Cari Blog Ini

Rabu, 17 Agustus 2011

Tindakan Murni adalah Revolusi Sejati

Semua tindakan yang digerakkan oleh pikiran tidak lain adalah reaksi. Tindakan reaktif ini tidak membawa perubahan yang betul-betul baru, karena ia hanyalah sekadar pengulangan-pengulangan dari respons timbunan pikiran masa lampau. Dengan kata lain, tidak ada revolusi sejati yang digerakkan oleh pikiran, ide, ideologi, teori, kepercayaan. 

Adakah tindakan yang bebas pikiran? Tindakan bebas pikiran hanya terjadi bila ada nyala Api Cinta atau Keindahan. Dalam tindakan yang penuh nyala Api Cinta atau Keindahan, tidak dibutuhkan pikiran, si pemikir, motif,  atau tujuan lain di luar tindakan itu sendiri. Itulah yang disebut dengan tindakan murni.

Bangsa Indonesia pernah mengalami Revolusi Kemerdekaan 1945 dan Reformasi 1998. Api Cinta atau Keindahan sebagai bangsa telah menyatukan seluruh elemen masyarakat untuk suatu perubahan. Namun, Revolusi dan Reformasi yang telah mengorbankan banyak darah anak bangsa tersebut, kini nyatanya tidak mendatangkan perubahan fundamental dalam tata kehidupan batin dan di luar batin, dalam tata kehidupan fisik maupun kebudayaan. Mengapa demikian?

Sebenarnya, Api Cinta atau Keindahan sudah dimiliki setiap pribadi, kelompok masyarakat, kelompok agama dan kebudayaan. Ia menjadi energi paling vital dalam sejarah revolusi. Revolusi yang digerakkan tanpa energi vital tersebut tidak bisa diharapkan mendatangkan perubahan fundamental. Roda revolusi sejati hanya mungkin bergerak sejauh setiap orang atau kelompok mampu bertindak murni.

Sayangnya, tindakan murni justru dikalahkan oleh pikiran, ideologi,  dan kepercayaan. Alih-alih membangun praksis yang benar, yaitu tindakan karena Cinta atau Keindahan, bangsa ini terus digiring masuk pada konflik antarideologi dan kepercayaan. Revolusi yang digerakkan oleh ideologi dan kepercayaan, justru akan membenamkan bangsa ini dalam konflik yang tak kunjung putus.

Menjadikan pikiran, ideologi, dan kepercayaan sebagai basis tindakan seperti rumah yang dibangun di atas pasir. Tindakan yang digerakkan oleh pikiran atau ideologi tidak lebih sebagai reaksi,  dan setiap reaksi selalu rapuh. 

Sebaliknya, tindakan yang digerakkan oleh Api Cinta atau Keindahan seperti rumah yang dibangun di atas wadas. Tindakan itu menjadi solid dan kokoh, menggerakkan roda revolusi yang sejati. Tidak ada dualitas lagi antara tindakan dan pikiran. Api Cinta atau Keindahan merupakan energi vital tindakan murni, energi vital revolusi sejati.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar