Cari Blog Ini

Sabtu, 29 September 2012

Tetes-Tetes Keberanian

Suatu hari, saya sedang berjalan-jalan di Irlandia. Saya berhenti untuk menanyakan kepada seorang petani, berapa jauh jarak ke Cork. "Sekitar setengah mil perjalanan," katanya.

Saya berjalan setengah mil, kemudian terus berjalan.... Tanpa disadari, saya telah menempuh 12 kali jarak yang diperkirakan petani itu untuk mencapai Cork. Ketika kembali sore harinya, saya bertemu lagi dengan petani tadi. "Apa maksud Anda mengatakan kepadaku bahwa jarak ke Cork hanya setengah mil?" tanya saya. "Ternyata jaraknya 6 mil," lanjut saya.

"Saya memberitahu Anda jarak ke sana setengah mil supaya Anda berani memulai perjalanan," ujarnya. "Seorang lain akan memberitahu Anda setengah mil berikutnya, dan seterusnya. Di Irlandia kami selalu ingin meringankan perjalanan orang asing dengan memberikan kepadanya tetes-tetes keberanian. Yakinlah, tidak akan ada seorang pun yang mau berjalan sejauh itu dalam cuaca panas seperti ini, jika ia tahu berapa sesungguhnya jarak yang harus ditempuh untuk mencapai tujuannya," si petani menjelaskan. (Leonard Feeney)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008) 

Rabu, 26 September 2012

Memberi Pengampunan

George Washington
Semasa Revolusi Amerika, Jenderal George Washington mempunyai sahabat seorang pendeta. Pendeta itu mempunyai seorang 'musuh' yang selalu melakukan segala sesuatu untuk merusak nama baiknya dan menentangnya.

Beberapa tahun kemudian, orang itu ditangkap karena berkhianat dan akan dihukum mati. Ketika mendengar berita tersebut, sang pendeta berjalan kaki sejauh 70 km ke ibu kota untuk memohon keringanan hukuman bagi orang itu. 

Tetapi Washington berkata, "Tidak. Saya tidak mau memberi keringanan hukuman kepada sahabatmu." "Dia bukan sahabat saya, dia sering berbuat keji terhadap saya," sanggah sang pendeta.

Washington terperangah. "Anda berjalan kaki 70 km hanya untuk menyelamatkan hidup seorang 'musuh'? Sikap Anda menempatkan persoalan ini dalam sudut pandang berbeda. Baiklah, saya akan memberi pengampunan kepadanya," ujar Washington.

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008) 

Senin, 24 September 2012

Hidup Mistik dalam Keheningan Batin

Apakah yang lebih kau inginkan, oh jiwa! Apakah lagi yang engkau cari di luar, sedangkan di dalam dirimu engkau memiliki kekayaan, kesenangan, kepuasan, kepenuhan dan kerajaan, yakni Kekasihmu yang selama ini engkau cari dan rindukan! 

Bersukacita dan bergembiralah di dalam keterpusatan batinmu bersama Dia, sebab engkau memiliki Dia yang begitu dekat padamu. Rindukan Dia di sana, sembahlah Dia di sana. 

Janganlah pergi mengejar Dia di luar dirimu. Engkau hanya akan dilanturkan dan menjadi gelisah karenanya. Dan engkau tidak akan mendapati Dia, tidak juga menikmati Dia secara lebih pasti atau segera atau lebih mesra, daripada dengan mencari Dia di dalam dirimu sendiri.

Oh jiwa yang indah, engkau tahu sekarang bahwa Kekasih yang kaurindukan ternyata hidup tersembunyi di dalam batinmu. Berusahalah untuk benar-benar hidup tersembunyi bersama Dia, maka engkau akan memeluk Dia di dalam batinmu dan mengalami Dia dengan penuh kasih mesra.

(Dari: Madah Rohani stanza 1 no. 8 & 10, karya St. Yohanes dari Salib. Penerbit Pertapaan Shanti Bhuana)
 

Sabtu, 22 September 2012

Orang Banyak Hanya Mengikuti

Ketika ayah melihat saya menangis hanya karena tak sempat memotong rambut mengikuti model terbaru, ia bertanya, "Mengapa engkau merusak penampilanmu dengan menata rambutmu begitu?"

