Cari Blog Ini

Minggu, 11 Desember 2011

Doa

Doa bagaikan darah yang menghidupi seluruh tubuh. Doa tidak bisa dipisahkan dari gerak kehidupan umat manusia. Sadar atau tidak, manusia punya hasrat untuk menyentuh Tuhan. Dari sanalah ia berasal; di sanalah akar dan pusat hidupnya; ke sana juga ia akan kembali. Itulah mengapa manusia berdoa.

Selain itu, orang berdoa dengan harapan mendapatkan apa yang dibutuhkan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Kadang orang berdoa memohon sesuatu dan permohonannya segera dikabulkan. Ada yang harus menunggu lama, baru dikabulkan. Ada juga yang tidak dikabulkan, meskipun orang sudah berdoa tak kunjung putus.

Doa adalah komunikasi antara pendoa dengan Allah. Tidak ada yang bisa memberi jaminan bahwa apa yang didoakan pasti terkabul. Namun demikian, ada beberapa faktor yang membuat doa efektif.

Pertama, doa sangat ditentukan pada tingkat kedalamannya. Orang berdoa itu seperti orang berkomunikasi melalui telepon. Saat orang ingin berkontak langsung dengan orang lain dari jarak tertentu melalui telepon, saat itu pula kontak itu terjadi. 

Kontak dalam doa tidak membutuhkan satelit, rentang waktu, dan ruang. Menempatkan Tuhan jauh di luar diri pendoa menjadikan doa kurang efektif. Kenyataannya, Tuhan begitu dekat dengan diri pendoa bahkan tak terpisahkan darinya. Tuhan dan pendoa tidak bisa dibatasi  ruang dan waktu. Maka, berdoa kepada Tuhan yang begitu dekat  akan membuat doa menjadi lebih dalam.

Kedua, seperti halnya telepon membutuhkan energi listrik atau baterai supaya mesin telepon bisa dipakai, doa juga membutuhkan energi. Kekuatan energi doa tidak lain adalah iman, harapan, dan kasih.

Pusat dari iman, harapan, dan kasih adalah Tuhan sendiri. Berdoa dengan iman berarti berdoa dengan berpusat bukan pada diri sendiri, tetapi pada Tuhan. Kalau orang bisa menyadari kapan cinta diri, kehendak diri, kepentingan diri berhenti; dan kapan cinta Allah, kehendak Allah, kepentingan Allah mulai menguasai dirinya, orang tahu secara aktual apa artinya berdoa dengan iman.
 
Sebenarnya, doa bukan hanya ditujukan supaya orang mendapatkan sesuatu yang khusus  untuk bertahan  hidup. Lebih jauh lagi, doa merupakan perjumpaan dengan Realitas Terakhir yang disebut Allah atau Tuhan.

Orang yang sudah lebih maju dalam doa, bisa merasa terganggu dengan kata, sehingga ia lebih merasa cocok untuk berdoa dalam keheningan. Itulah yang disebut doa hening. Doa hening adalah doa yang diam dengan batin yang sungguh-sungguh hening. Segala bentuk aktivitas pikiran tidak terpakai. Dalam keheningan itu, orang menyadari dan merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya dan segala sesuatu. Doa hening juga bisa dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar