Cari Blog Ini

Selasa, 31 Januari 2017

Merobohkan Hidup Rohani yang Nyaman

Inilah yang biasa kita lakukan dalam membangun hidup rohani dan batin kita: membentuk dan menjalankan hidup rohani itu sesuai dengan rencana yang menyenangkan diri kita.

Bangunan hidup rohani kita bentuk sesuai kemampuan kita, minat, dan sarana-sarana yang kita punyai. Dengan demikian, kita dapat hidup aman, nyaman, dan menyenangkan.

Tetapi, tiba-tiba Tuhan datang dan lewat. Dengan sekali sentuh, Ia mengambrukkan seluruh bangunan rohani itu, yang mungkin benar dan tak membahayakan, namun sesungguhnya hanya menjadikan kita "tanggung" dan setengah-setengah saja.

Ketika Tuhan lewat menghampiri kita, kita merasa sedikit sekalilah gunanya segala teori hidup rohani yang indah-indah, yang mungkin juga mengajarkan kepada kita untuk mengingkari diri dan menarik diri dari kesenangan-kesenangan kita.

Ketika Tuhan mengambrukkan bangunan rohani kita, kita merasa semua yang indah tak ada gunanya, jika itu tidak dipraktikkan dan diwujudkan dalam hidup kita yang nyata.

Begitulah sesungguhnya kesucian bisa diraih. Tak seorang pun bisa menjadi suci hanya dengan program dan rencana rohaninya sendiri. Ia harus membalikkan semua rencana, program, dan proyek rohaninya secara total.

Proses ini pahit, terpaksa mengusik kemapanan dan kenyamanan hidup rohani. Tetapi tampaknya tak ada jalan untuk menjadi suci, kecuali dengan rela menerima "paksaan" Tuhan, agar kita mau meninggalkan dan merobohkan bangunan hidup rohani kita, yang kita kira telah kita bangun dengan susah payah, padahal sebenarnya hanya kita bangun sesuai dengan rencana dan rasa kenyamanan kita, serta kita rancang seturut kekerdilan diri kita.

Tuhan menginginkan yang lebih besar, karena itu Ia merombak dan merobohkan apa yang tanggung dan setengah-setengah saja.

                                                              (Abbes Cecile Bruyere, OSB)  

(Dari: Buku Laksana Rusa Mendamba Air - Persembahan Harian 2017. Penerbit Sekretariat Nasional Kerasulan Doa Indonesia)
 

Rabu, 18 Januari 2017

Berani Memaafkan

Tuhan, aku tahu, tak mungkin ada kehidupan bersama, tanpa ada kemauan untuk saling memaafkan.

Tuhan, aku pun tahu, betapa sulit memaafkan teman-teman yang hidup bersama aku dan dekat dengan aku.

Sering, mereka yang kuanggap lawan itu tidaklah datang dari kejauhan, tetapi dari lingkungan yang paling dekat dengan aku.

Orang-orang dekat selingkaran sering bisa saling menyerang dan menjatuhkan, jauh lebih keras dan brutal daripada orang-orang yang saling bermusuhan di kejauhan.

Aku pun mengalami, teman-teman dekat itu sering justru menjadi beban yang tak tertanggungkan bagiku.Sebaliknya, aku jugalah yang sering membuat mereka sedih,marah, dan menderita.

Adakah hal itu wajar, ya Tuhan, sampai Nabi Yusuf pun dibenci dan dibuang oleh saudara-saudaranya sendiri? 

Namun, Kau tak membuat Yusuf jadi pembenci atau pembalas dendam. Yusuf menjadi pemaaf, serta rela memberi makan dan tumpangan bagi saudara-saudaranya yang dulu membenci dan membuangnya. Hatinya tak tega melihat saudara-saudaranya yang terkena bencana kelaparan.

Pada Yusuf, Kau telah membuat yang baik dari yang jahat, untuk menunjukkan, kejahatan itu adalah sia-sia dan akan kalah.

