Cari Blog Ini

Kamis, 27 Maret 2014

Mempraktikkan Hadirat Tuhan

Nicholas Herman lahir di sebuah kota kecil di Perancis tahun 1614. Di usia remaja ia ikut bertempur dalam pasukan Perancis, terluka serius dan pincang seumur hidup. Pada usia 18 tahun ia bekerja sebagai pelayan seorang pejabat keuangan setempat.

Tahun demi tahun berlalu. Di usia 50 tahun, Nicholas masuk biara Karmel di Paris dan mendapat nama Bruder Lawrence. Ia ditugaskan sebagai juru masak di dapur. Ia merasa terhina dan direndahkan. Selama beberapa tahun ia melakukan tugasnya dengan sengsara tetapi tetap setia, sampai lambat laun ia menyadari sikapnya yang tidak sehat.

Ia mulai mengingatkan dirinya bahwa hadirat Tuhan senantiasa ada di sekitarnya. "Saat bekerja," kata Bruder Lawrence, "bagiku tak berbeda dengan saat berdoa. Dalam kebisingan dapurku, ketika beberapa orang berteriak untuk hal-hal berbeda di saat bersamaan, aku memiliki Tuhan dalam hatiku yang memberi ketenangan besar, seolah aku sedang berlutut di hadapanNya."

Ketika Bruder Lawrence terbaring menjelang ajal, ia berkata kepada mereka yang ada di sekelilingnya, "Aku tidak sekarat. Aku hanya melakukan apa yang aku lakukan selama lebih dari dua puluh tahun terakhir dan melakukan apa yang kuharap akan kulakukan dalam keabadian."
"Apa itu?" tanya mereka.
"Menyembah Tuhan yang aku kasihi."

Seorang sahabatnya, Joseph de Beaufort, mengumpulkan hasil percakapan dan surat-menyurat dengan Bruder Lawrence, lalu membukukannya. Buku The Practice of the Presence of God yang diterbitkan setelah kematian Bruder Lawrence tahun 1691, menjadi buku panduan ringkas dan sederhana tentang mempraktikkan hadirat Tuhan.

"Seringlah mengingat Tuhan, siang, malam, saat bekerja, bahkan saat berekreasi. Ia selalu ada di dekat Anda dan bersama Anda. Siapa yang mempraktikkannya, akan segera menjadi rohaniah." (Bruder Lawrence)

(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1, karya Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)

Minggu, 23 Maret 2014

Orang-Orang Terhormat

Profesor David Thompson dari Universitas McGill menggali suatu bagian filsafat yang diterlantarkan: "Apakah Anda setuju bahwa bekerja di belakang meja merupakan suatu kehormatan?"

Kita menghormati raja yang bertakhta. Kita bicara tentang kursi profesor atau kursi anggota Dewan. Pengacara melirik kursi hakim. Bahkan kata "presiden" berarti orang yang menduduki kursi terbaik. Kenyataan tersebut membuktikan kita menghormati orang-orang yang bekerja di belakang meja.

Tetapi sebenarnya, mereka yang melepaskan kursi kebesaran dan terjun ke lapangan, menelusuri jalan dan lorong, menyaksikan apa yang sedang terjadi; merekalah orang-orang yang sukses. Pikirkanlah gelar kehormatan baru seperti pavement poundER (pengaspal jalan), get arroundER (pedagang asongan) - mereka adalah orang-orang tERhormat yang bangkit dari kursi mereka dan turun ke lapangan. (Quote)  

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Sesama

Dulu, sesama ialah sebangsa-seagama. Kini, siapa pun yang membutuhkan saya, dan yang dapat saya bantu adalah sesama saya. 
Konsep: “sesama” sekarang menjadi universal, tetapi tetap konkret. Walaupun telah diluaskan kepada semua umat manusia, "sesama" ini tidak direduksi menjadi sesuatu yang generik, abstrak, dan tidak menyatakan kasih; tetapi yang meminta komitmen praktis saya, di sini dan sekarang. 
                                                                   Paus Emeritus Benediktus XVI
(Dari Ensiklik pertama Paus Benediktus XVI:Deus Caritas Est/God is Love, 25 Januari 2006)

Rabu, 19 Maret 2014

Sahabat yang Baik

Rayburn (kiri) dan Presiden AS Lyndon B. Johnson

Sam Rayburn (1882-1961), pemimpin demokrat dari Texas, mengabdi lebih dari 48 tahun di Dewan Perwakilan Amerika Serikat (1913-1961), termasuk 16 tahun menjabat sebagai Ketua Dewan. Di puncak kariernya, ia merupakan salah satu orang paling berkuasa di dunia, tetapi ia tak pernah melupakan sahabat-sahabatnya.

