Cari Blog Ini

Selasa, 24 Juni 2014

Tebarkan Perbuatan Baik

Mungkin hal yang aneh, kalau kita berpikir kemurahan hati sebagai suatu strategi bagi kesehatan. Tetapi, ketika kita menemukan bahwa berbuat baik dan bermurah hati memang memberikan manfaat besar dalam mengurangi stres, tidak ada salahnya memberikan ruang khusus dalam kehidupan kita. Kalau Anda ingin emosi Anda terasa ringan, bermurah hatilah kepada orang-orang lain.

Begitu kita merasa telah berlebihan dalam memerhatikan orang lain, maka kita menjadi orang yang melindungi diri sendiri, tidak merasa tertarik bermurah hati dan berbuat baik. Maka, perlu kepekaan untuk memerhatikan kesempatan-kesempatan yang memungkinkan kita melakukan perbuatan baik dengan cara yang benar.

Menurut bapak peneliti stres Dr. Hans Selye, salah satu penangkal terbesar dalam menghadapi kerusakan yang diakibatkan stres yang akan menghampiri kita adalah dengan menebarkan perbuatan baik dalam kehidupan orang lain. 

Kemurahan hati lebih merupakan tindakan, bukan perkataan saja. Niat-niat baik yang tidak dilakukan menjadi kurang berarti. Memakai waktu dan energi dalam bermurah hati akan mengurangi beban hidup. Olahlah ladang kemurahan hati dan Anda akan menuai kebaikan.

(Dari: Buku A Minute of Margin - 180 Inspirasi Harian Mengembalikan Keseimbangan Kepada Hidup yang Baik, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit Pionir Jaya, 2007)

Diingat karena Murah Hati

Andrew Carnegie
Andrew Carnegie (1835-1919), industrialis, pengusaha, dan filantropis Amerika Serikat yang berasal dari Skotlandia. Di mata kebanyakan sejarawan, Carnegie dianggap sebagai salah satu "bangsawan perampok" terkaya dan terkejam pada awal abad ke-20. Meski demikian, warisan abadi Carnegie adalah kemurahan hatinya. Ada sekitar 2.505 perpustakaan yang menyandang namanya - ini hanya sebagian kecil dari kedermawanannya.

Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Carnegie bertanya kepada para akuntannya, "Sejauh ini, berapa banyak yang sudah kuberikan?" Para akuntannya menjawab secara rinci, "Tepatnya US$ 324.657.399." 

Carnegie mengedip-ngedipkan mata dan menelan ludahnya, ketika ia mendengar jumlah tersebut. Setelah pulih dari rasa kagetnya, ia berseru, "Ya, ampun.... dari mana aku memperoleh semua uang itu?"

Kita mencari nafkah kehidupan dengan apa yang kita peroleh,
Kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita berikan. 

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Kamis, 19 Juni 2014

Panggilan SOS

Stasiun kecil yang sederhana untuk penyelamatan, pernah berdiri di sebuah pantai yang terkenal berbahaya, karena sering terjadi kapal karam. Stasiun itu hanya terdiri dari sebuah pondok dengan satu kapal kecil, namun para relawannya tanpa kenal lelah terus mengawasi lautan yang bergelora.

Beberapa dari orang-orang yang mereka selamatkan dan orang-orang yang mengagumi pekerjaan mereka mulai menjadi relawan. Kapal-kapal baru dibeli. Para kru baru dilatih. Beberapa anggota mengumpulkan dana untuk membangun stasiun yang lebih besar dengan perlengkapan lebih baru dan sistem penyelamatan lebih baik.

Seiring berlalunya waktu, stasiun itu mulai berkurang fungsinya sebagai stasiun penyelamatan nyawa. Tempat itu perlahan berubah menjadi klub kapal pesiar. Hanya beberapa orang yang terlibat berpatroli di laut untuk menyelamatkan orang-orang yang berada dalam bahaya.

Akhirnya, tinggal sedikit sekali anggota tim penyelamatan di stasiun itu yang benar-benar berminat dalam misi penyelamatan nyawa. Mereka kini  mempekerjakan kru-kru profesional kapal penyelamat untuk melakukan penyelamatan nyawa hanya jika badai mengamuk.

Suatu kali, sebuah kapal besar mengalami ledakan di dalam kamar mesinnya, dan mulai dimasuki air. Tanda SOS yang diberikan kapal itu luput dari perhatian orang-orang di stasiun penyelamatan nyawa. Mereka sibuk dengan hal-hal lain. Kapal besar itu mulai tenggelam, saat sebuah kapal penyelamat diluncurkan. Banyak orang tewas.

Apakah Anda mendengar "suatu panggilan SOS" hari ini, atau apakah Anda hanya menjadi "anggota klub kapal pesiar"?

Dunia penuh dengan orang-orang yang bersedia: Beberapa orang bersedia bekerja, sisanya bersedia membiarkan orang lain bekerja.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)
 

Senin, 16 Juni 2014

Belum Sampai di Rumah

Dalam perjalanan pulang dari pelayanan seumur hidup sebagai misionaris di Afrika, sepasang manula berada di satu kapal laut bersama Presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt (1858-1919). Sang Presiden sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah ekspedisi perburuan.

Pasangan manula tersebut menyaksikan dengan takjub, kemeriahan sambutan yang diberikan kepada Presiden dan rombongannya. Ketika kapal berlabuh di New York, sebuah band menyambut dan walikota mengucapkan selamat datang kepadanya. Warga setempat mengelu-elukan kepulangan Sang Presiden.

Sementara itu, pasangan misionaris tua keluar diam-diam dari kapal, masuk ke sebuah apartemen murah. Mereka tidak memiliki uang pensiun dan kesehatan mereka memburuk. Si suami, tak habis pikir, mengapa Presiden menerima sorak-sorai; sedangkan mereka telah melewati puluhan tahun pelayanan, tak memperoleh perhatian sedikit pun.

Ia terdiam dengan wajah murung. Namun, tak berapa lama si istri melihat perubahan dalam perilaku suaminya. "Apa yang terjadi?" tanya sang istri. "Tuhan meletakkan tanganNya di bahuku dan hanya mengatakan, 'Kamu kan belum sampai di rumah!'"

Banyak kebaikan dapat dilakukan di dunia, jika orang tidak terlalu peduli siapa yang memperoleh pujian.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Kamis, 12 Juni 2014

Kesederhanaan

Selama berabad-abad kehidupan sederhana telah didefinisikan secara beragam. Tetapi, sesungguhnya gambaran umum tentang kehidupan sederhana bisa dikenali:

* Berdasarkan kemauan sendiri
Bila kehidupan sederhana dipaksakan, maka kesederhanaannya akan hilang. Kehidupan bersahaja jauh lebih bermanfaat jika memang sengaja dipilih berdasarkan kemauan sendiri.

* Bebas
Hidup sederhana adalah hidup yang penuh kemerdekaan, bebas dari kekhawatiran - tentang reputasi, harta, dan hari esok.

* Teratur
Kesederhanaan mengarahkan kita pada keteraturan. Kita menerapkan kehidupan yang tidak menimbun barang dan melepaskan rasa cemas. Memulai hidup baru setiap hari. 

* Alami
Kita menghargai hukum alam. Kita tidak hanya kembali ke alam, tetapi juga kembali kepada Allah yang menciptakan alam.

* Kreatif
Hidup tidak membosankan meski sederhana. Kesederhanaan membuat imajinasi bebas bekerja dan menikmati sesuatu.

* Otentik
Gaya hidup sederhana didedikasikan untuk nilai yang otentik - hal-hal yang bernilai kekal seperti kasih, pelayanan, pujian, doa, relasi, dan istirahat.

* Terfokus
Memfokuskan diri pada apa yang baik, benar, dan kekal. Tanpa fokus itu, kita akan menyimpang.

* Disiplin
Kenyamanan bukanlah tujuan utama, karena itu bisa dimengerti pencari kesederhanaan mungkin akan mengalami ketidaknyamanan. Melakukan sesuatu tanpa kenyamanan kerap diperlukan.