Tuhan, sadarkanlah aku, jika aku membenci, bukan orang lain tetapi aku sendirilah yang akan merugi.

Hidupku jadi tidak tenang karena ingin membalas dendam, tidurku akan terganggu karena setiap kali memikirkan bagaimana aku bisa menderitakan orang yang membenci aku.

Berilah aku rahmat untuk mengerti, ya Tuhan, dengan mengampuni dan memaafkan, bukan orang lain tetapi aku sendirilah yang pertama-tama akan diuntungkan. 

Hidupku tak lagi dijerat dan dibebani dengan bayang-bayang, kapan aku bisa membalas dendam. Aku akan tidur dengan tenang, karena pelbagai beban dendam dan kebencian diam-diam telah terangkat pergi, dan aku menjadi lega sekali.

Tuhan, berilah aku kerahiman-Mu, hingga aku benar-benar sadar dan bisa menjalankan anjuran-Mu: hendaknya aku mengampuni sesamaku tidak hanya tujuh kali, tetapi tujuh puluh kali tujuh. Kuserahkan pada-Mu ya Tuhan, dendam dan kebencianku. Berilah aku pengampunan-Mu. Amin.

                                                                              (Georg Magirius) 

(Dari: Buku Laksana Rusa Mendamba Air - Persembahan Harian 2017. Penerbit Sekretariat Nasional Kerasulan Doa Indonesia)

Senin, 09 Januari 2017

Kisah "Post-It Notes"

Art Fry dan Post-It Notes
Perusahaan 3M mendorong kreativitas dengan memberi kebebasan kepada  para penelitinya menggunakan 15% waktu mereka untuk proyek tertentu yang menarik minat mereka. Kebijakan ini membawa manfaat fantastis bukan hanya bagi para pekerja, melainkan juga kepada perusahaan. Sering kali tercetus gagasan yang melahirkan produk sukses, sehingga secara mengagumkan meningkatkan keuntungan perusahaan 3M.

Art Fry salah seorang ilmuwan di kantor 3M, memanfaatkan waktu kreatif tersebut. Ia anggota paduan suara gereja yang kerap menandai halaman yang dipilih di buku nyanyiannya dengan secarik kertas. Tetapi, potongan kertas itu berulang kali jatuh ke lantai.

Suatu hari, Fry mendapat inspirasi. Ia ingat sejenis perekat yang dikembangkan Spencer Silver, koleganya di perusahaan 3M. Perekat itu dianggap gagal karena tidak merekat dengan baik. 

Fry memanfaatkan perekat itu di kertas penanda halaman buku nyanyiannya. "Ternyata kertas itu bukan hanya menjadi penunjuk halaman yang baik, tetapi juga baik untuk mencatat sesuatu di atasnya. Kertas itu akan tetap di tempatnya selama engkau suka. Engkau dapat memindahkan atau membuangnya tanpa merusak buku," kenang Fry.  

Fry mendapat hadiah besar. Produk kreasinya yang disebut Post-It Notes menjadi salah satu produk 3M yang sangat sukses.  Apa yang pernah dianggap sebagai kegagalan oleh banyak orang, menjadi keberhasilan karena pemikiran kreatif dengan memanfaatkan kesempatan baru.

(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna jilid 5 - 100 Cerita Bijak, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)    

Minggu, 01 Januari 2017

Melampaui Dunia


Kita tidak tahu dan tidak boleh bertanya sebelum waktunya: 
ke mana perjalanan di dunia ini akan membawa kita? 

Ini saja yang perlu kita ketahui:
bagi mereka yang mencintai Tuhan, segalanya akan menguntungkan. Dan selanjutnya, Sang Penyelamat akan membawa kita ke jalan-jalan yang mengarah kepada hal-hal yang jauh melampaui dunia ini.  

Edith Stein/St. Teresa Benedikta dari Salib (1891-1942)

Selamat Tahun Baru 2017