Suatu malam, putri remaja seorang sahabatnya meninggal. Keesokan hari, pagi-pagi benar, ayah sang putri mendengar ketukan di pintunya. Ketika ia membuka pintu, tampak Rayburn.

"Aku datang untuk melihat apakah ada yang bisa aku lakukan untuk membantu," kata Rayburn.
"Aku kira, tak ada yang bisa kau lakukan, Pak Ketua," ujar ayah yang hancur hatinya itu. "Kami sudah mengatur semuanya," tambahnya.

"Hm...," kata Rayburn lagi, "Apakah kau sudah minum kopi pagi ini?"

Pria itu menjawab, mereka belum punya waktu untuk sarapan. Rayburn lalu membuatkan kopi. Sementara ia bekerja di dapur, sahabatnya masuk dan berkata, "Pak Ketua, aku kira kau seharusnya sarapan di Gedung Putih pagi ini."

"Ya, memang," ujar Rayburn, "Tetapi aku sudah menelepon Presiden dan memberitahu bahwa seorang sahabatku sedang berada dalam kesulitan. Aku tidak bisa datang ke Gedung Putih."

Jangan pernah bertanya kepada diri sendiri, "Bagaimana aku bisa menemukan sahabat yang baik?" Sebaliknya tanyakanlah, "Bagaimana aku bisa menjadi sahabat yang lebih baik bagi seseorang?"

(Dari: Buku Real Stories for the Soul jilid ke-1, pengarang Robert J. Morgan. Penerbit Gospel Press, 2003)
 

Persahabatan Sejati

Persahabatan sejati terdiri dari telinga yang mau mendengarkan, hati yang mau memahami, dan tangan yang siap menolong.

                    - G. Arthur Keough


(Dari: Buku 199 Mutiara Cinta & Persahabatan, karya Didik Hermawan. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010)

Sabtu, 15 Maret 2014

Menutupi Kesalahan

Suatu hari raja Zhuang dari negeri Chu sedang menjamu para menterinya, ketika tiba-tiba lampu mati. Salah satu menteri memanfaatkan keadaan gelap untuk menggoda kekasih raja. Perempuan itu berhasil melepaskan diri dan menarik pita yang ada di topi menteri tersebut.

Perempuan itu lalu meminta orang menyalakan lampu untuk mengetahui menteri mana yang telah kehilangan pita pada topinya. Namun, raja berbisik kepada kekasihnya, "Mereka semua pejabat tinggi yang telah berjasa bagi negeri ini. Jika ada dari mereka yang melanggar etika, pasti karena ia sedang mabuk. Tak ada gunanya mempermalukan seseorang di hadapan orang banyak."

Maka, raja memerintahkan untuk tidak segera menyalakan lampu. Ia lalu berpaling kepada para menterinya sambil berkata, "Mari kita minum sepuasnya malam ini. Ayo, lepaskan topi kalian!" Ketika lampu menyala kembali, tak mungkin mengetahui siapa yang telah melakukan perbuatan tak pantas tadi.

Tiga tahun kemudian, negeri Chu berperang dengan negeri Jin. Salah satu pejabat terus mengikuti raja Zhuang dari dekat, seolah-olah ingin melindunginya. Raja lalu bertanya kepadanya, "Aku tidak memerintahkanmu melakukan tugas khusus, mengapa engkau begitu gigih melindungiku?"

Pejabat itu menjawab, "Aku adalah orang hina, yang pita topinya ditarik pada malam itu." 

