Cari Blog Ini

Sabtu, 28 Januari 2012

Seks dan Kasih Sayang

Setiap orang memiliki hasrat seks dan mendambakan kasih sayang. Orang memang bisa menemukan kasih sayang, kemesraan, keintiman, keakraban, dan kenikmatan dalam seks. Tetapi, dalam bentangan pengalaman itu, terdapat juga ketakutan dan kepedihan. Mungkinkah kita mengalami kasih sayang sejati yang bebas dari kenikmatan dan kepedihan?

Dalam seks ada kenikmatan dan penderitaan. Sebagian orang mungkin merasa tak punya masalah dengan seks. Mereka membutuhkan seks seperti orang butuh makan. Sedangkan sebagian orang lain berkaul hidup murni. Ada yang mengutuk seks sebagai yang duniawi, rendah, dan tidak suci. Mereka berjuang mengenyahkan hasrat seks. 

Menjauhi, menolak, atau membunuh hasrat seks sama bodohnya dengan mengumbar hasrat seks. Ada seks atau tidak ada seks, kenyataannya rasa takut, sepi, dan pedih tetap ada. Meskipun orang memiliki kepuasan seks, semua perasaan itu tak bisa disembuhkan dengan seks.

Perhatikanlah muncul dan tenggelamnya hasrat atau gairah atau nafsu seks. Hubungan antara hasrat seks dan pikiran begitu dekat. Hasrat akan kenikmatan sebelum atau setelah tindakan seks tak lain merupakan pikiran. Kita menyukai kenikmatan dan pikiran membayangkan kenikmatan seks yang belum terjadi atau mengulang-ulang kenikmatan seks yang telah lewat. 

Pikiran senang melekat pada sesuatu yang membuat nikmat, dan seks salah satunya. Karena rasa takut, kita berlari dan melekatkan diri pada sesuatu. Kelekatan itu kemudian malah menciptakan lebih banyak ketakutan. Bisa jadi, seks merupakan pelarian dari rasa sepi atau kekosongan eksistensi kita.

Anda mesti melihatnya sendiri. Kalau Anda memahami seluruh gerak kenikmatan dan penderitaan, kelekatan dan ketakutan, serta pikiran dan keinginan-keinginannya yang ada di dalam batin Anda, mungkin Anda akan melihat seks secara berbeda.

Tindakan seks tak sama dengan pikiran seks. Tindakan seks bukan hanya terbatas pada hubungan intim sepasang insan, tetapi juga cara kita memperlakukan tubuh kita, relasi-relasi yang lebih luas antara laki-laki dan perempuan, cara memandang, cara mendengarkan, cara bergaul, cara bertindak, dan seterusnya.

Dalam tindakan seks mungkin ada kelembutan, keindahan, kebebasan, intensitas, kebahagiaan, cinta, atau kasih sayang yang sesungguhnya. Hal itu ada - kalau pikiran, keinginan, atau diri ini berhenti.  

Sadarilah hasrat seks seperti apa adanya, tanpa menyalahkan atau membenarkan, menerima atau menolak, melawan atau lari darinya. Dengan memahami hasrat seks dan reaksi-reaksi batin secara total - tanpa menilainya sebagai baik atau buruk, normal atau tidak normal, boleh atau tidak boleh - maka hasrat seks dengan sendirinya akan berhenti, muncullah kebebasan dan kasih sayang.

Kalau kebebasan dan kasih sayang sudah ada dalam hidup seseorang, apakah seks masih diperlukan? Hanya dalam batin yang bebas terdapat kasih sayang sejati.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar