Cari Blog Ini

Minggu, 29 April 2012

Penderitaan

"Deritaku sudah tak tertanggungkan lagi."

Kata Sang Guru, "Saat sekarang tidak pernah tidak dapat ditanggung. Yang engkau pikirkan tentang apa yang akan terjadi lima menit lagi atau lima hari lagi. Itulah yang membuatmu putus asa. Berhentilah hidup di masa depan."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Sabtu, 28 April 2012

Tokek

Seorang mahasiswa dari negara maju yang sangat berminat pada kehidupan di negara berkembang pergi ke India. Namun, segera ia mengalami benturan budaya. Segala sesuatu menjadi sangat menjengkelkan: iklim, makanan, kondisi hidup, wajah-wajah aneh di sekitarnya. 

Tetapi, hal yang paling membuatnya marah adalah hal yang remeh. Ia tinggal di sebuah kamar yang juga dihuni seekor tokek yang besar, gemuk, dan jelek. Mahasiswa itu sangat marah. "Saya tidak mau hidup dengan makhluk itu," katanya. Ia mencoba menangkap tokok dengan berbagai cara, tetapi sia-sia.

Tokek itu bersembunyi di balik lemari. Dalam kebingungan, tiba-tiba muncul gagasan bagus di benak mahasiswa itu. Ia akan mencoba berteman dengan si tokek. 

Begitu masuk ke kamar, mahasiswa itu akan mencari tokek dan mengajaknya berbicara. Ia bahkan memberi tokek itu nama dan mencatat beberapa kebaikan tokek, misalnya mengurangi jumlah nyamuk di kamar.

Setelah beberapa waktu, mahasiswa itu mulai menyadari: masalah yang muncul sebenarnya bukan berasal dari lingkungan di sekitarnya, melainkan dari dalam dirinya sendiri. (Willi Hoffsuemmer)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Rabu, 25 April 2012

Perlu Perjuangan

Seorang pria menemukan kepompong ngengat dan membawanya pulang untuk melihat kepompong menetas. Suatu hari, ada celah kecil muncul. Untuk beberapa saat, ngengat kecil itu berjuang, tetapi ia tidak bisa memaksakan badannya melewati celah tersebut.

Menganggap ada yang tidak beres, pria itu mengambil gunting dan menggunting sebagian kepompong yang tersisa. Ngengat dapat keluar dengan mudah. Tetapi, badannya membesar dan bengkak, sayapnya kecil dan kusut.

Pria itu berharap, dalam beberapa jam ke depan, sayap ngengat akan berkembang dalam keindahan alaminya. Namun, hal itu tidak terjadi. Ngengat tidak berkembang menjadi makhluk yang terbang bebas, melainkan harus melata, menyeret badannya yang bengkak dan sayap yang kusut.

Kepompong yang menjepitnya dan perjuangan yang dibutuhkan untuk keluar dari celah kecil tadi merupakan jalan Tuhan untuk mendorong cairan dari badannya ke dalam sayap. Pengguntingan kepompong berdasarkan "belas kasihan" ternyata malah merupakan hal yang kejam. 

Terkadang perjuangan merupakan sesuatu yang sebenarnya kita perlukan.

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Minggu, 22 April 2012

Damai dan Kekuatan Alam Surgawi

Pencerahan hanya terjadi kalau orang keluar dari arus dualitas dunia dan masuk ke alam surgawi. Hambatan terbesar untuk masuk dalam alam surgawi adalah identifikasi diri dengan berbagai bentuk kepedihan maupun kebahagiaan hidup. Maka, berlatih melepaskan diri dari arus dualitas itu akan membantu untuk memeluk damai dan kekuatan dari alam surgawi.

Kepahitan hidup bukanlah aku
Aku bukanlah kepahitan hidup
Aku tidak terperangkap pada kepahitan hidup
Aku hidup dalam Damai dan Kekuatan tanpa batas

Kemanisan hidup bukanlah aku
Aku bukanlah kemanisan hidup
Aku tidak terperangkap pada kemanisan hidup
Aku hidup dalam Damai dan Kekuatan tanpa batas

Aku bukanlah gelombang-gelombang yang berlawanan
Aku adalah samudera raya yang dalam dan luas tak terbatas
Aku tidak bergantung pada arus dunia yang saling berlawanan
Aku hidup dalam Damai dan Kekuatan tanpa batas

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Kamis, 19 April 2012

Kepasrahan

"Dalam spiritualitas, yang berarti bukanlah usaha, melainkan kepasrahan," kata Sang Guru.

"Jika engkau jatuh ke dalam air dan kebetulan engkau tidak bisa berenang, engkau menjadi takut dan berkata, 'Aku tidak boleh tenggelam, aku tidak boleh tenggelam.' Lalu engkau panik menggerak-gerakkan tangan dan kaki. Dalam kepanikan itu engkau semakin banyak menelan air dan akhirnya tenggelam. Sebaliknya, kalau engkau memasrahkan pikiran dan usahamu serta membiarkan dirimu tenggelam sampai ke dasar, tubuhmu akan kembali ke permukaan dengan sendirinya... Itulah spiritualitas!"

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Selasa, 17 April 2012

Menyimpan untuk Sendiri

Ada kisah tentang pesta panen di sebuah desa kecil di Perancis yang berlangsung selama seminggu. Dalam pesta itu, setiap keluarga harus menyumbang makanan dan minuman. Bahkan setiap keluarga membawa lima liter anggur dan memasukkannya ke dalam tong anggur untuk diminum bersama.

Di hari terakhir pesta, kepala desa diminta membuka tong itu dan membagikan anggur kepada orang-orang di sekelilingnya untuk diminum. Kepala desa membuka penutup tong anggur, mengisi gelas pertama, dan mencicipinya. Ternyata, isinya hanya air!

Agaknya, setiap keluarga hanya membawa air dan menyimpan anggur untuk di rumahnya sendiri. Masing-masing keluarga begitu yakin, dalam tong sebesar itu, sedikit air tidak mungkin akan diketahui. (Harvey C. Jacobs)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Senin, 16 April 2012

Antara Mati dan Hidup

Selama perang saudara di Amerika, Presiden Lincoln memiliki sekretaris seorang pria yang bertubuh tegap dan atletis. Pada zaman itu, di kantor, sekretaris hanya memegang pen atau pensil.

Pria tersebut tidak senang dengan pekerjaannya. Dia ingin bertugas di tempat pertempuran. Dia ingin pergi ke sana dan membuat hal-hal besar bagi negaranya. Dia sungguh-sungguh bersedia mati, bila memang diminta.

Sekretaris itu terus-menerus mengeluh kepada Presiden Lincoln tentang pekerjaannya yang seperti pekerjaan kaum wanita, padahal dia bisa berseragam dan menghadapi musuh.

Setelah sering mendengar keluhan yang terlontar dari sekretarisnya, suatu hari Presiden Lincoln memandang pria itu, seraya mengelus jenggotnya ia berkata, "Anak muda, saya memang melihat engkau sungguh-sungguh bersedia mati untuk negaramu, tetapi kamu tidak bersedia hidup baginya."

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Kamis, 12 April 2012

Hidup dengan Tujuan

Suatu pagi di tahun 1888, Alfred Nobel, penemu dinamit, yang telah mengumpulkan kekayaan dengan memproduksi dan menjual senjata perusak, merasa kaget membaca berita kematiannya sendiri di suratkabar.

Sebenarnya, yang meninggal adalah saudaranya, namun seorang wartawan salah sangka dan menulis tentang meninggalnya Alfred. Tetapi kesalahan itu membuahkan hikmah. Untuk pertama kali Alfred Nobel melihat dirinya menurut pandangan dunia terhadapnya: "Raja dinamit," tidak lebih dari itu.

Tidak ada yang menulis usahanya merobohkan batas-batas yang ada antar-manusia, dan antar-gagasan. Ia hanya dikenal sebagai pedagang kematian. Alfred merasa ngeri. Ia ingin dunia mengetahui tujuan hidupnya. Maka, ia menulis surat wasiatnya dan menyerahkan kekayaannya untuk membuat hadiah paling bergengsi: Hadiah Nobel. Saat ini, dunia sudah melupakan hubungan antara namanya dengan dinamit.

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)
 

Selasa, 10 April 2012

Esensi Diri Terdalam

Kata Sang Guru:

"Ketika engkau dalam kandungan, engkau diam dan hening. Kemudian engkau lahir dan mulai berbicara, berbicara, berbicara... sampai suatu hari engkau terbaring dalam kuburan. Saat itulah engkau akan diam dan hening lagi.

Tangkaplah keheningan yang ada dalam kandungan dan yang akan ada dalam kuburan, bahkan yang sekarang mendasari interval bunyi yang disebut hidup. Keheningan itulah esensi dirimu yang paling dalam."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Sekarang

"Berapa lama sekarang itu: satu menit, satu detik?"

"Kurang dan lebih," jawab Sang Guru. 

"Kurang, karena pada saat engkau memusatkan perhatian padanya, saat itu telah berlalu. Lebih, karena begitu engkau memasukinya, engkau akan bertemu dengan Ketidakberhinggaan dan engkau akan mengetahui apa itu Keabadian."

(Dari: Buku Berbasa-Basi Sejenak 2, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 2010)

Minggu, 08 April 2012

Menyadari Saat Sekarang

 Hambatan terbesar untuk memasuki Saat Sekarang adalah identifikasi diri dengan waktu. Karena ketidaksadaran, Anda terombang-ambing di permukaan arus waktu. Anda mengalami duka, kepedihan, kekhawatiran, atau kesenangan dan kepuasan.

Pada keberadaan yang paling dalam di luar waktu, Anda tidak tidak kekurangan suatu apa pun. Anda sudah penuh, lengkap, dan sempurna. Dalam keberadaan Saat Sekarang, Anda menemukan damai dan ketenangan, melampaui dualitas benci dan cinta, suka dan duka, sengsara dan bahagia.

Masa lampau (kenangan pahit atau kenangan manis)
bukanlah Aku
Aku bukanlah masa lampau
Aku tidak terjebak pada masa lampau

Masa depan (bayangan buruk atau bayangan baik)
bukanlah Aku
Aku bukanlah masa depan
Aku tidak terjebak pada masa depan

Aku yang tidak berbeda dari gerak pikiran dan waktu
bukanlah Aku Sejati
Aku yang sesungguhnya berada di luar waktu

Saat Sekarang adalah arus di luar waktu
Saat Sekarang Aku telah lengkap dan sempurna
Aku hidup dalam Kepenuhan, DALAM Kristus Tuhan.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009) 

Sabtu, 07 April 2012

Cinta akan Kesunyian

Hendaklah kita mencari waktu yang baik untuk meneliti keadaan diri kita sendiri dan sering kali merenungkan kebajikan Tuhan.

Baiklah kita jauhkan segala yang hanya memenuhi keinginan kita untuk mengetahui. Bila kita mau menghindari percakapan-percakapan yang tak perlu, berjalan kian-kemari tanpa berbuat sesuatu, dan tidak mencari kabar angin saja, tentu kita akan menemukan banyak dan cukup waktu untuk merenungkan hal-hal yang baik dan berfaedah.

Tak seorang pun dapat merasa tenteram dan sungguh gembira, kecuali yang berhati bersih. Ketenteraman hati para suci itu penuh rasa hormat dan kasih akan Tuhan. Mereka tetap waspada dan rendah hati.

Sering kali terjadi, orang yang dalam pandangan umum sangat baik, sesungguhnya berada dalam keadaan bahaya besar, karena ia terlalu percaya kepada dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih baik kalau orang tak terhindar sama sekali dari godaan-godaan, agar ia tidak merasa terlalu aman dan mungkin lalu menjadi congkak serta mencari hiburan di luar.

Alangkah murninya suara hati kita, jika kita tak mencari kenikmatan-kenikmatan yang fana. Alangkah damai dan tenteram hati kita, jika kita dapat menjauhkan kesusahan hati yang sia-sia, hingga hanya memikirkan hal-hal yang ada hubungannya dengan Tuhan serta menaruh kepercayaan kepadaNya.

(Dari: Buku Mengikuti Jejak Kristus, karya Thomas a Kempis. Penerbit Obor, 1982)

Rabu, 04 April 2012

Kehidupan Spiritual

Jiwa kita merindukan kedamaian, persekutuan, dan relasi dengan Yang Ilahi. Kita dapat meraih hal itu dengan cara paling sederhana.

Kita tak harus berada di tempat ibadah untuk berdoa, seperti halnya kita perlu di taman rekreasi untuk bermain.
Membaca atau mengutip sebaris kalimat yang cukup inspiratif dapat sungguh memberikan kedamaian.

Sepanjang hari kita juga dapat memasuki "persekutuan" secara spiritual dengan tindakan yang sederhana. Terus-menerus memahami Allah secara lebih baik merupakan jalan untuk bertumbuh dalam cinta dan damai.

Ini terjadi tidak dengan cara mengontrol, tetapi melalui kesiapsediaan. Tujuan kita adalah persatuan dengan Allah. Itu saja. Siap sediakah kita?

(Dari: Buku Menemukan Kedamaian Hati, karya Linus Mundy. Penerbit Kanisius, 2001)

Selasa, 03 April 2012

Pertanyaan yang Menantang

Seorang perawat senior menceritakan kisahnya:

Pada bulan kedua masa sekolah saya, profesor kami memberi ulangan mendadak. Saya seorang siswa yang teliti dan membaca semua pertanyaan dengan cepat, sampai pada pertanyaan terakhir: "Siapa nama wanita yang membersihkan sekolah ini?"

Tentu itu sebuah lelucon, pikir saya. Saya sering melihat wanita itu. Perawakannya tinggi, berambut gelap, berusia sekitar 50 tahun, tetapi tentu saja saya tidak tahu namanya.

Saya menyerahkan kertas jawaban ulangan tersebut tanpa menjawab pertanyaan terakhir. Sebelum pelajaran hari itu berakhir, seorang siswa bertanya kepada profesor, apakah pertanyaan terakhir itu akan menambah nilai ulangan tersebut.

"Tentu saja," jawab profesor. "Dalam karier Anda, Anda akan bertemu banyak orang. Semua orang penting. Mereka berhak atas perhatian dan perawatan Anda, walaupun yang Anda lakukan hanyalah tersenyum dan menyapa."

Saya tak pernah melupakan pelajaran hari itu. Belakangan saya mengetahui, nama wanita petugas kebersihan itu adalah Dorothy.

Siapakah dalam hidup Anda, yang sudah Anda lewati begitu saja, tetapi sebenarnya layak mendapat perhatian Anda? Jangan lewatkan satu hari pun sebelum berhenti untuk menyapa orang itu.

(Dari: Buku Berani Bermimpi ... Dan Mewujudkannya - Apa yang Diketahui dan Dilakukan Orang-Orang yang Berhasil, karya John C. Maxwell. Penerbit Immanuel, 2009)