"Jangan jadi orang bodoh yang mengikuti orang lain," kata ayah. "Lakukan apa yang kukatakan kepadamu: belahlah rambutmu persis di tengah, sisir ke belakang, dan ikatlah dengan sebuah pita."

Mungkin ayah hanya bergurau, tetapi saya sungguh-sungguh melakukan apa yang dikatakannya. "Sekarang," ujarnya lagi, "Tetaplah dengan model itu selama seminggu. Jika setengah dari anak perempuan di kelasmu tidak menirunya, aku akan membayarmu Rp 100.000."

Uang Rp 100.000 adalah jumlah yang besar. Maka, saya masuk ke kelas dan mengejutkan banyak orang. Menjelang akhir minggu, hampir semua anak perempuan di kelas saya meniru model rambut saya.

"Aku telah mengatakannya kepadamu," kata ayah. "Janganlah tampil seperti orang kebanyakan. Dunia ini mempunyai cukup banyak hal yang belum dibuat. Jangan pernah takut mempunyai gagasan sendiri. Dan jika itu baik, teruskan, tanpa peduli apa yang dilakukan orang banyak. Orang banyak itu tidak memimpin, mereka hanya mengikuti." (Mrs. Brooks Cairns)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)   

Rabu, 19 September 2012

Kebebasan yang Mengikat

Saya mempunyai seutas senar gitar di atas meja. Senar itu bebas bergerak ke arah mana pun yang saya sukai. Jika saya menyentuh salah satu ujungnya, senar itu bereaksi. Ia bebas.

Tetapi, senar itu tidak bebas untuk menghasilkan irama musik. Maka, saya mengambil dan memasangnya pada gitar. Saya mengikat senar itu dan menyetelnya. Hanya ketika senar diikat sedemikian rupa pada gitar dan saya memainkannya, senar itu dapat menghasilkan irama musik.

Begitu pula tanaman seperti tomat dan cabai perlu diikat pada tambatan, agar tidak rebah ke tanah serta cukup mendapat udara dan sinar matahari. Tambatan itu memang mengikat, namun pohon tomat dan cabai bebas bertumbuh.

Ada yang mengartikan situasi seperti itu sebagai "kebebasan yang mengikat" - sesuatu yang menambat kebebasan Anda, namun Anda tetap bebas bertumbuh. (Rabindranath Tagore; 1861-1941; penyair, penulis, komposer, dramawan, pelukis asal India) 

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Senin, 17 September 2012

Yang Dibutuhkan

Seorang seniman pembuat kaca-kaca patri didekati seorang anak asuhnya yang sudah beberapa lama belajar kepadanya. Seniman muda itu bertanya, apakah ia boleh meminjam perkakas sang guru?

"Mengapa engkau menginginkan perkakasku, nak?" tanya sang guru.
"Saya hanya ingin melihat, kalau-kalau dengan menggunakan perkakas itu akan membuat suatu perbedaan dalam karya yang akan saya buat," jawab seniman muda.

Seminggu kemudian, sang guru mengunjungi seniman muda itu di studio. "Bagaimana hasil pekerjaanmu dengan perkakasku, nak?" tanyanya.
"Tidak begitu bagus, guru. Nyatanya, hasil pekerjaanku sekarang tidak lebih bagus daripada ketika aku menggunakan perkakasku sendiri," ujar seniman muda yang tampak kecewa.

Seorang seniman lain yang mendengar percakapan mereka berkata kepada seniman muda itu, "Bukan perkakas gurumu yang engkau perlukan, melainkan semangatnyalah yang engkau butuhkan." (William L. Stidger)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008) 

Sabtu, 15 September 2012

Kesadaran

Kesadaran adalah seperti amunisi. Ketika kesadaran bekerja dan melenyapkan kotoran-kotoran batin, maka di situ ada kejernihan atau kecerdasan. 

                         - J. Sudrijanta, S.J.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 71, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012) 

Kamis, 13 September 2012

Teladan

Seorang ibu yang risau datang bersama putrinya menemui Mahatma Gandhi. Ia menuturkan, putrinya punya kebiasaan makan jajanan manis berlebihan. "Dapatkah Guru berbicara kepada anakku dan meyakinkannya, agar mau menghentikan kebiasaan yang tidak sehat itu?" sang ibu memohon.

Gandhi diam sejenak, kemudian berkata, "Bawalah kembali putrimu setelah tiga minggu. Saya akan berbicara kepadanya." Ibu itu pergi dan melakukan seperti yang dikatakan Gandhi.  

Kali ini Gandhi dengan tenang mendekati anak itu dan dengan beberapa kata sederhana menunjukkan dampak buruk makan terlalu banyak jajanan manis. 

Sambil berterima kasih kepada Gandhi atas nasihat bijaknya, ibu itu bertanya, "Mengapa Guru tidak menasihatinya tiga minggu lalu?"

"Tiga minggu lalu, saya sendiri masih ketagihan makan jajanan manis. Bagaimana mungkin saya menasihati putrimu?" (Donald Nichol)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Selasa, 11 September 2012

Berjalan dengan Penuh Kesadaran

Cinta dan kepercayaanku kepada Tuhan tak pernah berhenti bertumbuh, sejak saat pertama kali aku menyadari bahwa meskipun Ia Tuhan, Ia juga manusia. Ia tidak terkejut oleh kerapuhan kita atau kegagalan kita yang terus terjadi.

Aku berbicara denganNya sebagai seorang sahabat, walaupun Ia adalah Tuhanku. Aku tidak menganggapnya sebagai salah satu dewa dunia ini, yang memperdengarkan diri hanya pada saat tertentu dan berbicara hanya kepada orang tertentu. Bila seorang manusia berurusan dengan dewa-dewa, harus melalui berbagai pendekatan, meminta bantuan para perantara, dan sebelumnya melaksanakan berbagai upacara yang rumit. 

Tetapi Tuhanku tidak memerlukan perantara, ketika kita memperkenalkan diri  kepadaNya. Kita tak perlu merasa takut pada apa pun, bila berjalan dalam kebenaran di hadapan yang Mahakuasa dengan penuh kesadaran.

(Dari: Buku Jangan Biarkan Apa pun Mengganggumu - 30 Hari Bersama Mahaguru Spiritual Teresa dari Avila, editor serial John Kirvan. Penerbit Obor, 2012)
 

Sabtu, 08 September 2012

Jangan Terlalu

Sederet anak tangga yang panjang mengakhiri suatu pendakian ke puncak sebuah gunung di China. Selama lebih dari seribu tahun banyak peziarah datang dan pergi, sehingga anak-anak tangga itu menjadi licin dan berbahaya. Sejumlah peziarah terjatuh dan terluka.

Penduduk sekitar telah meminta para rahib untuk membangun kembali anak-anak tangga itu, karena khawatir usaha mereka menyediakan penginapan bagi para peziarah terancam gulung tikar. Tetapi pemimpin biara itu menolak.

"Sungguh patut disesalkan," kata pemimpin biara. "Beberapa peziarah telah menderita luka. Hal ini terjadi tak lain karena mereka menengadahkan kepala mereka terlalu tinggi. Mereka telah belajar bahwa dalam hidup ini orang harus melangkah dengan hati-hati, mengangkat kepala sedikit tinggi, tetapi jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat melihat perangkap; namun jangan juga menundukkan kepala terlalu rendah sehingga kehilangan pandangan ke langit. (Tom Robertson)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

Kamis, 06 September 2012

Kejujuran

Sekelompok guru yang masih berusia muda sedang menjalani ujian rutin. Di salah satu bagian tes, mereka menemukan daftar panjang judul buku-buku berikut pengarangnya. Peserta ujian diminta memberi tanda pada judul buku-buku yang telah dibacanya.

Ketika tim penguji memeriksa lembaran-lembaran jawaban para guru itu, mereka menemukan bahwa sepertiga dari para guru telah membaca hampir semua buku yang ada dalam daftar tersebut. Bahkan ada beberapa guru yang telah membaca semua buku yang terdaftar di situ.

Hal ini sama sekali tidak membuktikan bahwa para guru tersebut adalah pembaca yang baik. Malah justru membuktikan, kebanyakan dari mereka adalah pembohong. Sebab, 25 dari 50 judul buku yang ada dalam daftar itu sebenarnya tidak pernah ada. Separuh dari judul buku-buku tersebut semata hasil rekaan para penguji untuk mengetahui kejujuran para guru.

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)

 

Selasa, 04 September 2012

Menjadi Sahabat

Restoran Maxim, Paris
Suatu malam sekitar tahun 1900, sepasang suami istri asal Hungaria yang baru menikah bersantap malam di sebuah restoran kecil di Paris. 

Ketika hendak membayar, sang suami sangat terkejut mengetahui dompetnya telah dicuri. Tiket kapal untuk kembali ke Wina juga ikut raib. Pelayan resto tak percaya kepada mereka dan menghadirkan pemilik resto.

Ada sesuatu dalam diri sang suami yang membuat pemilik resto percaya. Bahkan ia membelikan mereka tiket kapal untuk pulang ke Wina. Pemuda ini lalu berkata, "Tuan, Anda tidak pernah akan menyesali kemurahan hati Anda ini. Saya berjanji akan membuat Anda dan resto Anda terkenal. Saya akan menulis sebuah opera dan memasukkan resto Anda di dalamnya." Pemilik resto itu tersenyum. Ia berkata sudah senang jika uangnya kembali.

Pemuda tersebut, Franz Lehar, komposer opera (1870-1948) memegang teguh janjinya. Ia menulis opera berjudul The Merry Widow yang kemudian terkenal dengan salah satu lagu terkait resto Maxim di dalamnya. 

Opera The Merry Widow masih terus ditonton setelah 90 tahun digelar. Dan karena opera itu, hingga sekarang orang-orang yang berkunjung ke Paris menyempatkan mampir ke restoran Maxim. Semua itu terjadi karena pemilik resto yang hidup kira-kira seratus tahun silam mau menjadi sahabat bagi komposer asing yang sedang tak punya uang sepeser pun. (Romance, Rhytm and Ripley)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)
 

Minggu, 02 September 2012

Menghargai dengan Lebih Baik

Seorang filsuf, keliru menggunakan palu, mencederai salah satu ibu jarinya. "Kejadian yang buruk," kata temannya. Tetapi sang filsuf menanggapi, "Sama sekali tidak buruk, justru hal terbaik yang pernah terjadi atas diri saya. Kejadian  ini mengajarkan saya untuk menghargai ibu jari saya. Sesuatu yang tidak saya sadari sebelumnya. Setelah ibu jari saya terluka, saya hitung ada 257 hal yang saya lakukan dengan ibu jari saya setiap hari dalam hidup saya, tanpa berpikir. Sekarang saya sadar, sesungguhnya ibu jari tak terpisahkan dari saya."

Sering kali kita tidak menghargai anugerah-anugerah paling sederhana dalam hidup kita, sampai kita kehilangan semua itu. Mungkin baik jika segala sesuatu yang kita miliki lenyap untuk beberapa waktu, kemudian kita mendapatkannya kembali. Dengan demikian kita akan menghargai hal-hal yang hilang itu dengan lebih baik. (Sunshine)

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-3, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2008)  
 

Sabtu, 01 September 2012

Memahami Diri

Memahami "diri" adalah mengubah. Kalau sungguh ada pemahaman akan "diri," maka pemahaman itu sendiri mengubah.

Pemahaman yang dimaksud di sini bukan pemahaman intelektual, tetapi pemahaman yang hanya muncul kalau ada kesadaran (awareness) dan kesadaran hanya mungkin muncul kalau batin diam.

                                              - J. Sudrijanta, S.J.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 27, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)