Cari Blog Ini

Kamis, 29 Januari 2015

Bersih

Bayangkan ada dua gelas di hadapan Anda. Yang satu terbuat dari kristal dengan ukiran cantik. Mahal, tetapi bagian dalamnya kotor dan berdebu. Yang satu lagi gelas plastik murah, tetapi dicuci bersih. 

Jika Anda ingin minum, gelas mana yang akan Anda pakai? Saya yakin, Anda tentu akan memilih gelas plastik yang murah tetapi bersih! Gelas semewah apa pun, jika dalamnya kotor dan berdebu, tidak berguna.

Masih adakah 'kotoran' yang menempel di hati Anda? Bentuknya bisa berupa dendam, amarah, nafsu yang merusak, niat jahat, atau kebiasaan dosa yang terus dipelihara. 

Sering-seringlah membersihkan hati, membuatnya tetap murni, sehingga Tuhan dapat terus memakai kita menjadi saluran rahmatNya. Sayang, jika kita hanya menjadi gelas kristal yang indah, tetapi kotor dan tak berguna.

Ibadah yang sejati tampak dalam hidup sehari-hari.

(Dari: Buku Renungan Harian, Mei 2008. Penerbit Yayasan Gloria, Yogyakarta)

Minggu, 25 Januari 2015

Sentuhlah

Sentuhan itu mengonfirmasi, memvalidasi, dan menyembuhkan. Ketika kita berada di tengah adu kekuasaan, lalu menyentuh pasangan kita, artinya kita menyatakan kembali bahwa ada sesuatu yang lebih penting daripada salah pengertian.

Semakin kita bisa menyentuh pasangan kita, semakin kita bisa menciptakan keterhubungan. Sentuhan kita sangat menyembuhkan dan menegaskan bahwa sentuhan itu menciptakan keintiman yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah. Sentuhan kita memberikan harapan.

Latihan

Hari ini, cobalah sentuh pasangan Anda, anak-anak Anda, orangtua Anda, dan teman-teman Anda. Bersalamanlah, peluklah, atau sekadar letakkan tangan Anda di bahu seseorang; mengonfirmasi apa yang dibawa oleh sentuhan itu. Berikan sentuhan yang menghidupkan kembali.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  
 

Rabu, 21 Januari 2015

Penilaian

Penilaian hanya bisa muncul jika kita memandang tubuh, kepribadian, atau kesalahan seseorang. Jika kita melihat lebih jauh dari itu, yakni ke esensi dan bakat orang itu, serta sifat-sifatnya yang disukai; penilaian kita akan runtuh.

Ketika kita menyimak apa yang kita apresiasi, penilaian kita tak berlaku. Melihat dan mendukung bagian mereka ini, berarti membebaskan diri kita sendiri. Penilaian selalu merupakan pedang bermata dua yang kita gunakan untuk menyerang orang lain, dan pada saat yang sama menyerang diri kita sendiri.

Latihan

Hari ini, cobalah pikirkan seseorang yang pernah Anda nilai. Pejamkan mata dan bayangkan diri Anda melampaui tubuh, kepribadian, dan kesalahan orang itu; beralih ke arah apa yang bisa Anda apresiasi dari dirinya.

Kemudian, lihatlah lebih jauh pada apa yang telah diberikannya untuk Anda. Sekarang, pandang lebih jauh lagi melampaui pemberiannya, lihatlah ke dalam diri orang itu di mana cahayanya bersinar.

Duduklah di depan cahaya itu sejenak. Temukan bahwa Anda tak bisa menilainya, ketika Anda memandang cahayanya. Dengan melihat bagian ini, Anda membebaskan diri Anda sendiri.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  
 

Senin, 19 Januari 2015

Mendengarkan dengan Hati

"Kita sudah membuang-buang waktu hari Sabtu ini," keluh John ketika ayahnya dengan lembut membangunkannya.

Nada sedih dalam suara John langsung membangkitkan amarah ayahnya. Tetapi, sebelum sang ayah melontarkan kata-kata pedas yang ada di pikirannya, sesuatu menahannya. 

