Cari Blog Ini

Selasa, 23 Agustus 2011

Ego dan Kasih

Kasih tidak bisa dideskripsikan. Kasih bukanlah perasaan, sebab perasaan kita berubah-ubah: sekarang cinta, besok benci. Sedangkan kasih tidak berubah. Ia memiliki intensitas pada dirinya secara konstan. Kasih bukan pula ketertarikan, karena ketertarikan merupakan sensasi tentang diri seseorang yang belum tentu merupakan diri orang itu yang sesungguhnya. Sensasi muncul dari gambaran memori Anda tentang diri seseorang yang kepadanya Anda tertarik. 

Kasih tidak bergantung pada orang lain sebagai penentu kebahagiaan. Kebahagiaan yang sesungguhnya tidak tergantung pada apa pun di luar diri kita: “Kalau Anda mau hidup bersama saya, tentu saya akan sangat berbahagia. Kalau Anda tidak mau, saya tetap bahagia.” Orang yang bahagia menemukan kebahagiaan di dalam dirinya. 

Dalam keheningan meditatif, Anda melihat bahwa ego atau diri itu sebenarnya hanya ilusi. Kasih yang dicari oleh ego – kasih-perasaan, kasih-ketertarikan, kasih-kebergantungan – juga merupakan ilusi. Objek yang dicari dan si pencari tidak berbeda. Kasih sejati terlahir ketika ilusi si pencari dan pencarian oleh si ego berakhir.

(Dari: Buku Meditasi sebagai Pembebasan Diri, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar