bisa menyanyi."

Ini benar-benar aneh, sultan penasaran. "Kamu bisa mengajari kudaku menyanyi?"

"Ya, tapi hamba butuh sedikit waktu. Tidak bisa dalam semalam saja," jelas Nasruddin.

Sultan sepakat. "Baiklah, aku akan menunda eksekusimu selama 12 bulan. Ajari kudaku menyanyi. Jika berhasil, kamu kubebaskan. Tapi jika gagal, kamu langsung kuhukum mati!"

"Terima kasih banyak, Paduka," jawab Nasruddin.

Ketika Nasruddin meninggalkan gedung pengadilan, salah seorang sahabat Nasruddin berkata, "Sungguh mengagumkan! Aku tak pernah tahu ada orang yang bisa mengajari kuda menyanyi." Nasruddin menjawab, "Kamu benar, tentu tidak ada yang bisa!" Temannya tercengang, "Kalau begitu, kenapa kamu bilang seperti itu ke sultan?"

"Yang penting aku dapat ekstra waktu untuk hidup. Dia bisa saja kalah perang atau mati dalam 6 bulan ke depan. Aku bisa saja mati dalam 9 bulan. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi dalam 12 bulan ke depan?"

Itulah kisah kecil yang menggelitik tentang menyikapi ketidakpastian masa depan.

(Dari: Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2! - 108 (Lagi!) Cerita Pembuka Pintu Hati, karya Ajahn Brahm. Penerbit Awarness Publication, 2011)

Sabtu, 10 Maret 2012

Hidup Sekarang

Apakah Anda percaya bahwa ada suatu tempat yang memberikan kegembiraan, di mana waktu dapat berhenti, di mana Anda dapat bebas dari keinginan, rencana, dan kekhawatiran?

Ada suatu tempat yang seperti itu, dan tempat itulah yang disebut sekarang...

Kita semua diundang - dan diberi hak - untuk "menghabiskan" waktu di sana. Bagaimana kita memasuki saat sekarang?

Dengan menghentikan segala sesuatu dan menyadari saat sekarang. Itu saja.

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)

Selasa, 06 Maret 2012

Kompetisi

"Bukankah kompetisi menghasilkan hal terbaik dari diri kita?" tanya seseorang kepada Sang Guru.

"Kompetisi menghasilkan yang paling buruk, karena kompetisi mengajarimu untuk membenci."

"Membenci apa?"

"Pertama, membenci dirimu sendiri - karena kamu membiarkan tindakanmu ditentukan oleh para pesaing, bukan oleh kebutuhanmu dan keterbatasanmu sendiri. Kedua, membenci orang lain - karena engkau berusaha unggul dengan mengorbankan mereka."

"Tanpa kompetisi berarti lonceng kematian bagi perubahan dan kemajuan," protes seorang lainnya.

Kata Sang Guru, "Satu-satunya kemajuan yang ada ialah kemajuan cinta, dan satu-satunya perubahan yang pantas dimiliki adalah perubahan hati."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Sabtu, 03 Maret 2012

Mendengarkan

Allah membantu kita untuk mendengarkan diri kita sendiri dengan sungguh-sungguh dan sejujurnya.
Apakah yang dikatakan oleh hati kita, ketika kita menyediakan waktu untuk mendengarkannya?

Tetapi, terlalu sering kita membentengi hidup kita dengan hiruk-pikuk, dan terkungkung dalam kesibukan harian yang paling sibuk. Akibatnya, kita gagal mendengarkan bisikan rahasia di dalam hati kita.

Padahal, di dalam hati kitalah tempat menemukan hal-hal penting: 
kehidupan dan kematian, 
Allah dan kebaikan,
derita dan keselamatan,
cinta dan keajaiban.
Dengarkanlah....

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)