Cari Blog Ini

Rabu, 31 Desember 2014

Dua Kotak

Di kedua tanganku ada dua kotak
Yang Tuhan berikan kepadaku untuk kupegang
Ia berkata, "Masukkan semua dukacitamu ke kotak hitam,
dan semua sukacitamu ke kotak emas."

Aku menuruti kata-kataNya
Kusimpan semua sukacita dan dukacitaku
Namun, kotak emas menjadi semakin berat setiap hari,
sedangkan kotak hitam tetap ringan seperti sebelum kuisi.

Dengan rasa ingin tahu, aku membuka kotak hitam
Aku ingin tahu mengapa kotak itu tetap ringan?
Aku perhatikan, di dasar kotak itu ada lubang
Semua dukacitaku mengalir keluar dari situ.

Aku menunjukkan lubang itu kepada Tuhan,
"Ke mana perginya semua dukacitaku?" tanyaku
Ia tersenyum lembut dan berkata,
"Mereka semua ada di sini, bersamaku."

Lalu aku bertanya lagi kepada Tuhan,
mengapa Ia memberiku kotak emas tanpa lubang dan kotak hitam dengan lubang di bawahnya?
KataNya, "AnakKu, hitunglah semua berkat yang kamu peroleh dalam kotak emas, dan biarkanlah berlalu semua dukacita di dalam kotak hitam."

(Dari: Buku Nikmatilah Fajar Menyingsing bersama Allah - Bacaan Inspirasional untuk Mengawali Hari Anda menurut Cara Allah, editor Daru Susilowati. Penerbit Gospel Press, 2002)

Selamat Berlalu Tahun 2014,
Selamat Datang Tahun 2015
 

Senin, 29 Desember 2014

Di Balik Setiap Adu Kekuatan, Terdapat Luka Lama

Kita beradu kekuatan untuk melindungi diri sendiri dari luka lama. Dalam adu kekuatan tersebut, dua orang dipertentangkan. Orang lain menyebabkan kita patah hati; sikap ini mungkin saja bukan perilaku harfiah, tetapi metaforik atau esensial bagi situasi luka lama.

Keengganan kita untuk menghampiri pihak lain sesungguhnya adalah keengganan kita untuk menuju dan melewati luka ini. Kendati kita takut hal yang sama akan terulang lagi dan menyakiti kita, jika kita mau mengungkapkan dan mengomunikasikan patah hati di balik adu kekuatan ini, kita mulai menghentikan adu kekuatan tersebut.

Latihan

Hari ini, cobalah simak tempat Anda tengah berebut kekuasaan, dan bersedialah untuk berbagi sisi Anda. Apa yang terjadi pada Anda? Bersedialah untuk membicarakan apa yang menghancurkan hati Anda pada masa lalu, sebab komunikasi adalah awal dari penyembuhan dan akhir dari adu kekuatan.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Sabtu, 27 Desember 2014

Membuat Perbedaan

Chris Gross dari Santa Clara, California, mendengar tentang 137 anak yang kehilangan salah satu atau kedua orangtua mereka dalam pengeboman gedung federal di Oklahoma City. Gross berpikir, "Ke mana aku akan pergi, kalau kedua orangtuaku tidak ada lagi, ketika aku sedang bertumbuh?" 

Berlatar pemikiran tersebut, Gross berupaya mengumpulkan dana perguruan tinggi bagi anak-anak itu. Langkah pertama, ia menemui CEO perusahaan tempatnya bekerja dan memberitahu bahwa ia akan menyumbangkan gajinya setahun sebesar US$ 53.874 sebagai seorang analis investasi untuk dana beasiswa tersebut. 

Kemudian, Gross menantang perusahaan tempatnya bekerja dan 18 perusahaan lain untuk menyamai pemberiannya, agar jumlah dana beasiswa keseluruhan mencapai US$ 1 juta. "Tidak mudah hidup tanpa gaji," Gross mengakui, namun pria berusia 26 tahun ini tidak punya hutang dan hidup hemat bersama empat temannya dalam satu kamar. 

Berita tentang pemberian Gross cepat menyebar ke seluruh wilayah pantai tengah California. Banyak penduduk merespons dengan memberikan donasi pribadi. Beberapa pertunjukan, konser, dan seminar amal digelar.

Dapatkah teladan seseorang membuat perbedaan? Dalam empat bulan, dana yang dikumpulkan Gross mencapai US$ 525.000!

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Senin, 22 Desember 2014

Mawar untuk Ibu

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan sebuah karangan bunga yang akan dikirim ke ibunya yang tinggal 250 km darinya. Begitu keluar mobil, ia melihat anak perempuan berdiri di trotoar jalan sambil menangis. 

Pria itu mendekati anak perempuan tersebut dan menanyainya.  "Aku ingin membeli setangkai mawar merah untuk ibuku, tetapi uangku tidak cukup," jawab anak itu sambil terisak.

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau inginkan." Ia memesan karangan bunga untuk ibunya sekaligus membelikan setangkai mawar.

Ketika hendak pulang, ia menawarkan mengantar anak perempuan itu pulang. "Ya tentu saja. Maukah Bapak mengantar saya ke tempat ibu saya?" tanya anak kecil itu. 

Mereka berdua menyusuri jalan, menuju ke tempat yang ditunjukkan anak perempuan itu - sebuah pemakaman umum. Anak itu lalu meletakkan setangkai bunga mawar di atas sebuah kuburan yang masih basah tanahnya.

Hati pria itu menjadi trenyuh, ia teringat sesuatu. Setelah mengantar anak perempuan tersebut pulang, ia segera kembali ke toko bunga dan membatalkan pesanannya.

Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai mobilnya sendiri menuju ke rumah ibunya.

(Dari: Buku Inspiring Stories - Kisah-kisah Inspiratif Pilihan yang Menggugah Jiwa, editor Wahyudi Sutrisno. Penerbit Cakrawala, 2009)

Rabu, 17 Desember 2014

Kebahagiaan yang Tak Bisa Hilang

Kebahagiaan yang berasal dari dalam batin, tidak bisa diambil. Namun, jika kita bergantung pada hal-hal di luar demi kebahagiaan kita, kita akan kehilangan kebahagiaan ketika hal-hal di luar itu berubah.

Jika kita ingin terus merasakan kebahagiaan dalam diri kita, bagikannya kepada orang-orang di sekitar kita, kendati dalam situasi sulit, maka kebahagiaan dalam relasi kita tak akan pernah hilang. 

Bila kita memberikan kebahagiaan, kita akan bertumbuh dengan dahsyat dan menyembuhkan orang lain. Kebahagiaan kita pun semakin bertambah.

Latihan

Hari ini, cermatilah situasi di mana kebahagiaan Anda tampaknya bergantung pada hal-hal di luar diri Anda. Dengan sedikit perubahan, bagikanlah kebahagiaan dari dalam diri Anda. Setiap orang akan memperoleh manfaatnya dan kita bersama akan bergerak maju. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Minggu, 14 Desember 2014

Mendoakan Kehendak Tuhan

Ketika David Dorr, dokter bedah di Amerika Serikat, diberitahu ia mengidap penyakit Hodgkin (kanker getah bening); ia menyadari waktu hidupnya terbatas, tetapi ia tetap bekerja.

Istrinya, Roberta Dorr, merespons dengan cara berbeda. Ia bertanya kepada Tuhan, "Mengapa?" namun tak ada jawaban. Akhirnya, Roberta mengubah pertanyaannya, "Bagaimana Tuhan ingin aku berdoa untuk suamiku?"

Roberta lalu berkeyakinan, ia harus berdoa agar suaminya bisa menggunakan pengetahuan medis yang dimilikinya untuk kebaikan orang lain. Ketika Roberta mulai berdoa seperti itu, beban berat terangkat dari hatinya.

Setahun kemudian, sewaktu menjalani pemeriksaan berkala, para dokter di rumah sakit John Hopkins terkejut. Mereka tidak mendapati jejak penyakit Hodgkin dalam tubuh David. 

Tiga tahun berselang, para dokter membebaskan David dari penyakit itu sama sekali, tanpa mampu menjelaskan apa yang terjadi. David lalu pergi ke jalur Gaza, di mana ia sangat dibutuhkan sebagai dokter bedah. 

Untuk dapat mendoakan kehendak Tuhan, pertama-tama kita harus tahu apa yang menjadi kehendakNya itu. Mintalah petunjukNya dan Ia akan menjawab.

Sebagaimana napas bagi tubuh, begitu pula doa bagi jiwa.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat - untuk Pendoa, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Kamis, 11 Desember 2014

Jalan Tol Informasi

Tenggelam dalam data merupakan bagian sehari-hari dalam kehidupan perusahaan saat ini. Memiliki terlalu banyak informasi sama berbahayanya dengan hanya memiliki terlalu sedikit informasi.

Tersedianya informasi yang berlimpah menyebabkan tingkat stres semakin besar dan muncul ketidakpuasan dalam pekerjaan - termasuk di dalamnya sindrom kelelahan informasi seperti gelisah, meragukan diri sendiri, kehilangan kapasitas menganalisis, cenderung menyalahkan orang lain, menyia-nyiakan waktu, dan dalam beberapa hal menderita penyakit.

Kita memiliki terlalu banyak informasi yang begitu cepat datangnya. Padahal, hanya ada sejumlah rincian dalam kehidupan seseorang yang mampu ditangani dengan baik. Ketika batas itu terlampaui, otak kita menolak untuk memroses lebih lanjut.

Dalam 30 tahun terakhir ini, kemajuan telah memberi kita begitu banyak informasi dibandingkan seluruh informasi selama 5000 tahun sebelumnya. Ke mana pun kita memandang, kita dikelilingi data. Contohnya, selama setahun, ada 230 jurnal yang saya terima. Semua jurnal hanya disimpan, rencananya saya baca pada hari-hari yang hanya ada di angan-angan saya.

Tak seorang pun sanggup mengejar semua informasi. Untuk merespons informasi, kembangkanlah sistem penyeleksian informasi Anda. Seleksilah dengan ketat. 

Jika kita tidak bisa menemukan cara supaya kita bisa tetap terapung di tengah gelombang dahsyat informasi, mungkin akhirnya kita akan tenggelam di dalamnya. (Dr. David Lewis, psikolog)

(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007)

Selasa, 09 Desember 2014

Toko Calon Suami

Sebuah toko yang menjual calon suami - baru saja dibuka di kota New York. Di toko ini setiap perempuan dapat memilih lelaki untuk menjadi suaminya. Di depan pintu masuk toko, terdapat petunjuk yang mengatur tata cara masuk ke toko itu.

"Anda hanya dapat mengunjungi toko ini satu kali." Toko berlantai enam ini menyediakan sekelompok calon suami di setiap lantainya. Semakin tinggi lantai, semakin tinggi pula nilainya.

Betapa pun, ini semacam jebakan. Anda dapat memilih lelaki di lantai tertentu atau memilih naik ke lantai berikutnya, tetapi dengan syarat Anda tidak bisa turun lagi ke lantai sebelumnya, kecuali Anda ingin keluar dari toko.

Seorang perempuan pergi ke toko itu untuk mencari calon suami.

Di lantai 1 terdapat tulisan: "Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan dan taat kepada Tuhan." Perempuan itu tersenyum, kemudian ia naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai 2 terdapat tulisan: "Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat kepada Tuhan, dan senang anak kecil." Perempuan itu kembali menaiki anak tangga menuju lantai berikutnya.

Di lantai 3 terdapat tulisan: "Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat kepada Tuhan, senang anak kecil, dan ganteng sekali." Wow, perempuan itu mulai tertarik berhenti di sini. Namun, ia masih penasaran dan terus naik.

Di lantai 4 terdapat tulisan: "Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat kepada Tuhan, senang anak kecil, ganteng sekali, dan suka membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga." Wah, hampir tak dapat dipercaya. Tetapi perempuan itu melangkah ke lantai berikutnya.

Di lantai 5 terdapat tulisan: "Lelaki di lantai ini memiliki pekerjaan, taat kepada Tuhan, senang anak kecil, ganteng sekali, suka membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan romantis." Perempuan itu ingin berhenti, namun ia naik ke lantai selanjutnya.

Di lantai 6 terdapat tulisan: "Anda adalah pengunjung ke 4.363.012 di lantai ini. Di sini tidak ada lelaki. Lantai ini semata hanya membuktikan bahwa Anda tidak pernah puas. Terima kasih telah datang ke toko calon suami. Hati-hati saat melangkah keluar toko. Semoga hari Anda menyenangkan!"

(Dari: Buku Inspiring Stories - Kisah-kisah Inspiratif Pilihan yang Menggugah Jiwa, editor Wahyudi Sutrisno. Penerbit Cakrawala, 2009)

Minggu, 07 Desember 2014

Satu Demi Satu

Beberapa orang bertanya kepada seorang wanita suci, "Bagaimana Anda bisa mencapai tingkat setinggi ini? Bertapa seperti apa yang telah Anda lakukan? Kami lihat, Anda selalu tersenyum dan berhati riang. Beritahu kami, apa rahasia yang membuat Anda bahagia seperti ini?"

Orang suci itu menjawab, "Rahasia saya sederhana saja. Ketika saya makan, saya makan. Ketika saya bekerja, saya bekerja. Ketika saya tidur, saya tidur."

Orang-orang bingung. Mereka berkata kepadanya, "Kami juga melakukan hal yang sama. Kami makan ketika kami makan, kami bekerja ketika kami bekerja, dan kami tidur ketika kami tidur."

"Tidak," sanggah wanita itu. "Ketika kalian makan, pikiran kalian berkelana jauh. Begitu banyak hal yang kalian pikirkan, sampai kalian tidak menyadari makanan yang sedang kalian makan. Kalian tidak menikmati makanan itu. Kalian harus mencecap setiap suapan, mengunyahnya, dan menelannya. Ketika kalian bekerja, ada seribu hal yang kalian pikirkan. Kalian harus hidup pada saat sekarang, pada detik ini," ujar wanita tersebut.

Kita perlu belajar melakukan segala sesuatu satu demi satu. Melakukan lebih dari satu hal akan memecah perhatian Anda dan melipatgandakan stres. Ketika Anda berbicara dengan seseorang, berikan perhatian penuh kepadanya. Kelihatannya sepele, tetapi bisa menyelamatkan Anda dari tekanan kehidupan.

Lakukan yang terbaik terhadap apa yang sedang Anda kerjakan.  Biarkan semua energi dan perhatian terfokus pada pekerjaan yang sedang Anda hadapi. Ketika pikiran hanya tertuju pada satu hal, pikiran Anda akan mampu berkonsentrasi dan bebas dari ketegangan.
  
(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Kamis, 04 Desember 2014

Semakin Aku Pertahankan, Semakin Banyak yang Hilang

Semakin kita mempertahankan, semakin kita banyak kehilangan. Hal yang benar-benar perlu diketahui adalah kapan kita harus melepaskan keterikatan kita, dan membiarkan tumbuhnya hal baru.

Dalam semua hubungan, semakin kita mencengkeram, semakin kita kehilangan daya tarik kita dan menjadi beban bagi pasangan kita. Jika kita rela melepaskan apa saja yang menurut kita perlu dilepaskan, hubungan kita dapat mencapai tingkat yang baru.

Kita mungkin harus melepaskan seluruhnya, agar ada kemungkinan bagi hubungan kita untuk bergerak maju. Hal ini dapat terjadi melalui kesediaan kita untuk mengikhlaskannya.

Latihan

Hari ini lihatlah sekeliling Anda. Perhatikan apa saja yang Anda pertahankan. Apakah seseorang, mantan kekasih, seseorang yang sudah tiada, atau sebuah proyek? 

Lepaskan saja, lalu lihat apa yang terjadi pada diri Anda. Bersabarlah, mungkin perlu waktu. Ingatlah, meskipun seseorang kembali kepada Anda, lepaskan saja supaya ketidakterikatan Anda senantiasa memekarkan hubungan Anda. 
  
(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Selasa, 02 Desember 2014

Resep Ampuh

Oliver Goldsmith (1730-1774), penulis dan penyair berkebangsaan Inggris, memiliki sertifikat untuk menjadi dokter, meski ia tak pernah berkarier sebagai dokter. 

Suatu hari, seorang wanita tua mendatangi Goldsmith, setelah ia mendengar kebaikan hati sang penyair. Sambil berlinang air mata, wanita tua itu berkata, "Pak, suami saya sakit keras. Tak satu pun dokter mau datang untuk memeriksanya, karena kami tidak punya uang untuk membayar dokter. Saya mohon Bapak bersedia datang ke rumah untuk melihat keadaan suami saya."

Goldsmith mengikuti wanita tua itu. Suaminya berbaring di atas kasur, tampak lemah dan kurus. Tak ada nyala api di perapian. Pandangan Goldsmith menyapu seluruh ruangan. Rumah ini kosong, dingin, dan sama sekali tidak nyaman. 

Setelah berbincang sebentar dengan pasangan lansia tersebut, Goldsmith pamit. Ia berkata kepada wanita tua itu, "Saya akan mengirim beberapa pil. Nanti nenek berikan pil-pil itu kepada suami nenek sesuai dosis yang saya anjurkan."

Goldsmith segera pulang dan memasukkan sepuluh keping uang emas ke dalam sebuah kotak pil. Pada label kotak itu ia menulis dosis yang dianjurkannya: sekeping sehari untuk membeli makanan, susu, dan batu bara. Hendaklah bersabar dan penuh harapan.

Ia lalu mengirimkan kotak pil itu kepada wanita tua lewat pesuruh. Benar saja, resepnya sangat manjur bagi pasangan lansia yang telah lama menanggung sengsara karena miskin dan terabaikan.

Tak lama berselang, pasangan lansia itu mengunjungi "sang dokter" yang baik hati. Mereka berterima kasih atas pertolongan yang diberikan tepat pada saat dibutuhkan. 

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Kamis, 27 November 2014

Penyembuh Paling Manjur

Kepercayaan merupakan salah satu penyembuh paling manjur. Dengan percaya, masalah kita akan tersembuhkan, karena timbulnya masalah merupakan pertanda tidak adanya rasa percaya.

Dengan memasukkan rasa percaya ke dalam masalah kita, kita dapat menghayati dan memahaminya dengan harapan yang positif. Saat kita memikirkan masalah itu, lalu kita memilih untuk memahami, menghayati, dan mengarahkannya menuju penyelesaian, maka kita tidak terobsesi lagi oleh masalah tersebut.

Daripada memperbesar masalah, lebih baik kita membuka diri agar ada jawaban atas masalah itu. Kepercayaan adalah jawaban bagi kita.

Latihan

Hari ini, carilah waktu untuk menaruh rasa percaya terhadap masalah apa pun yang tampaknya menghambat Anda, terutama dalam hubungan Anda. Ingatlah, upaya memajukan hubungan Anda juga akan menggerakkan setiap aspek kehidupan Anda ke depan.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Minggu, 23 November 2014

Memilih Cara Lain

Kemakmuran telah memberi peluang kepada kita untuk lebih banyak berpikir dan duduk daripada sehat secara fisik. Di era-era sebelumnya, kehidupan yang sangat keras memerlukan gaya hidup aktif secara fisik. Selama perang revolusi, sekitar 90% penduduk Amerika adalah petani. Tetapi sekarang, hanya 2% orang Amerika yang bekerja mengolah lahan. Selebihnya bekerja di belakang meja daripada menyingsingkan lengan baju untuk mengumpulkan rumput kering.

Ketika saya studi di Swiss, jalan-jalan dipenuhi para pengendara sepeda dan pejalan kaki. Sebagai warna negara di salah satu negara makmur di dunia, tentu orang Swiss mampu membeli mobil. Namun, mereka memilih cara lain. 

Sedangkan di Amerika Serikat, kami pergi ke mana-mana dengan mengendarai mobil. Kendaraan telah menjadi kursi malas beroda. Kami bahkan tidak menggunakan kekuatan lengan untuk menurunkan kaca jendela.

Setiba di tempat tujuan, kami tidak turun dari mobil. Kami melakukan urusan bank dengan tetap berada di mobil (drive up), memesan makanan cepat saji dari mobil (drive through). Bahkan saya pernah dengar ada layanan klinik bayi dari mobil (drive up baby clinic) di mana Anda tinggal mengangkat bayi Anda dan menyerahkannya melalui jendela mobil kepada dokter yang telah menunggu.

Naiklah tangga, jangan gunakan tangga berjalan. Parkirlah mobil Anda satu atau dua blok dari tempat tujuan Anda. Turunlah dari angkutan umum di suatu tempat sebelum tempat perhentian tujuan.

Segala bentuk penggunaan fisik jauh lebih baik, bahkan sekalipun untuk berjalan sepuluh langkah, daripada fisik tidak digunakan sama sekali.

Kita tidak berjalan dengan kaki kita, melainkan dengan kemauan kita (Pepatah Jerman)

(Dari: Buku A Minute of Margin- Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007)

Kamis, 20 November 2014

Tak Ada Pekerjaan yang Terlalu Hina

Suatu kali, dr. Charles Mayo (1865-1939) - pendiri Mayo Clinic yang terkenal di dunia, mendapat kunjungan seorang tamu dari Inggris. Tamu itu menginap di kediaman Charles di Rochester. 

Sang tamu meletakkan sepatu di luar kamar sebelum tidur, berharap ada pelayan yang akan membersihkan sepatunya. Melihat ada sepatu tamu di luar kamar, Charles mengambil sepatu itu dan membersihkannya sendiri. 

Ketika membuka pintu keesokan pagi, sang tamu sangat senang melihat sepatunya berkilat. Ia tidak tahu, tuan rumah yang telah melakukan pekerjaan yang lazimnya dikerjakan seorang pelayan.

Charles Mayo benar-benar memahami arti melayani dengan rendah hati. Sering kali kita terbiasa ingin diakui dan didengar. Kita sulit mengalahkan ego kita yang biasa dimanja. Kita perlu menyadari, tak ada pekerjaan yang terlalu hina untuk dilakukan.

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Selasa, 18 November 2014

Jangan Pernah Menyerah!

Seorang ilmuwan terkemuka sedang mengawasi para mahasiswa di sebuah laboratorium. Ketika para mahasiswa gagal memperoleh hasil yang diinginkan dari sebuah eksperimen, raut wajah mereka tampak sangat kecewa dan sedih.

"Saudara-saudara," kata sang ilmuwan, "ketika Anda berhadapan dengan kesulitan, Anda sedang menghadapi penemuan!"

Sudah banyak penemuan dihasilkan oleh ilmuwan yang sama sekali tidak mau menyerah, bahkan ketika kekalahan sudah mengintai mereka.

Simaklah, sejarah mencatat contoh tak terhitung dari orang-orang yang sama sekali tak mau menyerah. Henry Ford gagal dan bangkrut lima kali, sebelum mencapai kesuksesan. Beethoven mampu melampaui kesulitan akibat cacat pendengaran dan merangkai simfoni yang paling megah. Menderita buta, bisu, dan tuli sejak usia dini, Helen Keller mampu mencapai prestasi besar yang hanya bisa disamai beberapa orang.

Perbedaan antara mustahil dan ketidakmustahilan terletak pada tekad. Jangan pernah menyerah!

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Sabtu, 15 November 2014

Emosi Negatif dan Saat Ini

Sebagian besar emosi negatif tak ada kaitan dengan kehidupan kita saat ini. Kita biasanya menyimpan semua perasaan yang tidak berani kita tuntaskan, lalu menciptakan pengalaman di dalam hidup kita saat ini yang memberi kesempatan bagi kita untuk melepaskan emosi masa lalu.

