Cari Blog Ini

Kamis, 28 Februari 2013

Benih yang Mati

Seorang CEO (Chief Executive Officer) hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaik. Untuk itu, ia memanggil semua eksekutifnya. Ia memberikan sebutir benih kepada masing-masing dan berkata, "Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang."

Salah seorang eksekutif, Joko, pulang ke rumah dan menanam benih itu. Ia merawatnya setiap hari. Setelah enam bulan, para eksekutif lain saling bicara tentang tanaman mereka di kantor, sedangkan Joko tidak melihat perubahan apa pun pada benih miliknya. Ia merasa gagal.

Setahun berlalu. Semua eksekutif menghadap CEO untuk memperlihatkan hasil benih tersebut. Memasuki ruang rapat, Joko hanya membawa pot berisi tanah. Seluruh mata memandangnya dengan rasa kasihan. 

Ketika CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan semua tanaman yang ada, sampai akhirnya berhenti di depan pot milik Joko. CEO lalu meminta Joko menceritakan tragedi yang menimpanya. Selesai bercerita, CEO berseru,"Berikan tepuk tangan meriah untuk Joko, CEO baru kita!"  

Ternyata, CEO itu memberikan sebutir benih yang sebelumnya telah disiram air panas, sehingga tidak mungkin bertumbuh. "Melihat benih yang kuberikan tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Berbeda dengan Joko, ia menceritakan dengan jujur hal sebenarnya," ujar CEO.

Orang yang mati nuraninya, tidak akan menghasilkan buah yang menghidupkan." - Xavier Quentin Pranata

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbit Andi-Yogyakarta, 2012)
     

Selasa, 26 Februari 2013

Memberi Lebih Dulu

Seorang pria paruh baya mempunyai toko makanan ternak yang tidak begitu laku. Semakin lama, semakin sedikit orang yang membeli pakan ternak. Pria itu lalu punya ide "gila," menginvestasikan 50 dollar - uang yang cukup banyak pada zaman itu - untuk membeli 1.000 ekor anak ayam. 

Para tetangganya mengejek: jual pakan ayam saja tidak bisa, apalagi sekarang jual anak ayam. Mereka lebih heran lagi, ketika tahu bahwa pria tersebut tidak menjual anak-anak ayamnya. Ia memberikan anak-anak ayam itu secara gratis kepada para pembeli pakan ternaknya.

Para tetangganya berpikir: toko sudah mau bangkrut, malah beli banyak anak ayam, lalu dibagi-bagikan gratis. Ternyata, program anak ayam gratis malah membuat banyak orang mulai berdatangan ke tokonya. Semakin hari, tokonya semakin laris. 

Setelah diselidiki, para pembeli pakan ternak yang menerima anak ayam gratis, datang kembali berbelanja ke toko tersebut untuk membeli makanan bagi anak ayam gratisan tersebut.

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbit Andi-Yogyakarta, 2012)

Minggu, 24 Februari 2013

Membagi Kehangatan

Lilin yang menyala mengatakan kepada kita, "Engkau telah menyalakan aku, kini engkau menatap apiku. Engkau menikmati kehangatan dan terang yang kupancarkan. Aku bahagia bisa berguna dan dibakar demi engkau. Jika tidak, aku hanya berbaring di kotak yang tersimpan di lemari. Aku hanya punya arti, saat aku sedang menyala. Walaupun aku sadar, semakin lama aku terbakar, semakin pendek tubuhku, dan semakin dekat pula aku mencapai akhir hayatku."

Kita manusia juga seperti lilin itu. Apakah kita akan terus menutup "kotak" kita, ataukah kita berbaur dengan masyarakat, membagikan kehangatan dan cinta yang memberi makna kepada hidup kita?

Baroness de Hueck (1896-1985), aktivis sosial dan penulis kelahiran Rusia, mengatakan, "Sebuah lonceng bukanlah lonceng hingga engkau membunyikannya. Lagu bukanlah lagu hingga engkau menyanyikannya... Cinta dalam hatimu tidak dianugerahkan untuk disimpan: Cinta bukanlah Cinta hingga engkau menyalurkannya." (saduran Tanget)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008) 

Sabtu, 23 Februari 2013

Jalan Masing-Masing

Tidak setiap orang mengetahui bagaimana orang lain harus berhasil mencapai tujuan perjalanan rohaninya. Juga, tidak setiap orang memiliki roh yang begitu sempurna, sehingga ia mengetahui bagaimana jiwa harus dihantar dan dibimbing dalam masing-masing tahap hidup rohani.

Seperti dalam membuat patung. Tidak setiap orang yang mempunyai pengetahuan tentang kayu dan mampu memahat sebuah patung, sanggup menyelesaikan dan menggosok patung itu sampai sempurna. Tidak setiap orang yang dapat menggosok patung itu sampai mengkilap dapat merancangnya, dan tidak setiap orang yang bisa merancangnya dapat menyelesaikan karya itu hingga utuh-sempurna. Masing-masing orang hanya dapat melakukan pada patung itu pekerjaan yang ia kuasai. Bila ia mau berbuat lebih, ia justru merusak patung tersebut.

Allah membimbing masing-masing jiwa melalui jalan yang berbeda-beda. Hampir tidak ada satu orang pun yang memperoleh bimbingan - separuhnya saja - sama dengan bimbingan kepada orang lain. 

(Dari: Buku Nyala Cinta yang Hidup hal. 106-107, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Karmelindo, 2007)


Kamis, 21 Februari 2013

Dengarkan Hati Anda

Salah satu pemimpi terbesar abad ke-20 adalah Walt Disney. Ia yang pertama kali menciptakan kartun bersuara dan berwarna, serta film animasi. Tetapi mahakarya visi Walt yang terbesar adalah Disneyland dan Walt Disney World. Ternyata, visi itu datang dari tempat yang tak disangka-sangka.

Ketika kedua putri Walt masih kecil, ia suka mengajak mereka ke taman hiburan di Los Angeles pada Sabtu pagi. Mereka senang sekali. Yang terutama menarik hati Walt ialah permainan karusel. Ia melihat gambar-gambar cemerlang yang samar berpacu dengan musik yang riang. 

Tetapi, ketika ia semakin dekat dan karusel berhenti, ia sadar bahwa matanya terkecoh. Yang ia lihat hanya kuda-kuda dengan cat sudah memudar. Selain itu, hanya kuda-kuda di lingkaran luar yang bergerak naik-turun, sedangkan kuda-kuda di bagian dalam disekrup ke panggung karusel.

Kekecewaan itu memberi inspirasi suatu visi besar: membuat taman hiburan di mana anak-anak maupun orang dewasa bisa menikmati suasana karnaval sesungguhnya. Impian itu melahirkan Disneyland.

Benih impian bagi kebanyakan orang muncul secara alami dari pengalaman sehari-hari. Bukalah mata dan telinga, dengarkan hati Anda. Bersikaplah terbuka terhadap segala kemungkinan. 

"Kalau Anda bisa memimpikannya, Anda tentu bisa mewujudkannya. Jangan pernah melupakan fakta bahwa semua ini bermula dari seekor tikus"
                                                             - Walt Disney

(Dari: Buku Kerja Sama Membuat Impian Menjadi Kenyataan, karya John C. Maxwell. Penerbit Interaksara, 2003)

Selasa, 19 Februari 2013

Keyakinan

Seorang wiraniaga perlengkapan kantor berhasil membujuk seorang pemilik toko untuk memesan lima ratus pen. Ia sedang menulis pesanan di bukunya, ketika sang pemilik toko tiba-tiba berseru, "Sebentar! Saya batalkan pesanan." Pemilik toko tersebut lalu kembali melayani pelanggan yang berbelanja di tokonya.

Setelah wiraniaga pergi, salah seorang penjaga toko bertanya kepada majikannya, "Mengapa tuan membatalkan pesanan pen itu?" 

Dengan tenang pemilik toko menjawab, "Ia bicara setengah jam tentang kehebatan pen yang dijualnya. Tetapi, ia menulis pesananku di bukunya dengan pensil. Perbuatannya tidak sejalan dengan perkataannya. Saya tidak percaya pada orang seperti itu." (Quote)  

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
 

Minggu, 17 Februari 2013

Seperti Pensil

Pensil mempunyai lima kualitas yang bisa membuat orang tenang dalam menjalani hidup, jika berpegang pada prinsip-prinsip berikut ini:

Kualitas pertama, jangan pernah lupa selalu ada tangan yang membimbing langkah kita, layaknya sebuah pensil ketika dipakai untuk menulis. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya.

Kualitas kedua, dalam proses menulis, beberapa kali kita harus berhenti dan meraut pensil. Rautan ini pasti membuat pensil menderita. Namun, setelah diraut, pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Penderitaan dan kesulitan dalam hidup akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik.

Kualitas ketiga, pensil selalu memberi kita kesempatan untuk menggunakan penghapus jika ada kata-kata yang salah tulis. Memperbaiki kesalahan kita dalam hidup dapat membantu kita tetap berada di jalan yang benar.

Kualitas keempat, bagian terpenting dari pensil bukanlah bagian luar, melainkan arang yang ada di dalamnya. Sadarilah selalu hal-hal dalam diri kita, jangan terburu-buru menyalahkan orang lain.

Kualitas kelima, pensil selalu meninggalkan tanda atau goresan. Apa yang kita perbuat dalam hidup ini pun akan meninggalkan kesan. Berhati-hatilah dan sadarilah semua tindakan kita, agar tidak menyakiti orang lain.

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbit Andi-Yogyakarta, 2012)
 

Kamis, 14 Februari 2013

Ilusi tentang Cinta

Setiap orang mendambakan cinta supaya bahagia. Tetapi cinta yang didambakan bukanlah Cinta yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin Cinta menjadi objek keinginan, dan Anda sungguh bahagia dengan terpenuhinya keinginan? Bagaimana mungkin mencintai orang lain, kalau Anda membutuhkan cinta untuk memenuhi kebutuhan psikologis Anda?

Barangkali Anda memiliki seseorang yang Anda cintai dan Anda berdua merasa sama-sama cocok. "Kami belajar untuk saling menerima kelemahan dan kelebihan masing-masing. Terlebih kami belajar untuk saling memuaskan. Aku belajar untuk memenuhi kebutuhannya dan dia belajar untuk memenuhi kebutuhanku." 

Apakah keinginan pasangan sungguh-sungguh bisa dipuaskan? Apa yang terjadi ketika keinginan tidak terpuaskan? Apakah Anda marah, jengkel, benci, cemburu, dan seterusnya? Untuk menghindari kemarahan atau kejengkelan pasangan Anda, apakah Anda terpaksa terus memuaskan kebutuhannya? Sampai kapan Anda akan memuaskan kebutuhan psikologis pasangan Anda atas nama cinta?

Kalau Cinta identik dengan perasaan, cinta selalu berubah-ubah, tidak ada perasaan yang tetap. Kemarin Anda bergelora karena cinta, sekarang cinta menjadi luntur atau merosot. Pada waktu lain kebencian bisa berubah menjadi cinta yang bergelora kembali. Apakah Cinta yang sesungguhnya bisa merosot atau bergelora kembali?

Amatilah gerak perasaan Anda, perasaan cinta atau benci, ketika itu muncul. Biarkan berhenti dengan sendirinya. Bukankah ketika perasaan tidak lagi membelenggu Anda, entah perasaan cinta atau benci, kepekaan muncul dalam hati? Bukankah hati yang mampu mencinta adalah hati yang peka?

Tanpa Diri adalah Cinta
Hati yang tidak peka mudah terseret oleh objek-objeknya. Ia mudah mencintai yang satu dan membenci yang lain, atau lebih mencintai yang satu dan kurang mencintai yang lain.

Hati yang peka melihat segala sesuatu bukan sebagai objek, melainkan sebagai apa adanya. Cinta yang lahir dari hati yang peka tidak memperlakukan yang lain sebagai objek.

Cinta yang sesungguhnya juga tidak mengenal entitas lain di luar Cinta itu sendiri. Seseorang yang sedang dilanda cinta, suka mengatakan, "Sayang, aku mencintaimu. Terimalah cintaku." Dalam cinta yang demikian, masih ada "si aku" yang mencintai atau "si aku" yang memiliki. Bagaimana mungkin mencintai kalau masih ada ambisi untuk memiliki? Bagaimana mungkin mencintai kalau tindakan masih digerakkan oleh diri?

Diri sebagai entitas yang mencintai adalah ilusi. Cinta yang digerakkan oleh diri adalah juga ilusi. Ketika ilusi seluruhnya runtuh, bukankah Cinta yang sesungguhnya mungkin bersemi? Bisakah Cinta mekar dan bertindak dari dirinya sendiri?

(Dari: Buku Pencerahan - Kebenaran, Cinta, dan Kearifan Melampaui Dogma, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2013)

Selasa, 12 Februari 2013

Diam

Bagi orang asli Afrika, diam bukanlah sesuatu yang pasif atau vakum, juga bukan suatu keadaan tanpa kata dan pembicaraan; melainkan suara aktif dan positif yang mendorong pemikiran serta refleksi yang dapat meningkatkan mutu pembicaraan selanjutnya. 

Dalam diam-lah, refleksi konstruktif tentang diri sendiri, nilai, dan makna hidup dimungkinkan. 

Sementara itu, suara dianggap sebagai kebalikan. Suara membuat kita mengabaikan milik kita yang paling berharga, yaitu waktu dan diri kita yang sejati.

Memang, menghadapi kebenaran diri sendiri dan jujur terhadap diri sendiri sering kali menyakitkan. Itulah sebabnya, kita kemudian mencari pelarian pada suara-suara untuk keluar dari ketakutan menemukan kedalaman dari kekosongan. Kita takut akan keheningan. Kita takut hanya bersama diri sendiri dan masuk pada bagian diri yang terdalam.

Lebih dari itu, dalam pencarian akan Dia yang Mahabesar, pencapaian spiritual yang sejati hanya bisa dicapai melalui introspeksi yang dilakukan dalam hening. Hanya dalam keheningan, hati seseorang bisa berhadapan dengan dirinya dan berefleksi tentang pertanyaan-pertanyaan penting, seperti siapakah aku? 

Maharal, seorang komentator mistik abad ke-16, menjelaskan bahwa kegiatan berbicara adalah aspek fisik manusia. Karena itu, ketika berbicara, aspek fisiklah yang mengendalikan kita. Diam, memungkinkan dimensi spiritual kita mengambil alih kendali tersebut.

Orang-orang yang mau bertekun dalam kehidupan spiritual perlu melihat nilai keheningan sebagai latihan bagi jiwa. Kendaraan kebijaksanaan adalah keheningan. Sokrates mengingatkan kita: kehidupan yang tidak direfleksikan tidaklah berarti untuk dijalani.

Menyediakan waktu khusus untuk bersama diri sendiri akan membantu kita menjajaki dunia diri kita yang terdalam. Inilah saat kita menembus diri kita yang lebih dalam dan menempatkannya pada perspektif yang benar. (Ujah Gabriel Ejembi, S.J.)

(Dari: Buku Bunyikan Genta bagi Tuhan - Persembahan Harian 2013, penerbit Sekretariat Nasional Kerasulan Doa Indonesia)

Minggu, 10 Februari 2013

Pola Pikir

Tiga orang China duduk bersantai di bawah pohon sambil berbincang. Yang seorang pejabat pemerintah, yang lain profesor di suatu universitas, dan satunya petani sederhana.

Mereka berangan-angan seperti apa hidup yang nyaman menurut mereka. Pejabat pemerintah mengatakan, ia ingin sekali memiliki sebuah cangkir porselin yang istimewa diisi dengan teh yang enak dan seekor kuda perkasa yang bisa mengantarnya berkeliling negeri.

Sang profesor berkata, yang paling ia inginkan adalah dua mata yang baik, sehingga ia dapat menggunakan waktunya setiap hari untuk membaca buku-buku.

Petani mengatakan, ia tidak menghendaki yang istimewa untuk hari esok, melainkan hanya hal-hal biasa yang terjadi setiap hari seperti matahari terbit, sumur penuh air bersih, burung-burung berkicau di dahan pohon buahnya.

Malam itu terjadi gempa tektonik dahsyat. Gempa menghancurkan mimpi sang pejabat pemerintah. Hal serupa menimpa profesor. Matanya cacat karena reruntuhan gempa dan perpustakaannya terbakar. 

Tetapi harapan sang petani tidak dipengaruhi bencana gempa. Matahari terbit seperti biasa, sumurnya tetap berisi air bersih, dan burung-burung berkicau. 

Kisah ini mengungkapkan kebenaran pepatah China kuno: "Berbahagialah orang yang tidak mengkhayalkan hal-hal besar untuk hari esok, tetapi menerima setiap hari sebagai pemberian Allah. Semua pemberian-Nya baik adanya." (Carlos Valles)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)    

Kamis, 07 Februari 2013

Pelajaran Berharga

Ronald Reagan (1911-2004), Presiden Amerika Serikat ke-40, berasal dari keluarga miskin. Ayahnya pemabuk berat dan ibunya sangat sederhana. "Ibuku adalah sosok paling ramah yang pernah kujumpai dalam hidup. Ibu selalu punya sesuatu untuk diberikan kepada orang-orang yang kurang beruntung dibandingkan keluarga kami," kenang Reagan tentang ibunya.

Saat menjadi aktor di Hollywood, Reagan pernah menerima sepucuk surat dari seorang bapak yang mempunyai putri kecil yang sedang terbaring sakit keras. Sang putri menginginkan potret diri Reagan dengan tanda tangannya. Reagan tak menghiraukan permintaan itu.

Suatu kali, ia menceritakan hal itu kepada ayahnya. Ayahnya menyarankan Reagan segera memenuhi permintaan sederhana tersebut. Reagan melakukannya. 

Dua minggu kemudian, Reagan menerima surat dari seorang perawat di rumah sakit tempat putri kecil itu dirawat. Sang perawat menceritakan, gadis cilik tersebut telah meninggal sambil mendekap erat foto bintang film Ronald Reagan.

Bagi Reagan, peristiwa itu menjadi pelajaran berharga tentang hidup. "Saya tidak akan pernah menahan diri lagi untuk berbuat baik kepada siapa pun selama saya dapat melakukannya, betapa pun kecil perbuatan itu," ujarnya. (Bert Balling)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
  

Selasa, 05 Februari 2013

Kesempatan Kedua

Thomas Alva Edison (1847-1931) telah melakukan 12.000 uji coba mengembangkan bola lampu listrik, namun belum berhasil. Kali ini ia menyerahkan sebuah bola lampu yang sudah rampung kepada seorang pembantunya yang masih muda. 

Pemuda itu membawa bola lampu dengan sangat hati-hati menaiki tangga. Pada langkah terakhir, bola lampu terjatuh dari tangannya dan pecah.

Seluruh anggota tim di pabrik kembali harus bekerja 24 jam untuk membuat satu bola lampu yang baru. Ketika selesai, Edison memandang sekeliling dan sekali lagi menyerahkan bola lampu kepada pemuda yang sama.

Kepercayaan Edison kepada pemuda itu telah mengubah hidupnya. Edison pun tahu, ada nilai yang dipertaruhkan, lebih dari sekadar sebuah bola lampu. (James Newton dalam  Readers' Digest)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Minggu, 03 Februari 2013

Aksi dan Reaksi

Suatu ketika, Guru Zen Foyin sedang minum teh bersama Su Dongpo, seorang pejabat tinggi yang juga penyair di sebuah kedai makan. Pelayan di kedai itu melayani keduanya secara berbeda. 

Guru Zen dilayani layaknya pelanggan pada umumnya, sedangkan Su Dongpo dilayani secara istimewa. Su Dongpo merasa kurang nyaman diperlakukan seperti itu. Ia berkali-kali mendesak agar pelayan mau memberikan pelayanan istimewa juga kepada Guru Zen. Namun, pelayan itu tak menanggapi desakan Su Dongpo.

Usai minum teh, Guru Zen membayar sesuai harga minumannya. Sebelum beranjak pergi, Guru Zen dengan sikap ramah menyempatkan diri memberikan uang tip kepada pelayan yang tadi melayani.

Sikap Guru Zen mengundang tanya Su Dongpo, "Pelayan itu bersikap kurang baik, bukan?"

"Ya, betul. Memang sikapnya kurang menyenangkan," ujar Guru Zen.

"Lalu, mengapa Guru memberi tip kepadanya?" tanya Su Dongpo lagi.

Guru Zen tersenyum dan berkata, "Kalau memang sikapnya seperti itu, mengapa harus dia yang menentukan sikap saya?"

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbit Andi-Yogyakarta, 2012)
 

Sabtu, 02 Februari 2013

Pencerahan

One does not become enlightened by imagining figures of light, but by making the darkness conscious.

Seseorang tidak dapat dicerahkan dengan membayangkan terang, melainkan dengan sadar akan kegelapan.


                         Carl Gustav Jung, perintis Psikologi Analitik, 1875-1961