* Rajin
Kehidupan yang sederhana tahu cara beristirahat, namun juga tahu cara bekerja. Sangat baik jika kita memulai dan mengakhiri sendiri pekerjaan yang kita lakukan, serta memiliki kebanggaan akan proses dan hasilnya. 

Kehidupan yang dipilih berdasarkan kemauan sendiri dan dijalankan dalam kebebasan; kehidupan yang alami dan tidak ruwet; kehidupan yang terfokus, rajin, dan berdisiplin; kehidupan yang ditandai dengan kreativitas dan otentisitas spiritual - suatu kehidupan yang sehat bukan?

(Dari: Buku A Minute of Margin - 180 Inspirasi Harian Mengembalikan Keseimbangan Kepada Hidup yang Baik, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit Pionir Jaya, 2007)

Minggu, 08 Juni 2014

Kemauan dan Jalan

Irwin W. Rosenberg, seorang perwira angkatan laut junior di Amerika Serikat, diberhentikan dari dinas militer setelah ia didiagnosis menderita kanker - prosedur militer standar saat itu. Kehilangan pekerjaan merupakan pukulan besar baginya, namun ia bertekad mendapatkan kembali kesehatan dan pekerjaannya. 

Dengan iman dan tekad baja, ia berjuang melawan penyakit yang berusaha mengambil alih tubuhnya. Penyakit itu akhirnya berhasil dikendalikan. Irwin lalu memusatkan perhatian untuk menjadi perwira angkatan laut lagi, meskipun ia tahu peraturan melarang dikembalikannya posisi seseorang yang diberhentikan karena kanker.

Semua orang mengatakan kepada Irwin, "Menyerah saja. Dibutuhkan sebuah undang-undang Kongres untuk dapat memperoleh kembali posisimu." Perkataan itu memberi Irwin ide - ia akan mengajukan sebuah undang-undang Kongres!

Presiden Harry S. Truman (1884-1972) kemudian mengesahkan sebuah rancangan undang-undang istimewa yang memungkinkan Irwin didaftarkan kembali menjadi laksamana muda di armada ketujuh Amerika Serikat.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan - dapat diterapkan pada hampir semua keadaan dalam kehidupan. Jika kehendak kita sejalan dengan kehendak Tuhan, dengan pertolonganNya kita dapat melakukan apa saja!

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Selasa, 03 Juni 2014

Ujian Ketahanan


Tidak semua banteng muda berhasil masuk ke arena adu banteng. Banteng-banteng dipilih dengan teliti untuk memainkan bagian mereka dalam pertunjukan tersebut.

Salah satu tes terakhir untuk seekor banteng muda diselenggarakan di dalam arena adu banteng, tetapi jauh dari sorak-sorai para penonton. Banteng muda yang diuji ini hanya dibangkitkan amarahnya oleh suatu mesin yang mengibas-ngibaskan mantel. 

Namun, sebenarnya yang menjadi target adalah seorang picador -petarung yang menangkap banteng dengan seutas tali. Picador ikut masuk arena dengan menunggang seekor kuda yang berjalan perlahan. Setiap kali banteng muda menyerang picador, banteng itu akan ditusuk dengan sebatang tombak.

Keberanian banteng dinilai dengan cermat berdasarkan berapa kali banteng itu mau melanjutkan serangan terhadap picador, meskipun ia sudah disengat rasa sakit akibat tusukan tombak picador. Banteng-banteng yang pengecut, dikirim ke rumah pemotongan hewan.

Secara harfiah, manusia mungkin tidak menjalani "tes picador," namun prinsip yang sama juga berlaku bagi kita. Mereka yang menyerah ketika merasakan sengatan kata-kata kasar, penolakan, hinaan, atau hardikan adalah orang-orang yang tidak akan pernah menyadari potensi penuh mereka untuk meraih keberhasilan.

Orang-orang yang tahan menanggung sengatan kata-kata dan tindakan orang lain, serta terus maju mencapai sasaran merekalah yang akan mencatat prestasi.

Seseorang tidak tamat ketika ia dikalahkan. 
Ia akan tamat ketika ia berhenti.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)