Seandainya kita melihat lebih dalam lagi, kita akan menyadari bahwa sebagian besar rasa sakit yang kita alami tidak ada kaitannya dengan keadaan saat ini. Rasa sakit yang dialami saat ini hanyalah secuil dari yang dibutuhkan untuk memicu perasaan yang telah kita simpan dalam jangka waktu lama. Kita perlu mengeluarkan perasaan-perasaan ini, agar kita menjadi lebih terbuka dan dapat menerimanya. 

Jika dibiarkan terpendam, perasaan-perasaan tersebut akan membusuk di dalam diri kita dan menjadi racun, merusak kesehatan dan semangat kita untuk menikmati hidup dan hubungan kita.

Latihan

Hari ini, cermatilah lebih dalam salah satu konflik yang Anda alami. Sadarilah bahwa konflik ini ditimbulkan oleh situasi lama yang membawa emosi yang tak pernah Anda tuntaskan. Entah Anda masih bersentuhan atau tidak dengan situasi lama itu, cobalah hayati perasaan ini sampai benar-benar hilang.

Bersedialah menerima bahwa pasangan Anda atau orang lain di sekitar Anda bukan penyebabnya. Mereka sebenarnya membantu Anda untuk menciptakan penyembuhan bagi diri Anda sendiri. Mereka membantu Anda menjadi lebih terbuka kepada kehidupan, sehingga Anda dapat menerima dan menikmati kebahagiaan Anda. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Kamis, 13 November 2014

Perjalanan bersama Malaikat

Suatu hari aku bermimpi pergi ke surga ditemani seorang malaikat. Kami berjalan masuk ke ruang-ruang kerja penuh para malaikat. 

Malaikat yang menemaniku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, "Ini bagian penerimaan. Semua permohonan yang ditujukan kepada Tuhan diterima." Aku melihat para malaikat sibuk memilah-milah semua permohonan dari umat manusia di seluruh dunia.

Kemudian kami berjalan melalui koridor yang panjang dan tiba di ruang kerja kedua. "Ini bagian pengepakan dan pengiriman. Di sini, kemuliaan dan berkat yang diminta umat manusia diproses dan dikirim kepada mereka yang memohonnya," kata sang malaikat. Aku perhatikan, di ruang ini para malaikat juga bekerja keras.

Perjalanan kami lanjutkan sampai tiba di ujung koridor. Kami berhenti di sebuah ruang kerja yang sangat kecil. Hanya ada satu malaikat duduk di sini, ia hampir tidak melakukan apa pun. "Ini bagian pernyataan terima kasih," ujar malaikat yang mengantarku berkeliling.

"Mengapa hampir tidak ada pekerjaan di sini?" tanyaku.

"Setelah manusia menerima berkat yang mereka mohon, sangat sedikit dari antara mereka yang menyatakan terima kasih kepada Tuhan," malaikat itu menjelaskan.

"Bagaimana seharusnya manusia menyatakan terima kasihnya, dan berkat apa saja yang perlu disyukuri?" aku bertanya lagi.

"Sederhana sekali, cukup katakan 'terima kasih, Tuhan.' Jika engkau punya makanan di kulkas, pakaian yang menutup tubuhmu, dan rumah; maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk di dunia. Jika engkau punya uang di bank, di dompetmu, dan uang receh; maka engkau termasuk di antara 8% orang yang sejahtera hidupnya di dunia," kata sang malaikat.

Malaikat itu lalu melanjutkan, "Jika engkau bangun pagi ini dan merasa sehat; jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang hebat; engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia. Jika engkau masih bisa mencintai, engkau termasuk orang besar; karena cinta adalah berkat Tuhan yang tidak didapat dari mana pun. Jika engkau dapat tersenyum, engkau tidak seperti orang kebanyakan yang kerap berada dalam keraguan dan keputusasaan. Jika engkau membaca pesan ini, engkau lebih diberkati dari 2 juta orang di dunia yang tidak bisa membaca sama sekali."

Nikmatilah hari-harimu. Bersyukurlah atas berbagai berkat yang telah Tuhan anugerahkan kepadamu. Jika kita bersyukur, Tuhan akan menambahkan lebih banyak nikmat kepada kita.

(Dari: Buku Inspiring Stories - Kisah-kisah Inspiratif Pilihan yang Menggugah Jiwa, editor Wahyudi Sutrisno. Penerbit Cakrawala, 2009)

Senin, 10 November 2014

Keluhanku adalah Serangan Langsung pada Diriku

Setiap kali kita mengeluh, kita mengatakan kita tidak punya kekuatan untuk mengubah keadaan. Tentu saja hal itu tidak benar, karena kita punya kekuatan besar untuk bertindak.

Ketika kita mengeluh, kita membuat diri kita kecil. Ada risiko yang takut kita hadapi, dan ada beberapa tindakan yang tidak kita lakukan padahal kita perlu melakukannya. 

Ketika kita mengeluh, kita menjadi bagian dari masalah. Kita seakan berkata, "Masalah ini nyata dan saya terperangkap di dalamnya. Saya tak dapat melakukan apa-apa." Justru sebaliknya!

Latihan

Hari ini, lihatlah bagaimana Anda dapat melakukan perubahan.
Tahan diri sebelum mengeluh. Daripada mengeluh, lebih baik Anda melangkah maju untuk mendekati seseorang, memaafkan seseorang, atau melakukan tindakan tertentu yang dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Perhatikan keluhan yang Anda ucapkan dan yang ada di dalam pikiran Anda. Seperti yang ditulis Edward E. Cummings (1894-1962) - penulis puisi, pelukis, dramawan asal Amerika Serikat - dalam sajaknya, "Lebih baik aku belajar menyanyi pada seekor burung daripada mengajari sepuluh ribu bintang untuk tidak menari."  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Kamis, 06 November 2014

Pelan-Pelan

Suatu kali Charles Swindoll (80 tahun), pendidik, penulis, dan pengkhotbah asal Texas, Amerika Serikat, harus menyelesaikan berbagai pekerjaan yang mendesak. Ia menjadi tegang dan terburu-buru. Saat makan malam, ia segera menghabiskan makanannya dan membentak-bentak istrinya.

"Begitulah gejala lazim orang yang jengkel," kenang Swindoll, "Tak lama kemudian, semua orang di rumah takut padaku. Kedamaian di rumah pun lenyap."

Suatu malam, saat makan bersama, anak perempuan Swindoll yang masih kecil tampak ingin mengatakan sesuatu. Dengan wajah serius dan tampak cemas, gadis kecil itu mendekat ke Swindoll dan berkata, "Ayah, ada sesuatu yang menarik terjadi di sekolah hari ini. Bolehkah aku menceritakannya dengan sangat cepat?"

Sebuah kesadaran baru muncul dalam hati Swindoll. Ia memeluk putrinya dan berujar, "Ceritakan semuanya, sayang. Kau tak perlu terburu-buru. Ceritakan pelan-pelan saja."

Putrinya menanggapi, "Baiklah, aku akan menceritakannya pelan-pelan. Tetapi, apakah Ayah yakin bisa mendengarkan secara pelan-pelan?"

Betapa banyak kegembiraan-kegembiraan kecil dalam hidup ini hilang begitu saja, karena kita tidak bisa berjalan, berbicara, berpikir, atau mendengarkan secara pelan-pelan!

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
 

Selasa, 04 November 2014

Memberi Kehidupan

Bill dan Genevive berada di persimpangan. Pengasuh anak mereka berhenti. Setelah beberapa bulan menitipkan ketiga anak mereka yang masih kecil ke teman-teman, kakek-nenek, orangtua; ketegangan keluarga itu memuncak. 

Tak ada fasilitas penitipan anak di dekat tempat tinggal mereka. Akhirnya mereka memutuskan, Genevive akan terus bekerja, karena pendapatannya akan mencukupi keluarga. Bill tinggal di rumah dengan anak-anak.

Awalnya, Bill merasa senang tinggal di rumah, namun belakangan ia frustasi. Ia mulai tersinggung oleh karier istrinya yang berkembang. Suatu hari, ketika sedang memasak untuk makan malam, ia tertarik akan berita yang sedang ditayangkan di televisi: dua gadis di daerahnya diculik dan dibunuh. Bill mengangkat putri bungsunya yang berumur tiga tahun dan memeluknya. Ia lalu keluar rumah, mendapati dua putranya sedang bermain. 

"Kalau aku bekerja, aku tak akan ada di sini melihat anak-anakku dan memeluk mereka. Aku tidak akan melihat putri kecilku menjejakkan langkah partamanya atau menyaksikan putraku melakukan pukulan pertama dalam pertandingan baseball di sekolah. Aku memberikan diriku untuk keluargaku - dengan cara membantu mereka bertumbuh," Bill merenung.

Sejak itu, bila orang-orang bertanya kepada Bill apa yang dikerjakannya, ia berkata dengan mantap, "Aku memberi kehidupan untuk anak-anakku."

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Sabtu, 01 November 2014

Suatu Hari di Tingkat 103

Langit agak mendung, suhu udara sekitar 20 derajat Celcius. Pada pukul 8.45 pagi, orang-orang yang bekerja dilantai 103 sedang menuang kopi, membenahi meja mereka, dan meninjau kembali janji-janji pertemuan hari Selasa itu. Ada yang bersenda gurau dengan rekan-rekan sekerja, yang lain memandang ke pelabuhan dari ketinggian gedung kantor mereka.

Satu menit kemudian, hal-hal tersebut tidak lagi berarti. Dua puluh lantai di bawahnya, pesawat Boeing 757 menabrak gedung, menyebabkan lantai 103 terputus, terperangkap, tak berdaya. Tetapi, belum mati.

Saat Anda memiliki waktu hanya 10 menit lagi untuk hidup di dunia ini, apa yang Anda pikirkan? Apa yang penting dalam detik-detik terakhir itu? Melihat kematian dari perspektif ini bukanlah hal yang tidak wajar; sebaliknya, bisa membantu kita melihat kehidupan.

Mereka yang bisa menemukan telepon, langsung menghubungi pasangan mereka untuk mengatakan, "Aku cinta kepadamu;" kepada anak-anak mereka untuk menyatakan, "Kamu sungguh berharga;" atau kepada orangtua mereka untuk mengatakan, "Terima kasih," yang terakhir kali. Tentu saja, mereka yang tengah berdiri di ambang dunia lain juga akan berpikir tentang Allah - tentang kebenaran, kekekalan, pembebasan, dan kasih karunia.

Pada waktu yang dramatis seperti itu, tiba-tiba manusia menyadari betapa berartinya prioritas-prioritas dalam kehidupan. Bila kita tidak bergerak untuk menetapkan hal-hal paling penting dalam hidup kita dan menjaganya, maka laju kehidupan yang kencang dengan beban berlebihan setiap hari akan membutakan kita terhadap prioritas-prioritas yang kekal. Kita baru menyadarinya pada saat berdiri di dekat jendela seperti di gedung bertingkat itu, dan mungkin disertai rasa penyesalan.

Perlambatlah laju kehidupan Anda. Seandainya Anda berada di tingkat 103, hal-hal apa yang Anda anggap penting? Lakukanlah hal itu. Buatlah ruang dalam kehidupan Anda untuk hal-hal yang paling berarti dalam hidup ini.

(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007) 

Kamis, 30 Oktober 2014

Takut Melangkah

Masalah yang timbul dalam hubungan kita sebenarnya disebabkan oleh rasa takut untuk mengambil langkah selanjutnya. Jika kita bersedia mengambil langkah selanjutnya, masalah itu dapat selesai atau berubah menjadi sesuatu yang dapat diatasi dengan mudah.

Pada dasarnya, masalah merupakan bagian dari pikiran kita. Bagian tertahan yang tidak kita berikan inilah yang kita proyeksikan sebagai masalah yang dihadapi. 

Misalnya, jika kita memberikan 75% dari diri kita, maka 25% dari diri kita akan muncul dalam bentuk berbagai masalah yang mengganggu. Di antara pemberian dan penahanan diri muncul ketakutan. Kemauan kita untuk maju dan mengambil langkah selanjutnya akan mengatasi ketakutan, sehingga masalah selesai. 

Latihan

Hari ini, katakan Ya! untuk langkah selanjutnya. Sebesar apa pun masalah Anda, paculah diri Anda untuk maju terus. Jika Anda menengok ke belakang, Anda akan menyadari bahwa setiap kali Anda bersungguh-sungguh mengambil langkah selanjutnya, hidup selalu menjadi lebih baik. Kesediaan Anda untuk melangkah maju merupakan jalan termudah untuk melepaskan diri Anda dari masalah tersulit sekali pun.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Selasa, 28 Oktober 2014

Semua Berhulu dari Pikiran

Seorang anak laki-laki terlahir dengan cacat fisik. Salah satu kakinya begitu lemah, sehingga harus dipasang logam penopang. Awalnya, ia tidak merasa terganggu sama sekali dengan cacatnya itu. Namun, ketika ia bersekolah, kesedihan mulai mengusiknya. Ia tidak bisa berlari, memanjat pohon, dan bermain seperti semua anak laki lainnya.

Merasakan kemuraman anaknya, sang ayah memutuskan membawanya ke sebuah kuil terkenal di luar kota. Konon, berbagai mukjizat terjadi pada mereka yang berdoa di kuil itu. 

Setiba di sana, ayah dan anak berdoa sangat khusyuk memohon kesembuhan kaki sang anak. Seketika, anak itu merasakan kehangatan begitu indah dalam hatinya. Ia membuka mata dan bangkit berdiri. Tetapi, kakinya masih lemah seperti sebelumnya. "Tak ada gunanya kita ada di sini," kata si anak kepada ayahnya. "Ayo, kita pergi, Ayah. Tuhan tidak mendengarkan doa kita."

Ketika hampir tiba di gerbang kuil, suatu perasaan luar biasa menyergap anak itu. Seolah satu tangan besar melewatinya. Ia berteriak, "Ayah, Ayah benar! Aku sembuh! Aku sembuh!"

Terkejut luar biasa, sang ayah menatap kaki anaknya. Ia tidak melihat tanda-tanda kesembuhan. Logam penopang kaki masih terpasang erat di tempatnya.

"Ayah, bukan logam penopang ini yang telah Tuhan ambil dariku," jelas sang anak, "tetapi logam penopang yang tertanam dalam pikiranku! Aku tidak lagi merasa cacat. Aku tidak lagi merasa rendah diri!"  

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Minggu, 26 Oktober 2014

Menguji Hati

Setiap jalan orang adalah lurus 
menurut pandangannya sendiri, 
tetapi Tuhanlah yang menguji hati.

                                                  - Salomo/Sulaiman bin Daud (+ 975-935 SM)
                                       (Amsal 21:2) 

Rabu, 22 Oktober 2014

Konflik adalah Kesempatan

Arah gerak kita berkaitan langsung dengan sikap kita terhadap sesuatu. Jika kita memandang konflik sebagai akhir dari suatu hubungan, itu pula yang akan terjadi. Namun, jika kita memandang konflik sebagai titik peluang untuk penyembuhan, kita akan mencapai tingkat kedekatan dan integrasi baru dalam hubungan kita.

Kita menyimpan berbagai macam konflik di dalam diri kita. Jika kita sungguh berniat menyembuhkan setiap konflik di dalam diri kita, konflik di luar diri kita juga akan pulih. Kita mendapatkan jawaban bagi teman, rekan, dan keluarga kita.

Saat kita bergerak maju, kita menjauh dari konflik pribadi dalam hubungan kita, sama seperti yang dialami teman, rekan, dan keluarga kita. Dengan bersikap semakin dewasa, kita semakin mampu menghadapi tingkatan konflik yang lebih dalam. Kita sadar, konflik merupakan kesempatan besar bagi kita untuk belajar dan bertumbuh.

Latihan

Hari ini, cermatilah area konflik yang ada dalam diri Anda. Jadikanlah konflik-konflik itu sebagai karunia bagi Anda. Begitu Anda mengubah sikap Anda dalam menghadapi konflik, maka konflik itu akan mulai menunjukkan jalan keluar alami untuk Anda.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Senin, 20 Oktober 2014

Bukan untuk Saya!

Robert Edward Lee (1807-1870), jenderal pemimpin pasukan Konfederasi Amerika Serikat di zaman perang saudara, suatu hari naik kereta api disertai beberapa perwira dan prajuritnya.

Di sebuah stasiun kecil di rute yang mereka lewati, seorang perempuan miskin naik ke atas kereta. Ia kurus dan berpakaian lusuh. Tak seorang pun tentara yang menawarkan kursinya kepada perempuan itu. Sia-sia ia mencari tempat duduk, gerbong sudah penuh sesak.

Ketika perempuan itu mendekati kursi Lee, sang jenderal dengan sigap bangkit berdiri. Ia meminta perempuan itu duduk di kursinya. Segera para perwira Lee bersaing satu sama lain untuk menawarkan kursi mereka kepada sang jenderal.

"Tidak, Bapak-bapak," kata Lee tegas. "Jika Anda tidak bisa memberikan kursi Anda untuk seorang perempuan miskin, Anda tidak bisa juga memberikannya kepada saya!"

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Sabtu, 18 Oktober 2014

Melukiskan Kaki pada Ular

Seorang seniman yang sangat terkenal melukis seekor ular. Lukisan itu begitu hidup, begitu nyata. Mereka yang melihatnya memuji lukisan itu. 

Terbuai pujian dan keberhasilannya sendiri, seniman itu melengkapi lukisannya. Ia menambahkan goresan kuas pada sosok ular tersebut, membuat mata ular lebih bersinar, mempertegas taringnya, bahkan ia menambahkan kaki pada ular!

Masyarakat China mengenal pepatah "melukiskan kaki pada ular," yang digunakan untuk menggambarkan situasi sederhana, namun justru dibuat rumit oleh orang yang tidak tahu kapan dan di mana harus berhenti.

Ketika hidup menjadi rumit oleh kekuasaan dan harta, kita bergerak menjauh dan semakin menjauh dari kegembiraan sederhana dan kenikmatan hidup. Kita tidak lagi sempat memandangi rerumputan hijau dan bunga-bunga di pagi yang segar. Kita tidak punya waktu untuk mendengar burung berkicau, atau menyaksikan senyum ceria anak-anak kita. Kita semakin jauh dari sifat polos seperti anak-anak, yang sebenarnya merupakan sifat dasar manusia.

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)   

Senin, 13 Oktober 2014

Penyakit Milenium Baru

Kondisi kehidupan di zaman modern ini menelan margin, yaitu ruang antara beban kita dan batas-batas kita. 

Kondisi kehidupan yang tidak bermargin tercermin dalam contoh berikut: Anda terlambat 30 menit dari jadwal Anda bertemu dokter, karena Anda terlambat 20 menit keluar dari salon. Hal itu terjadi akibat Anda terlambat 10 menit mengantar anak-anak ke sekolah, mobil Anda kehabisan bensin, dan Anda lupa membawa dompet.

Kehidupan tanpa margin tampak ketika Anda harus menangani bayi yang sedang menangis, sekaligus menjawab telepon yang berdering. Atau, Anda diminta mengangkat beban yang lebih berat dari batas beban yang mampu Anda angkat.

Zaman kita dapat digambarkan sebagai zaman yang dipenuhi stres. Hal ini merupakan kejutan tak menyenangkan, padahal kita memiliki begitu banyak kelebihan. Kemajuan zaman memberi kita kemakmuran, pendidikan, teknologi, hiburan, dan kenyamanan yang tak ada di zaman-zaman sebelumnya.

Kalau begitu, mengapa banyak di antara kita merasa seperti menjadi para pengawas lalu lintas di udara yang kehilangan kendali? Agaknya kita tidak berkembang seperti yang diharapkan, sejalan dengan banyaknya kemudahan yang ada di zaman modern.

Gaya hidup tak bermargin merupakan penemuan yang relatif baru, salah satu gagasan yang paling tidak masuk akal dari kemajuan zaman. Tak seorang pun kebal. Penyakit ini tak hanya menyerang kalangan sosio-ekonomi tertentu atau tingkat pendidikan tertentu. Bahkan orang-orang dengan kehidupan iman yang dalam pun tidak dapat menghindarinya. Rasa sakitnya menyerang siapa saja tanpa kecuali - setiap orang bisa kena.

Kehidupan yang tak bermargin bisa diobati, dan kesehatan Anda mungkin bisa dipulihkan. Seberapa besar kehidupan tak bermargin (berkelebihan beban) yang masih bisa diterima dalam kehidupan Anda? 

Sebagian orang menikmati kehidupan yang dipicu stimulasi tinggi untuk mengerjakan berbagai tugas terus-menerus. Sebagian orang lain lebih suka laju kehidupan yang lebih tenang dan bisa dikendalikan. 

Setelah Anda memahami kecenderungan Anda, usahakanlah tetap berada dalam jangkauan toleransi kemampuan Anda. Jika Anda melampauinya, Anda akan berada pada titik berbahaya yang dapat mengakibatkan keletihan.

(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007)

Sabtu, 11 Oktober 2014

Tersambung dengan Tuhan

Seorang pria menemui guru spiritualnya, mengeluhkan kelelahan luar biasa yang dirasakannya. Sang guru mengajaknya masuk ke ruang dalam, memperlihatkan dua jam yang ada di atas meja. 

Kedua jam berdetak tak henti. Yang satu adalah jam mekanis, harus diputar setiap hari. Sedangkan yang lain adalah jam listrik terus tersambung dengan kabel.

"Aku harus datang ke ruang ini setiap pagi untuk memutar jam mekanis ini. Jika tidak, jam ini akan melambat dan berhenti berdetak," kata sang guru. Kemudian, ia beralih ke jam listrik, "Jam ini terhubung ke sumber listrik yang besar. Dengan menggunakan energi yang bersumber dari sana, jam ini terus berdetak." 

Pria itu menatap kedua jam, tetapi tidak mampu mencerna maksud gurunya. "Anda harus menyambungkan diri Anda dengan Tuhan - Sumber energi terbesar, termurni, dan terbaik di alam semesta ini. Tak seorang pun harus memutar Anda atau memberi Anda tambahan tenaga. Anda akan mampu mengambil semua energi dan kebijaksanaan dari alam semesta melalui ketersambungan Anda dengan Tuhan," jelas sang guru.

Dunia tampak suram dan menyedihkan bagi mereka yang kelelahan. Berilah tubuh Anda istirahat yang cukup, isi ulang hati dan jiwa Anda dengan menyambungkan diri dengan Tuhan terus-menerus. 

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)  

Rabu, 08 Oktober 2014

Ini Lebih Bagus, Terimalah!

Saya selalu mengatakan kepada teman-teman saya, ada empat cara Tuhan menjawab doa-doa kita. Untuk sebagian doa, Tuhan menjawab, "Ini yang kau inginkan, terimalah." Jawaban doa seperti ini begitu didambakan manusia, tetapi tidak selalu diberikanNya.

Terkadang, Tuhan berkata, "Tidak!" Meskipun awalnya kita tidak suka dengan jawaban itu, akhirnya kita akan sadar bahwa jawaban yang mengecewakan tersebut demi kebaikan kita.

Pada kesempatan lain, Tuhan berkata, "Tunggu!" berarti belum saatnya kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan sebagian doa kita dijawab Tuhan, "Ini lebih bagus, terimalah!"

Columbus berlayar untuk menemukan rute lebih singkat ke India. Ia berdoa agar perjalanannya berhasil. Tuhan menjawab doanya dengan sesuatu yang lebih indah daripada menemukan rute lebih singkat ke India. Columbus terkenal karena berhasil menemukan benua Amerika.

Louis Pasteur, ilmuwan asal Perancis, berdoa agar ia dapat menemukan obat untuk membasmi penyakit yang mudah menjangkiti ternak. Ia malah menemukan yang jauh lebih berharga bagi umat manusia: obat untuk rabies, penyakit anjing gila yang sangat ditakuti.

Tuhan Mahatahu, Ia menganugerahkan kepada kita apa yang kita butuhkan - meskipun tidak selalu apa yang kita inginkan - jika telah tiba waktunya. 

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Senin, 06 Oktober 2014

Tujuan Bersama yang Lebih Mulia

Semua konflik berubah menjadi adu kekuatan, jika kita tidak mencari tujuan bersama yang lebih mulia. Bahkan, jika kita berhasil mengendalikan orang lain atau pasangan kita untuk melakukannya sesuai keinginan kita, kebutuhan kita tetap tidak terpenuhi. Kemudian, kita mulai kehilangan minat terhadap orang lain atau pasangan kita.

Dengan menyadari bahwa pada kedua titik pandang - yang kelihatannya berbeda - terdapat persoalan yang sama, sebenarnya kita dapat menciptakan sesuatu yang lebih baik. 

Saat kita mencermati kedua sisi konflik, kita akan menemukan tujuan bersama yang lebih mulia, yang secara alami memadukan kedua titik pandang tersebut; menyatukan aspek-aspek yang saat ini tampak berlawanan.

Latihan

Hari ini, ingatlah salah satu konflik yang tengah Anda hadapi. Tanpa terlalu lama merenungkan sisi yang berbeda dalam konflik ini, tenangkanlah diri Anda. Mintalah agar diberi rahmat untuk mengetahui tujuan yang lebih mulia - yang selama ini terhalang karena konflik tersebut. 

Jawaban terhadap persoalan Anda dapat muncul tiba-tiba dalam benak Anda, setelah Anda melepaskan semua kekhawatiran dan kecemasan saat ini. Menerima tujuan yang lebih mulia merupakan awal yang secara otomatis akan mengakhiri konflik Anda. Apa ruginya jika Anda berhasil menjadikan lawan Anda sebagai sekutu Anda?   

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Kamis, 02 Oktober 2014

Lampu Tambang Davy

Para pekerja tambang di seluruh dunia menggunakan lampu tambang Davy, ketika menuruni ceruk tambang yang gelap dan dalam untuk menggali batu bara atau mineral lainnya.

Tidak sembarang lampu bisa digunakan di area penambangan, karena gas berbahaya dan mudah terbakar bisa ditemui di kedalaman bumi. Bahaya kebakaran senantiasa mengintai.

Sir Humphry Davy (1778-1829) berhasil menciptakan lampu tambang yang aman. Ia harus bekerja keras selama beberapa tahun, sebelum eksperimennya menghasilkan desain lampu yang tepat, yang tidak akan membakar gas-gas di dalam area penambangan.

Davy bisa saja meraup keuntungan besar dari hasil temuannya, tetapi ia tidak melakukannya. Hasil kerja kerasnya ia tawarkan secara gratis kepada para pekerja tambang. Teman-teman Davy mendesaknya untuk tidak membiarkan kesempatan memperoleh keuntungan finansial dari penemuan itu hilang begitu saja. 

Namun, Davy menepis dengan keyakinan tak tergoyahkan. "Tujuanku bukan untuk mendapat ketenaran atau kekayaan dari hasil kerjaku. Aku memang ingin membantu orang-orang yang bekerja di penambangan. Lampu ciptaanku akan membuat hidup mereka sedikit lebih mudah dan memberiku kepuasan terbesar," ujar Davy.    

Sampai sekarang, Sir Humphry Davy dikenang sebagai ilmuwan besar dan dermawan kemanusiaan.

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Rabu, 01 Oktober 2014

Ketidakpuasan

Mengapa kita begitu sulit merasa puas? Merasa puas tidak seperti memotong sebuah pohon. Sesudah pohon dipotong, selesai. Merasa puas lebih mirip seperti usaha mengambil air raksa dengan sumpit, atau seperti wortel yang digantung setengah meter di depan muka kita dan wortel ini terus bergerak setiap kali kita hendak menggigitnya. 

Rasa puas sulit dicapai karena ada kekuatan yang terus mendesak dari ketidakpuasan. Pertarungan yang berlangsung antara rasa puas dan ketidakpuasan sering tidak terlihat di permukaan, tetapi tak pernah reda.

Ketika kita memasuki dunia materi untuk memuaskan diri kita, dunia itu menarik kita semakin dalam dan lebih dalam lagi. Daya penariknya ternyata sangat kuat. Sesuatu yang saya inginkan, berubah menjadi sesuatu yang memiliki saya.

Rasa puas yang diterapkan di dunia sifatnya relatif. Zaman saat kita hidup, budaya setempat, dan gaya hidup keluarga serta teman-teman turut memengaruhi. Contohnya, jika Anda tinggal di kota New York dan semua tetangga Anda memakai mobil Mercedes, Anda mungkin merasa malu bila Anda mengendarai mobil pengangkut barang dengan bak belakang terbuka. Sebaliknya, jika Anda tinggal di pedesaan, mengendarai mobil truk tua pun Anda lebih diterima oleh masyarakat sekitar.

Secara umum, rasa puas merupakan perbedaan relatif antara semua yang harus dimiliki dengan apa yang kita miliki sekarang. Semakin besar perbedaan antara kedua hal itu, maka rasa puas semakin berkurang.

Kemajuan zaman membawa peningkatan luar biasa terhadap semua yang harus dimiliki. Kemajuan zaman memang memberikan kita hal-hal yang lebih baik, tetapi juga membawa peningkatan dalam ketidakpuasan. 

Sebagai contoh, sebelum ditemukan alat pendingin (AC), tak seorang pun merasa tidak puas saat mengendarai mobil di tengah terik matahari tanpa alat tersebut. Anda tidak bisa merasa tidak puas terhadap sesuatu yang memang tidak ada. Ketika kemajuan zaman menghadirkan AC, tingkat ekspektasi kita meningkat. Bersamaan dengan itu meningkat pula tingkat ketidakpuasan manusia.

Sadarilah, hidup di zaman sekarang pada dasarnya merupakan pengalaman hidup yang komparatif. Karena itu, janganlah membanding-bandingkan diri Anda dan harta benda Anda dengan orang lain dan milik mereka. Tentukan titik akhir yang menunjukkan "cukup." Tetaplah berpegang pada titik itu dan temukan betapa bebas rasanya setelah Anda melakukannya.

(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007) 

Senin, 29 September 2014

Waktu

Yang penting bukanlah berapa banyak waktu yang Anda gunakan, melainkan berapa banyak yang Anda lakukan dalam waktu itu.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)

Sabtu, 27 September 2014

Peduli Keluarga

Ketika merpati betina hendak bertelur, merpati betina dan jantan bekerja sama mengumpulkan jerami-jerami dan merajutnya sebagai sarang tempat merpati betina mengerami telur-telurnya. 

Merpati jantan selalu menjaga merpati betina dan telur-telur dari ancaman bahaya, terutama gangguan dari pejantan-pejantan lain. Jika merpati betina lelah dan lapar karena mengerami telur-telurnya, merpati jantan akan segera menggantikan posisi merpati betina untuk mengerami telur-telur itu.

Apakah kita sudah cukup peduli dengan keluarga kita? Yang memprihatinkan, banyak terjadi kasus pembunuhan dalam keluarga seperti orangtua membunuh anaknya atau anak membunuh orangtuanya. Ada juga ayah atau kakek yang memerkosa anak atau cucunya sendiri.

Tidak seperti merpati jantan yang selalu setia dan penuh perhatian ketika merpati betina mengerami telur-telurnya, kebanyakan pria bersikap tidak peduli dengan tugas seorang istri. Mereka beranggapan, pria yang mencari nafkah dan tidak perlu ikut mengurusi rumah tangga seperti mengasuh anak-anak.

Banyak suami yang sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa ketika diminta istri untuk membuatkan susu, mengganti popok, dan sebagainya. Belajarlah dari burung merpati jantan, yang peduli akan urusan rumah tangganya.

(Dari: Buku Pembelajaran Moral dari Sifat Binatang - 50 Tip Motivasi dari 10 Binatang yang akan Membangun Kepribadian Anda, karya Judirman Djalimin. Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2010)

Selasa, 23 September 2014

Penyatuan adalah Kenyataan Sejatiku

Kita hidup dalam dunia ilusi di mana kita semua tampak terpisah. Kita bagaikan pulau-pulau di laut, sehingga jika laut dikeringkan, kita baru akan mendapatkan pemandangan satu daratan.

Setiap orang yang mencapai pencerahan - dapat merasakan seluruh dunia dan alam semesta sebagai suatu kesatuan. Penyatuan dan kesatuan merupakan kebenaran dari kesadaran yang lebih tinggi. Itulah sebabnya, hubungan dan upaya menyingkirkan ilusi keterpisahan menjadi cara untuk menyembuhkan dunia.


Latihan

Hari ini, pagi-pagi, cobalah menutup mata sebentar. Bayangkan Anda sebagai bayi dalam pelukan ibu - dengan ayah dan seluruh keluarga memandangi Anda. Rasakanlah betapa besar cinta mereka kepada Anda.

Mungkin ada yang tidak Anda miliki seperti uang atau rumah yang bagus, tetapi Anda berada di tengah orang-orang yang mengasihi Anda dan mereka bersyukur atas kehadiran Anda.

Rasakanlah betapa mereka mencintai Anda apa adanya, tanpa mempersoalkan pendapat atau keyakinan Anda. Cinta mereka dan hubungan mereka dengan Anda merupakan penyatuan. Buanglah segala rasa keterpisahan. 

Di malam hari, bayangkan Anda berada dalam pelukan Tuhan. Buanglah segala ketakutan dan kekhawatiran, serta semua yang membebani pikiran Anda. Biarkan Anda dibuai seperti bayi.

Rasakanlah hubungan cinta antara Tuhan dan Anda. Rasakanlah kekuatan itu melingkupi Anda - cinta yang bergerak melalui diri Anda dan memancar ke segenap penjuru dunia.

Buatlah diri Anda nyaman. Anda tak perlu melakukan apa pun, tidak pula harus pergi ke mana pun. Anda, sang bayi, menerima semua cinta itu.
 
(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Minggu, 21 September 2014

Penyembah Api

Ada sebuah legenda dari Timur tentang Nabi Ibrahim yang duduk di tendanya pada suatu sore, berjaga kalau-kalau ada orang asing yang butuh beristirahat setelah melintasi padang pasir yang ganas.

Tak lama berselang, ia melihat seorang lelaki tua berjalan ke arahnya. Lelaki tua itu tampak lemah dan letih, badannya condong bertumpu pada tongkat di tangannya.

Ibrahim keluar tenda menyambut lelaki tua itu, menuntunnya masuk ke dalam tenda dan menyajikan makanan hangat untuknya. Lelaki tua itu begitu lapar, sehingga ia melahap makanan tanpa berdoa lebih dahulu.

"Tuhan apa yang engkau imani, sahabat?" tanya Ibrahim.

"Oh, saya menyembah api," jawab lelaki tua itu sambil makan. "Saya tidak mengakui Tuhan lainnya."

Ibrahim menjadi marah dengan jawaban yang didengarnya. Ia mendorong lelaki tua itu keluar tenda, membiarkannya sendirian di kegelapan malam di bawah naungan langit dan terpaan angin.

Saat Ibrahim hendak tidur malam itu, Tuhan memanggilnya dan menanyakan keberadaan tamu tersebut. "Aku mendorongnya keluar tenda, Tuhan," Ibrahim menjelaskan, "karena ia tidak menyembah-Mu."

Tuhan bersabda kepadanya, "Aku telah bersikap toleran terhadapnya selama bertahun-tahun, meskipun ia tidak menghormati-Ku. Tidak bisakah engkau bertoleransi semalam saja, bukankah ia tidak memberimu kesulitan?"

Mendengar peringatan Tuhan, Ibrahim merasa malu dengan sikapnya yang tidak bisa bertoleransi. Ia keluar mencari lelaki tua itu, mengundangnya kembali ke dalam tenda dan menjamunya dengan ramah.

(Dari: Buku Menulis di Atas Pasir - 75 Kisah tentang Keberanian dan Keteguhan Iman, karya J.P. Vaswani. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
 

Rabu, 17 September 2014

Menerima adalah Memberi

Ketika kita menerima, kita tidak hanya menerima untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitar kita. Semakin banyak kita menerima, semakin banyak pula yang dapat kita berikan.

Kita benar-benar menikmatinya karena ketika kita terpenuhi, secara alami kita meneruskan keberlimpahan itu kepada orang lain. Banyak orang yang senang memberi, tetapi mengalami kesulitan untuk menerima, bahkan terjerat dalam pengorbanan diri, sehingga berubah menjadi pemarah.

Dalam sebuah relasi, sebelum kita mencapai kemitraan yang baik, kita akan memiliki kekhawatiran untuk menerima. Kemitraan mengajarkan kepada kita cara untuk menerima. Ketika kita belajar menerima, benar-benar menerima dengan tulus, kita membuat orang lain di sekitar kita merasa dicintai. 

Menerima merupakan bentuk terindah dari memberi. Ketika anak kita memberikan seikat ilalang dengan cinta yang tulus kepada kita, seolah ilalang itu seikat bunga terindah di dunia, maka ilalang menjelma menjadi berkat yang amat indah bagi kita. Kesediaan kita untuk menerima kekuatan transformatif cinta anak itu juga menjadi berkat baginya.

Latihan

Hari ini cobalah memberi dengan ikhlas kepada pasangan Anda dan orang lain - hanya dengan menikmati keberadaan mereka dan menerima apa pun yang mereka berikan kepada Anda. 

Sadarilah bahwa yang diberikan kepada Anda sebenarnya jauh lebih banyak daripada yang ingin Anda terima. Terimalah semua yang diberikan kepada Anda dan yang diberikan oleh hidup ini kepada Anda. Dari pagi sampai sore, terimalah megahnya matahari terbit, alunan simfoni alam, dan pesona surya terbenam. Hari ini adalah hari untuk menerima dan menikmati diri Anda sepenuhnya. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Senin, 15 September 2014

Mewujudkan Impian

John Goddard
Ketika berusia 15 tahun, John Goddard (1924-2013) antropolog dan petualang asal Amerika Serikat, mendengar neneknya berkata, "Kalau saja aku melakukannya waktu aku masih muda...." Bertekad untuk tidak menyesali kehidupannya kelak, Goddard menuliskan 127 sasaran hidupnya.

Ia menyebutkan 10 sungai yang ingin ia jelajahi dan 17 gunung yang ingin ia daki. Dalam daftarnya juga termasuk menunggang kuda di parade Rose Bowl, membaca Kitab Suci dan seluruh ensiklopedi Britannica, membaca seluruh karya Shakespeare, Plato, Dickens, Socrates, Aristoteles, dan beberapa penulis klasik lain. Ia berhasrat main suling dan biola, menikah, punya anak (ia memiliki 5 anak), dan menjadi misionaris. 

John Goddard berhasil mencapai 109 sasarannya. Harian LA Times menjulukinya "The Real-Life Indiana Jones." Daftar sasaran hidup Anda mungkin tidak sebanyak John Goddard. Tetapi, jika Anda tidak memiliki beberapa sasaran dalam kehidupan, Anda akan mendapati bahwa Anda hanya memiliki sedikit motivasi untuk bangun di pagi hari, dan hanya sedikit kepuasan saat kepala Anda menyentuh bantal setiap malam. Tuliskanlah sasaran-sasaran hidup Anda dan kejarlah!

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospel Press, 2002)