Hari Sabtu ini memang dihabiskannya untuk mengecat kantor baru istrinya. Ia sudah lelah, ia tahu John yang berumur 8 tahun juga lelah dan bosan menemaninya sepanjang hari. John tertidur di sofa dan sekarang ia membangunkannya, agar mereka bisa pulang ke rumah.

Dengan penuh belas kasih, sang ayah merespons putranya, "John, Ayah tahu hari Sabtu adalah hari terpenting dalam seminggu. Ayah sangat menghargai kesediaanmu menggunakan hari Sabtu ini untuk membantu mengecat kantor Ibumu. Untuk itu, dalam perjalanan pulang ke rumah kita bisa mampir ke toko dan menyewa sebuah film keluarga yang kamu pilih. Bagaimana menurutmu?"

Kasih sayang ayahnya membuat kesedihan John berubah menjadi rasa bangga. "Terima kasih, Ayah, aku suka ide itu," katanya.

Terkadang, bila kita mendengarkan dengan hati kita bukan dengan telinga kita, kasih akan menang dan relasi berkembang. Seperti dikatakan Johann Wolfgang von Goethe (1749-1832), "Koreksi bisa melakukan banyak hal, tetapi peneguhan hati dapat melakukan lebih banyak lagi."

(Dari: Buku Nikmatilah Fajar Menyingsing bersama Allah - Bacaan Inspirasional untuk Mengawali Hari Anda menurut Cara Allah, editor Daru Susilowati. Penerbit Gospel Press, 2002)

Kamis, 15 Januari 2015

Rumput Tetangga Selalu Terlihat Lebih Hijau

Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau - berbicara tentang konspirasi ego kita, bagaimana konspirasi itu berusaha menjebak atau menunda kita. Ada dua jebakan umum berkaitan dengan konspirasi ini, keduanya membuat kita percaya bahwa kebahagiaan terletak di suatu tempat.

Jebakan pertama adalah ketika kita telah menjalin hubungan dengan pasangan kita selama beberapa lama, tiba-tiba muncul seseorang yang baru dan tampak lebih menarik. Nah, jika kita berada dalam adu kekuatan bersama pasangan kita atau sedang mengatasi zona mati, siapa pun bisa tampak lebih menarik.

Betapa pun, tahap pertama dalam hubungan adalah tahap romansa, sehingga siapa pun yang baru akan tampak lebih menarik. Tentu saja, jika kita terus-menerus dengan orang baru ini, akhirnya kita pun akan sampai pada adu kekuatan dan zona mati dengannya juga.

Jebakan umum kedua adalah ketika kita tengah menjalin hubungan dengan seseorang, namun kita memikirkan orang lain yang berhubungan dengan kita di masa lalu. Kita memimpikannya dan, sebagai konsekuensinya, hubungan kita yang sekarang menjadi hambar. Dalam kasus ini, kita kemudian jalan terus. Tetapi, kita tetap berkhayal tentang hubungan yang telah berlalu.

Kunci terhadap kedua jebakan ini adalah bahwa kita mengira kebahagiaan kita berada di tempat lain. Ego bekerja untuk menjebak dan menghalangi kita dari kebahagiaan sekarang.

Latihan

Hari ini, cobalah menghargai situasi di mana Anda sekarang berada. Sungguh-sungguh hargai pasangan Anda dan segala sesuatu tentang hidup Anda. Dengan integritas, Anda bisa menikmati hubungan dengan siapa pun yang menarik di sekitar Anda, tanpa kehilangan kebahagiaan Anda sekarang. Jangan jatuh ke dalam jebakan dengan berpikir bahwa rumput di tempat lain lebih hijau.

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)  

Selasa, 13 Januari 2015

Matahari Terbit

Matahari terbit yang menyinarkan cahayanya melalui jendela pada suatu pagi di musim dingin, merupakan pemandangan yang menyenangkan. Bahkan, walau udara di luar sedingin es, matahari terbit memberi kesan kehangatan.

Dengan terbitnya matahari, kota membuka jendelanya dan bersiap melakukan kegiatan di hari baru. Masing-masing memiliki perspektif berbeda tentang matahari terbit.

Matahari terbit tanpa peduli apakah kita melihatnya atau tidak. Awan mungkin menutupi langit seluruhnya, sehingga kita tak dapat menikmati keindahan cahaya matahari yang memancar ke bumi.

Tak peduli apa pun iklimnya, matahari tetap terbit di garis cakrawala timur dan tenggelam di barat. Matahari terbit menurut waktu yang ditetapkan Sang Pencipta, dan kita dapat menikmatinya di pagi hari ketika kita dapat melihatnya dengan jelas.

Matahari tetap ada, meskipun bayangan awan menutupinya. Kita dapat yakin matahari berada di tempatnya - bahkan meskipun ia tersembunyi untuk sesaat. Kita juga dapat yakin bahwa Tuhan ada di setiap pagi, karena Ia adalah realitas satu-satunya yang tak terbantahkan dalam kehidupan ini.   

(Dari: Buku Nikmatilah Fajar Menyingsing bersama Allah - Bacaan Inspirasional untuk Mengawali Hari Anda menurut Cara Allah, editor Daru Susilowati. Penerbit Gospel Press, 2002)

Minggu, 11 Januari 2015

Memperluas Lingkaran Kasih

Apa yang Anda lakukan saat berada dalam lift yang penuh sesak? Anda akan menunduk, menatap ke pintu, atau mengutak-atik telepon genggam. Anda menghindari kontak mata dengan penumpang lift yang lain, karena tidak merasa nyaman berdekatan dengan orang asing.

Hal itu membuktikan, setiap orang punya boundary: tembok pembatas tak terlihat di sekeliling tubuhnya. Jika seorang asing mencoba mendekat, secara refleks tubuh akan resah dan bergerak menjauh sampai ke 'jarak aman.' Tidak heran, kita hanya merasa nyaman berada dalam lingkungan keluarga dan teman. Lingkaran kasih kita sempit.

Lingkaran kasih kita perlu diperluas dengan meruntuhkan tembok pembatas, yang membuat kita malas menjangkau orang asing. Tentu saja, ini tak bisa terjadi dengan sendirinya. 

Kita perlu berjuang mengatasi rasa tidak nyaman. Lalu, membangun jembatan persahabatan dengan orang di sekitar kita yang berbeda suku, agama, budaya, maupun status sosialnya. Keluarlah dari zona nyaman, perluaslah kepedulian terhadap orang-orang lain.

(Dari: buku Renungan Harian - Agustus 2010. Penerbit Yayasan Gloria, Yogyakarta)

Rabu, 07 Januari 2015

Terlalu Betah

Merhan Karimi Nasseri, warga Iran, dicabut kewarganegaraannya ketika menaiki pesawat terbang menuju Paris. Paspornya diambil. Tanpa bukti kewarganegaraan, setiba di Paris ia tidak diizinkan meninggalkan bandara.

Selama sebelas tahun ia tinggal di Terminal I; mandi di toilet bandara, dan hidup dari bantuan staf bandara. Tahun 1999, pemerintah Perancis akhirnya memberi Nasseri izin untuk tinggal dan bekerja di Paris. 

Sekarang, ia bebas pergi ke mana pun, namun ia tetap memilih tinggal di bandara - sudah terlanjur betah. Setelah dibujuk selama beberapa hari, akhirnya ia bersedia pindah dari bandara.

Sebuah bandara, betapa pun besar dan bagus, bukanlah rumah. Begitu pula, dunia ini bukan rumah sejati kita. Maka, janganlah kita terlalu melekat dengan daya tarik dan kenikmatan dunia dengan terus mengejar makanan, kemewahan, kehormatan, dan keuntungan.

Orang yang terlalu lekat pada dunia akan takut meninggalkan dunia ini, apabila saatnya tiba. Segala hal yang telah terlanjur digenggam erat biasanya sangat sulit dilepaskan. 

Maka, bersyukurlah kalau kadang-kadang Tuhan mengizinkan kita mengalami kehilangan, baik benda, kuasa, maupun kekasih tercinta. Hal itu menyadarkan kita bahwa dunia bukan rumah kita. Semuanya fana dan akan lenyap.  

(Dari: Buku Renungan Harian - Agustus 2010. Penerbit Yayasan Gloria, Yogyakarta)

Selasa, 06 Januari 2015

Komitmen Berarti Jujur pada Diri Sendiri

Hanya ketika kita berkomitmen, kita benar-benar mulai mengerti siapa diri kita. Ketika kita berkomitmen, kita memberikan diri kita sedemikian banyak, sehingga kita mulai mengetahui esensi sejati kita dan apa yang benar-benar berarti bagi kita.

Pemahaman ini datang, bukan dari menghambat diri sendiri dan mengeluh, tetapi dengan memberi lebih dari yang disebutkan dalam kontrak - melangkah melampaui panggilan tugas dan apa yang diharapkan dari kita.

Komitmen berarti bersikap jujur pada diri sendiri, mengenal kekayaan dan kedalaman keberadaan diri kita. Kita mengenali diri kita yang terbaik.

Latihan

Hari ini, ingatlah saat Anda merasa telah memberikan diri Anda seratus persen, tanpa pamrih, saat Anda meretas batas Anda sendiri. Kembalilah pada situasi itu. Hayati perasaan-perasaan yang muncul saat itu. Segala sesuatu tampak seperti apa di sana? Nikmatilah momen itu. 

Sekarang, bawalah perasaan itu pada situasi Anda saat ini. Apa yang sekarang ingin Anda lakukan secara berbeda? Seberapa banyak Anda ingin memberikan diri Anda dalam situasi ini? 

Perasaan bahagia yang muncul ketika Anda memberikan diri Anda secara total bisa menjadi milik Anda. Pemberian secara total akan membuka karunia dan sumber-sumber daya yang tersembunyi. Itulah bahan-bahan yang membentuk keajaiban.  

(Dari: Buku Kalau Sakit, Bukan Cinta - 366 Rahasia Hubungan yang Sukses, karya Chuck Spezzano, Ph.D. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2013)

Sabtu, 03 Januari 2015

Memilih untuk Bersyukur

Ini kisah tentang dua anak yang bernama Ceria dan Murung. Seperti namanya, Ceria sifatnya periang dan selalu tersenyum. Sebaliknya, Murung kerap mengeluh dan selalu cemberut. 

Suatu kali Murung mendapat hadiah telepon genggam dari orangtuanya. Ia senang sekali, tetapi tak lama kemudian wajahnya kembali murung. Ia khawatir teman-temannya akan meminjam telepon genggamnya dan merusakannya. Hadiah itu bukan mendatangkan kegembiraan, malah menjadi beban buatnya.

Di saat bersamaan, Ceria juga mendapat hadiah dari orangtuanya. Ketika menerima hadiah berupa kotoran kuda, Ceria kaget sekali. Tetapi ia segera berpikir, "Ah, masa ayah dan ibu hanya memberi kotoran kuda, pasti ada sesuatu yang baik di balik ini."

Ceria lalu menghampiri orangtuanya. "Ayah dan Ibu sangat mengasihi saya, tak mungkin hanya memberi kotoran kuda. Ini pasti sebuah tanda bahwa Ayah dan Ibu sudah membelikan saya seekor kuda," kata Ceria sambil tersenyum dan memeluk kedua orangtuanya.

Cerah-suramnya kehidupan tidak tergantung pada kondisi di luar diri kita, tetapi pada cara kita memandang dan menyikapinya. Saat ini mungkin kita sedang berada dalam kondisi yang sulit, namun sesungguhnya dalam keadaan seperti ini pun kita dapat tetap memilih untuk bersyukur.

(Dari: Buku Renungan Harian - Agustus 2010. Penerbit Yayasan Gloria, Yogyakarta)