Cari Blog Ini

Rabu, 31 Agustus 2011

Bersaudara


Chief Seattle
Setiap lembar daun pinus yang bercahaya, setiap pantai yang berpasir, setiap kabut di hutan yang kelam, setiap serangga yang bersuara di lahan tak berpohon di hutan; semuanya suci dalam kenangan dan pengalaman orang-orangku…

Kita adalah bagian dari bumi dan bumi adalah bagian dari kita. Bunga-bunga yang wangi adalah saudara perempuan kita. Puncak yang berbatu, sari buah di semak belukar, kehangatan tubuh kuda poni dan manusia – semua termasuk dalam satu keluarga.

Aku telah melihat seribu kerbau yang membusuk di padang rumput luas, ditinggalkan orang-orang kulit putih – yang menembak mati mereka dari sebuah kereta yang sedang melaju… apa arti manusia tanpa hewan?

Jika semua hewan ini tidak ada, maka manusia akan mati karena kesepian jiwa yang luar biasa. Karena apa yang terjadi pada hewan akan terjadi pula pada manusia. Semua hal ini berhubungan….
Apa pun yang menimpa bumi juga akan menimpa anak-anak bumi.

Jika manusia meludahi tanah, maka mereka meludahi diri mereka sendiri. Ini yang kita ketahui: bumi bukanlah milik manusia, manusialah milik bumi… semuanya berhubungan bagai pertalian darah yang menyatukan satu keluarga…

Manusia tidak menyulam jejaring kehidupan, manusia semata hanya satu utas dari jejaring itu. Apa pun yang ia lakukan pada jejaring, maka ia lakukan hal yang sama pada dirinya sendiri… mungkin akhirnya kita memang bersaudara… Satu hal yang kita ketahui, suatu saat nanti orang-orang kulit putih juga akan ketahui – Tuhan kita adalah Tuhan yang sama.

Dikutip dari pidato terkenal Chief Seattle (1780-1866), Kepala Suku Duwamish Indian

(Dari: Buku Hati yang Bijaksana - Wisdom of the Heart, karya Alan Cohen. Penerbit Interaksara, 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar