Cari Blog Ini

Selasa, 31 Maret 2015

Akhiri Konflik di Luar, Lakukan Perubahan di Dalam

Semua konflik di luar diri kita merupakan ekspresi dari konflik di dalam diri kita. Sering kali cara termudah untuk menyembuhkan konflik di luar diri kita adalah dengan menghayatinya di dalam batin dan menemukan dua bagian benak kita yang tengah bertempur. Dunia di sekitar kita merefleksikan apa yang terjadi jauh di dalam diri kita.

Latihan

Hari ini pilihlah konflik yang tengah Anda alami. Pejamkan mata dan rasakan diri Anda menjadi rileks. Hayati semua konflik dan kecemasan Anda; biarkan perlahan-lahan mencair, keluar dari kaki Anda, dan menetes ke lantai.

Nah, sekarang bayangkan diri Anda meluncur kembali ke masa lalu, ke tempat di mana konflik Anda bermula. Anda dapat mengubah skenarionya. Bayangkan Anda menjadi penulis skenario konflik ini, dan Anda menuliskannya dengan tujuan tertentu. Apa kira-kira tujuan penulisan skenario ini?

Sekarang, Anda sudah tumbuh dewasa dan belajar banyak hal, mungkin ada cara yang jauh lebih baik untuk berhasil. Bagaimana cara Anda mengubah skenario konflik tersebut?

Apa yang Anda putuskan mulai menentukan realitas hidup Anda. Apa yang akan Anda pilih untuk Anda lakukan sekarang? Tidak penting seperti apa keadaan atau cara orang lain menanggapi Anda, jika Anda maju terus dengan berbekal kasih sayang, Anda dapat mengubah keadaan. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  

Minggu, 29 Maret 2015

Doa yang Penuh Kesungguhan

Seorang pengkhotbah dan seorang sopir taksi tiba di depan pintu gerbang surga pada saat bersamaan.  Setelah menanyai keduanya, malaikan penjaga surga membukakan pintu gerbang dan mempersilakan sopir taksi masuk ke surga lebih dulu. Kemudian, malaikat itu minta pengkhotbah untuk duduk dan menunggu pertimbangan.

Pengkhotbah marah. "Bagaimana bisa kamu mempersilakan orang itu masuk ke surga lebih dulu dari saya?" tanyanya. "Saya sudah berkhotbah setiap hari Minggu selama lebih dari 50 tahun! Sedangkan sopir taksi itu hanya menyetir di sekeliling kota," kata pengkhotbah.

"Benar," jawab malaikat. "Ketika Anda berkhotbah, orang-orang tertidur. Tetapi ketika sopir ini menyetir, orang-orang memanjatkan doa."

***

Pertumbuhan spiritual sedikit berhubungan dengan kata-kata, tetapi sebaliknya sangat berhubungan dengan pengalaman. Sebab, pengalaman hidup mengalir jauh lebih dalam dan tinggal bersama kita untuk jangka waktu yang lama.

Doa sejati bukanlah masalah membaca sebuah tulisan, tetapi niat dalam hati. Anda dapat saja mengucapkan semua kata yang tepat, namun jika pikiran Anda melayang ke mana-mana atau jika niat Anda lemah, Anda hanya akan mendapat sedikit hasil. 

Sebaliknya, jika Anda memohon dengan keikhlasan dan keyakinan, Anda dapat mengatakan sedikit kata atau tidak sama sekali, dan permohonan Anda akan dijawab secara utuh.

Sertakanlah seluruh hati Anda dalam doa-doa Anda. Ketika Anda tidak sedang berdoa, sertakan seluruh hati Anda dalam kehidupan Anda. Akhirnya, seluruh kehidupan Anda akan menjadi sebuah doa. 

(Dari: Buku Hati yang Bijaksana - Renungan untuk Kehidupan yang Lebih Berarti, karya Alan Cohen. Penerbit Interaksara, 2005)

Rabu, 25 Maret 2015

Just the Way You Are

Temanku Mark Tucker memproduksi dan memberikan presentasi slide multimedia kepada para peminat di seluruh negeri. Suatu malam, setelah salah satu presentasi di East Coast, seorang wanita mendatanginya dan berkata, "Seharusnya Anda memakai musik anak saya untuk presentasi Anda."

Mark lalu menerangkan, putra ibu itu harus membuat rekaman demo musiknya. Wanita itu menatap Mark dan berkata, "Anak saya Billy Joel." Setelah pulih dari rasa kagetnya, Mark memastikan anak ibu itu tak perlu mengirimkan rekaman demo musiknya.

Menurut wanita itu, salah satu lagu yang ditulis putranya mengandung pesan positif tentang menghargai diri sendiri dan cocok sekali dengan karya Mark. Sang ibu lalu berkisah, sebagai bocah lelaki, Billy Joel sering kali ingin menjadi orang lain, seseorang yang berbeda dengan dirinya saat itu.

Agaknya, Billy Joel sering diejek karena ia lebih pendek dari teman-temannya. Ia pun mengeluh dirinya tak cukup tampan. Setiap kali si anak mengatakan sesuatu yang negatif tentang dirinya, sang ibu berkata kepadanya, "Jangan khawatir, itu bukan masalah. Kamu tidak harus menjadi seperti orang lain. Kita semua unik, kita semua berbeda. Kamu pun memiliki sesuatu yang indah untuk dibagikan kepada dunia. Aku mencintaimu seperti kamu adanya."

Ketika Billy Joel menjadi dewasa, ia belajar mengenal siapa dirinya dan mewujudkan impiannya untuk menciptakan musik bagi dunia. Berjuta-juta orang mendengarkan kata-kata dari lagu Just the Way You Are yang memenangi Grammy Award: 

Don't go changin' to try and please me... 
I love you just the way you are...

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)
  

Senin, 23 Maret 2015

Memberi adalah Menerima

Memberi adalah salah satu perasaan terbaik dalam hidup ini. Memberi harus dibedakan dari berkorban, yang tidak memungkinkan kita untuk menerima.

Segala yang kita berikan secara otomatis akan membuka pintu bagi kita untuk merasa senang sekaligus mampu menerima. Inilah alasan mengapa suku-suku asli pada zaman dahulu sangat pemurah. Dengan memberi, mereka dapat merasakan kebesaran jiwa.

Memberi sesungguhnya merupakan bentuk lain dari menerima. Apa yang kita berikan kepada orang lain sama dengan apa yang mereka berikan kepada kita. Bisa jadi mereka mencintai kita dengan sungguh-sungguh, namun jika kita tidak memberi, kita tidak akan pernah dapat terbuka sepenuhnya untuk menerima apa yang mereka berikan. 

Dengan memberi, kita mengenali apa yang ada dalam diri kita selama ini. Kesadaran inilah yang merupakan inti dari pemberian. Kita akan menerima berkah atau perasaan puas karena kita memberi, mengalami, dan menerima kebesaran jiwa kita.

Latihan

Hari ini, bayangkan Anda memiliki segalanya di dunia ini dan Anda dapat memberikan segala yang dibutuhkan orang-orang. Sepanjang hari ini, sempatkan diri untuk memberi kepada orang-orang. 

Dukunglah orang-orang di sekitar Anda. Berikan lebih banyak lagi. Berusahalah lebih keras lagi. Lebih seringlah tersenyum. Bayangkan Anda memberikan sesuatu kepada seseorang tanpa alasan khusus, kecuali Anda senang melakukannya. Bayangkan diri Anda membagikan berkah bagi orang-orang di sekitar Anda sepanjang hari. 

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  

Kamis, 19 Maret 2015

Bukan Sekadar Beasiswa

Osceola McCarty
Osceola McCarty (1908-1999) seorang perempuan berusia 88 tahun dari Mississippi yang telah bekerja selama lebih dari 75 tahun sebagai tukang cuci. Setelah ia pensiun, ia pergi ke bank dan terperanjat ketika menemukan uang sedikit yang ditabungnya setiap bulan telah berkembang menjadi lebih dari US$ 150.000. 

Setiap orang dibuatnya terperanjat, ketika ia menyumbangkan uang senilai US$ 150.000 ke Universitas Southern Mississippi (USM) untuk dana beasiswa bagi para mahasiswa Amerika keturunan Afrika yang kekurangan uang untuk studi. Osceola menjadi berita utama nasional.

Aku berusia 19 tahun waktu itu dan menjadi penerima pertama Beasiswa Osceola McCarty. Aku masuk USM, tetapi kehilangan kesempatan menerima beasiswa dari universitas itu, karena gagal pada salah satu ujian masuk. Padahal, beasiswa adalah satu-satunya harapanku untuk bisa studi di  universitas.

Suatu hari aku membaca kisah Osceola di surat kabar. Hari berikutnya aku mendatangi yayasan bantuan itu. Petugas di sana mengatakan, belum ada uang yang bisa disalurkan untukku. Tetapi beberapa hari kemudian, aku menerima telepon yang memberitahu aku terpilih sebagai penerima pertama Beasiswa Osceola McCarty.

Aku berjumpa dengan Osceola saat konferensi pers. Osceola tidak menikah atau punya anak, maka sejak itu keluargaku menjadi keluarganya. Nenekku dan Osceola sering berbicara lewat telepon dan mengerjakan banyak hal bersama. Osceola pun ikut bergabung dalam acara-acara keluargaku.

Aku ingin memberikan kepada Osceola sebuah keluarga yang selalu ia inginkan. Aku mengangkatnya sebagai nenekku. Ketika aku lulus dari USM, Osceola duduk diapit ibu dan nenekku.  

Osceola memberiku lebih dari sekadar beasiswa. Ia mengajariku tentang rahmat untuk memberi kepada orang lain. Ia mengilhamiku untuk ganti memberi. Aku tahu sekarang, selalu ada orang-orang baik di dunia yang melakukan hal-hal yang baik. (Stephanie Bullock)  

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997) 

Selasa, 17 Maret 2015

Kekayaanku

Kekayaanku 
bukanlah seberapa banyak yang kumiliki, melainkan seberapa sedikit keinginanku.

            Joseph Brotherton (1783-1857), politisi Inggris, perintis vegetarian 

(Dari: Buku Chicken Soup for the Soul - Think Positive - 101 Kisah Inspiratif tentang Mensyukuri Karunia dan Bersikap Positif, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Minggu, 15 Maret 2015

Seandainya.......

Seandainya.......
 
Saya katakan pada pasangan saya bahwa saya mencintainya - itu tidak menyakitkan.

Saya taruh catatan di tas anak saya dengan tulisan betapa ia sangat berarti - itu tidak menyakitkan.

Saya bukakan pintu di mal untuk seorang pengunjung yang duduk di kursi roda - itu tidak menyakitkan.

Saya berikan sekotak kue untuk pak pos - itu tidak menyakitkan.

Saya biarkan seseorang menyalip saya saat antre - itu tidak menyakitkan. 

Saya telepon saudara saya dan mengatakan saya kangen padanya - ia pun merindukan saya!

Saya memasak sup untuk seorang teman yang sedang sakit - itu tidak merugikan.

Saya bermain di taman dengan anak saya - itu menyenangkan.

Saya ucapkan terima kasih pada pegawai toko yang membungkus belanjaan saya - ia tersenyum.

Saya lakukan perbuatan-perbuatan baik sepanjang tahun - itu tidak merugikan.

(Sandy Ezrine)

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, dan Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)
 

Rabu, 11 Maret 2015

Sikap Kelas Utama

Beberapa tahun lalu, aku dan temanku menghadiri kursus penjual buku di New York. Setelah satu hari sibuk, kami siap pulang ke rumah. Kami meninggalkan gedung pertemuan, mencari taksi ke bandara.

Setelah beberapa waktu tidak mendapat taksi, tiba-tiba kami sadar, ini jam 5 sore di New York City! Jam sibuk. Temanku punya nomor telepon perusahaan sewa mobil. Hujan turun semakin deras. Setelah menunggu sekitar satu jam, mobil sewa datang dan membawa kami ke bandara.

Kami tiba di loket penerbangan dengan sedikit waktu tersisa. Namun, petugas tidak menemukan pesanan tempat kami. Kami berpandangan tak percaya, tetapi entah bagaimana, kami bisa tetap tersenyum sambil mengusahakan jalan keluar bersama petugas. Lima belas menit sebelum keberangkatan, akhirnya masalah selesai.

Kami bernapas lega ketika tiba di pintu penerbangan, tetapi penerbangan ditunda setengah jam. Setelah dua puluh menit berlalu, dengan bersemangat kami kembali kepintu penerbangan. Ternyata, penundaan diperpanjang satu jam karena cuaca buruk di tempat tujuan.

Meski lelah dan ingin cepat pulang, kami menolak mengakhiri perjalanan dengan pahit. Kami memilih untuk menggunakan waktu tunggu sebaik mungkin. Kami membicarakan bagaimana penundaan di dalam hidup bisa sangat menjengkelkan, namun kita tak pernah tahu mengapa itu semua terjadi. Mungkin ada maksud tersembunyi yang belum kita sadari saat itu. Mungkin penundaan terjadi untuk mengubah jalan hidup kita ke arah yang lebih baik.

Kami terus duduk dan mengobrol, sementara pengumuman demi pengumuman terus terdengar memperpanjang penundaan penerbangan. Karena duduk dekat meja petugas, kami bisa mendengar penumpang yang mendekati meja petugas dan mengungkapkan kekecewaan mereka.

Pada titik itu, kami berusaha keras tidak membiarkan frustasi menguasai kami. Kami tetap tersenyum. Lewat tengah malam, petugas membagikan makanan kepada para penumpang. Temanku berdiri dan menawarkan bantuan. Aku mengikutinya. Ide yang bagus. Kami turut menuang jus dan air, menawarkannya kepada para penumpang yang lelah. 

Setelah semua penumpang dilayani, kami duduk kembali. Kami bicara tentang betapa senangnya melihat wajah-wajah merengut berubah menjadi senyum. Kami sungguh menyadari apa arti melihat "gelas setengah penuh," bukannya "gelas setengah kosong."

Hidup terkadang menghadirkan peristiwa yang kecut. Apakah kita akan membuat wajah yang masam atau menambah sedikit pemanis? Terkadang, kita sangat menginginkan realitas berubah. Tetapi kita tidak menyadari, untuk mengubah realitas, persepsi kita harus juga berubah. Mungkin kita tidak bisa mengendalikan hal-hal yang terjadi di sekitar kita, namun kita bisa mengendalikan sikap kita dan terkadang itu mengubah segalanya.

Saat kami masih mengobrol, seorang petugas penerbangan mendekati kami. Ia berterima kasih atas bantuan kami dan menghargai sikap positif kami. Ia lalu meminta boarding pass kami, memberitahu bahwa perusahaan penerbangan ingin menaikkan kami ke kelas utama!

Tak lama setelah menukar tiket, pesawat kami siap terbang. Kami naik pesawat dengan sudut pandang pencerahan tentang betapa besar dampak yang bisa dibuat oleh sikap kita. (Mandie Maass)

Orang bukan terganggu oleh sesuatu, melainkan oleh sikap pandang mereka terhadap sesuatu itu. (Epictetus)

(Dari: Buku Chicken Soup for the Soul - Think Positive - 101 Kisah Inspiratif tentang Mensyukuri Karunia dan Bersikap Positif, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Senin, 09 Maret 2015

Apa yang Anda Tanam?

Sandy hidup di apartemen yang begitu kecil, sehingga ketika ia kembali dari berbelanja, ia harus memutuskan apa yang harus ia singkirkan agar bisa menempatkan barang belanjaannya. 

Ia berjuang keras dari hari ke hari untuk menghidupi dirinya dan putrinya yang berusia 4 tahun dengan uang hasil menulis dan pekerjaan serabutan lainnya. Mantan suaminya telah lama menghilang.

Benda-benda yang oleh kebanyakan orang Amerika dianggap sebagai keharusan seperti televisi, radio, microwave ada dalam daftar terbawah Sandy, pada bagian "mungkin dibeli suatu hari nanti."

Kisah Sandy bukan sesuatu yang luar biasa. Banyak orangtua tunggal dan orang-orang tua yang bergulat dengan struktur ekonomi, terpuruk di antara celah upaya untuk sungguh-sungguh bisa mencukupi diri atau menyatakan diri cukup miskin, agar bisa memperoleh bantuan pemerintah.

Yang membuat Sandy berbeda adalah penampilannya. "Saya tak memiliki banyak barang atau mimpi seorang Amerika," katanya dengan senyum tulus.
"Apakah hal itu mengganggumu?" tanyaku.

"Kadang-kadang. Bila saya melihat gadis kecil seusia putriku memiliki boneka dan pakaian yang bagus, atau naik mobil mewah, atau tinggal di rumah yang nyaman, saya merasa pedih. Setiap orang ingin mencukupkan kebutuhan anaknya," jawab Sandy.

"Tapi kamu tidak merasa getir?" 
"Apa yang harus dianggap sebagai kegetiran? Kami tidak kelaparan atau sekarat membeku. Saya memiliki apa yang sungguh-sungguh penting dalam hidup ini," kata Sandy.

"Apa itu?" tanyaku lagi.
"Menurut saya, tak masalah berapa banyak barang yang kita beli, tak penting berapa banyak uang yang kita dapatkan. Kamu hanya perlu mempertahankan tiga hal dalam hidup ini yang tak dapat direnggut darimu, yaitu pengalaman, teman-teman sejati, dan apa yang kamu tanam di dalam dirimu," tandas Sandy.

Bagi Sandy, pengalaman tidak perlu yang luar biasa. Saat-saat biasa bersama putrinya, berjalan di taman, bersantai di bawah pohon, mendengarkan musik, atau memanggang roti.

Sedangkan teman-teman sejati buat Sandy adalah, "Mereka yang tidak pernah meninggalkan hatimu, sekalipun mereka pergi dari kehidupanmu untuk sementara waktu. Bahkan setelah bertahun-tahun berpisah, kamu bisa menempatkan diri di tengah mereka kembali seperti sebelumnya." 

Tentang apa yang ditanam di dalam diri, Sandy mengatakan, "Hal itu tergantung pada setiap orang. Saya tidak menanam kepahitan dan penderitaan. Saya menanam itu," katanya sambil melihat hangat ke putrinya dengan mata berbinar penuh syukur dan kegembiraan.

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, dan Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)

Kamis, 05 Maret 2015

Jujur pada Diri Sendiri

Ketika kita jujur pada diri sendiri, kita akan memiliki arah dan tujuan hidup yang alami. Kadangkala, orang-orang di sekeliling kita menjadi tidak nyaman saat kita jujur, sebab kejujuran kita membangunkan mereka.

Kejujuran kita membuat mereka tidak hidup nyaman di tempat mereka terjebak dalam peran dan tugas. Kendati kita membuat mereka tidak nyaman, sikap kita terhadap mereka tidak palsu. 

Dengan sungguh-sungguh berkomitmen terhadap diri kita sendiri, mustahil bagi kita untuk mengkhianati siapa pun, karena ketika kita bersikap jujur pada diri sendiri, kita bisa memperpanjang kejujuran itu ke orang lain. 

Latihan

Hari ini, simaklah berbagai area di mana Anda bisa lebih jujur terhadap diri Anda sendiri. Jika ada sesuatu yang sulit, artinya Anda tidak jujur pada diri sendiri. 

Penting untuk diingat, ketidakjujuran tak selalu pada apa yang Anda lakukan, tetapi juga bagaimana Anda melakukannya.

Kadangkala, bisa saja Anda melakukan sesuatu agar disetujui, yang tampaknya bermanfaat bagi Anda dalam jangka pendek, namun mengarah pada kegagalan dalam jangka panjang.

Pada area-area di mana Anda jujur pada diri sendiri, Anda menerima; dan selanjutnya segala sesuatu mengalir secara alami. Sekarang saatnya untuk jujur pada diri Anda sendiri. Dengan melakukannya berarti Anda bersikap jujur kepada semua orang.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)
    

Senin, 02 Maret 2015

Mengejar Kebahagiaan

Seorang petani dan istrinya bergandengan tangan menyusuri jalan sepulang dari sawah di bawah guyuran air hujan. Saat itu, lewatlah sebuah motor di depan mereka. Petani itu berkata kepada istrinya, "Lihatlah Bu, betapa bahagianya suami istri yang naik motor itu. Meskipun kehujanan, mereka bisa cepat sampai ke rumah. Tidak seperti kita yang harus lelah berjalan untuk sampai ke rumah."

Sementara itu, pengendara sepeda motor dan istrinya yang sedang berboncengan di bawah derasnya air hujan melihat sebuah mobil pick up lewat di depan mereka. Pengendara motor itu berkata kepada istrinya, "Lihat, Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil itu. Mereka tak perlu kehujanan seperti kita."

Dalam mobil pick up yang dikendarai sepasang suami istri, terjadi perbincangan ketika sebuah mobil sedan mewah lewat di depan mereka. "Lihatlah Bu, betapa bahagianya orang yang naik mobil bagus itu. Mobilnya pasti nyaman dikendarai, tidak seperti mobil kita yang sering mogok."

Pengendara mobil mewah adalah seorang pria kaya. Ketika melihat sepasang suami istri yang berjalan bergandengan tangan di bawah guyuran air hujan, berkata dalam hatinya, "Betapa bahagianya suami istri itu. Mereka dengan mesra berjalan bergandengan tangan, sambil menyusuri indahnya jalan di pedesaan ini. Sementara aku dan istriku tak pernah punya waktu untuk berdua, karena kesibukan kami masing-masing."

Kebahagiaan sejati tidak bisa kita peroleh di tempat lain. Kebahagiaan sejati ada dalam hati kita yang penuh syukur.

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbi Andi, Yogyakarta, 2012)