(Dari: Buku Kebijaksanaan China Sehari-hari, dikompilasi oleh Cheng Qinhua. Penerbit Elex Media Komputindo, 2011) 

Perkataan

Perkataan yang terucap tanpa perhitungan akan menyulut perselisihan. 
Perkataan yang kejam dapat menghancurkan kehidupan. 
Perkataan yang tak tepat menjadi beban batin seseorang. 
Perkataan yang penuh cinta kasih dapat menyembuhkan dan memberikan berkah.

                                                                                                     - Anonim

(Dari: Buku 199 Mutiara Cinta & Persahabatan, karya Didik Hermawan. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010)

Senin, 10 Maret 2014

Pilar-Pilar Palsu

Arsitek terkenal asal Inggris, Sir Christopher Wren (1632-1723), membangun kubah gereja besar yang begitu unik, sehingga para pesaingnya sangat iri. Mereka memunculkan kegemparan, sehingga orang-orang yang bertanggung jawab atas bangunan itu bersikeras meminta Wren menambahkan dua pilar penyangga untuk mencegah kubah itu roboh.

Wren menjelaskan kekuatan desainnya dan berusaha meyakinkan para pejabat bahwa kubah itu tidak akan roboh. Tetapi, lawan-lawannya menang. Wren harus menambahkan dua pilar.

Lima puluh tahun kemudian, kubah itu perlu dicat ulang. Para pekerja membuat perancah untuk mencapainya. Mereka menemukan sesuatu yang menakjubkan. Kedua pilar yang ditambahkan oleh Wren sama sekali tidak menyentuh langit-langit kubah. Pilar-pilar itu lebih pendek dua kaki!

Pihak berwenang hanya melihat kedua pilar tersebut dari lantai dasar. Mereka beranggapan, kedua pilar mencapai langit-langit. Ternyata, kedua pilar berdiri bebas, tidak menyangga apa pun. Wren membuktikan kekuatan desainnya benar.

Berbagai rintangan dan kendala yang ada di jalan kita, sering kali sama tidak bergunanya seperti pilar-pilar 'palsu' Wren. Kita perlu bijak mencermatinya.

(Dari: Buku Kisah-Kisah Rohani Pembangkit Semangat untuk Pemimpin, editor Dr. Lyndon Saputra. Penerbit Gospell Press, 2002)
 

Mengisi Hati

Bila kita mengisi hati kita 
dengan penyesalan masa lalu dan kekhawatiran masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk kita syukuri.

                                                                               - Anonim

(Dari: Buku 199 Mutiara Cinta & Persahabatan, karya Didik Hermawan. Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2010)

Kamis, 06 Maret 2014

Menarik Diri

Masa hidup kita singkat dan kadang amat sangat singkat. Bagaimana kita begitu yakin hidup kita tidak akan segera berakhir, tidak akan berakhir dalam sejam ke depan, atau setelah satu menit dari sekarang? 

Kita ditetapkan untuk menyerahkan segenap diri kita kepada Tuhan. Janganlah bergantung pada sesuatu yang fana - pada kehidupan di mana seharusnya kita tak boleh berharap terlalu banyak.

Mungkin kita masih termasuk orang-orang sangat duniawi, yang mempunyai keinginan kuat untuk melakukan hal-hal yang baik. Hanya sesekali bahkan mungkin kurang sekali kita memercayakan diri kita kepada penyelenggaraan Tuhan.

Jarang sekali kita memikirkan jiwa kita. Karena terlalu sibuk, kita berdoa hanya beberapa kali dalam sebulan, itu pun pikiran kita masih tertuju pada seribu satu macam persoalan. 

"Di mana harta bendamu berada, di sana pula hatimu berada." Dari waktu ke waktu kita perlu mengenyampingkan persoalan sehari-hari. Kita perlu merefleksikan keadaan jiwa kita, menyadari kita tak akan mencapai tujuan melalui jalan yang kita ikuti. Kita perlu menarik diri dari persoalan dan hal-hal yang tidak penting.

(Dari: Buku Jangan Biarkan Apa pun Mengganggumu - 30 Hari Bersama Mahaguru Spiritual Teresa dari Avila, John Kirvan - editor serial. Penerbit Obor, 2012)