Cari Blog Ini

Minggu, 06 November 2011

Keluar dari Arus Dunia


Arus dunia adalah arus kelahiran dan kematian. Semua yang pernah dilahirkan akan mengalami kematian. Indra, pikiran, dan emosi kita pernah dilahirkan, dan karenanya akan musnah dalam waktu.

Dengan indranya, orang mampu menikmati keindahan di “dunia luar.” Orang bisa menikmati keindahan sekuntum bunga, pemandangan di gunung atau pantai, misalnya. Namun berhentinya indra luar, membuat tubuh rohani mampu menangkap Keindahan di “dunia dalam.” Kualitas Keindahan di dalam jauh lebih kuat daripada keindahan di luar. Keindahan di dalam bisa memengaruhi keindahan di luar, tapi keindahan di luar tak bisa mempengaruhi Keindahan di dalam. Yang di dalam bisa sama dengan yang di luar, tetapi yang di luar tidak sama dengan di dalam. 

Dengan pikirannya, orang menjalani hidup sehari-hari. Pikiran itu menilai, mengadili, mengharuskan, memilah-milah, membanding-bandingkan, membenarkan, menyalahkan, merumuskan, memvisualisasi, berimajinasi, berasosiasi, dan seterusnya.  Roda pikiran tak akan bisa bergerak kalau tidak ada kesadaran. Namun, kesadaran bekerja tidak tergantung pada pikiran. Pikiran yang menggerakkan hidup menjadikan kehidupan miskin dan tidak dalam. Pikiran, betapa pun dahsyat dan berguna bagi kehidupan, hanya sebagian kecil yang menjadi energi kehidupan.

Dengan emosinya, orang mampu mengalami suka dan duka, konflik dan damai, kuat dan lemah, sehat dan sakit. Emosi menenggelamkan orang ke dalam arus dunia. Di tengah konflik hidup, kadang kala orang mengalami damai, ketenangan, dan cinta. Itu semua bersumber dari dalam. Namun begitu menjadi pengalaman, pikiran mengulang-ulang sebagai ingatan masa lalu dan menimbulkan kesenangan dan kepuasan.

Sedangkan untuk bisa memandang Yang Tak Terlihat, orang mesti ke luar dari arus dunia. Roh Kebenaran datang ketika arus dunia dalam diri kita berhenti; ketika indra, pikiran, dan emosi yang bergerak terpecah-pecah berhenti. Orang begitu mudah mengidentikkan diri dengan indra, pikiran, dan emosinya. Maka, berlatih melepaskan diri dari dominasi arus indra, pikiran, dan emosi akan menolong orang untuk menyentuh tubuh rohani di dalam. 

Hidup dalam Kebenaran adalah cara hidup di mana poros kehidupan sehari-hari berada di luar arus dunia. Roh Kebenaran sendirilah yang menjadi porosnya. Roh Kebenaran bekerja setiap saat di luar waktu. Ia bukan kenangan masa lalu yang bisa dihadirkan berulang-ulang. Ia bukan pula harapan dari masa depan. Yang bisa diharapkan dari masa depan hanyalah proyeksi pikiran. Roh Kebenaran merupakan realitas sekarang dan bergerak dari saat ke saat. 

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar