Cari Blog Ini

Kamis, 12 Januari 2012

Sadar

Ketika Mahatma Gandhi berusia 15 tahun, ia mencuri beberapa sen dari abdi-abdinya dan sekerat emas dari gelang saudarinya. Uang itu dihabiskan untuk membeli daging kambing dan rokok.

Tetapi, kesenangan itu tak bertahan lama. Sepanjang malam Gandhi terjaga dan dikejar-kejar rasa bersalah. Ia memutuskan untuk mengakui perbuatannya ke ayahnya. 

Gandhi tak berani mengatakan langsung, maka ia menulis peristiwa itu pada sehelai kertas dan menyerahkan kepada ayahnya yang terbaring sakit. Gandhi menanti sambil menundukkan kepala karena malu.

Ayahnya tidak mengatakan apa pun. Ia hanya menutup mata dan butir-butir air mata meleleh ke pipinya. Tak ada cara lain yang lebih menyadarkan Gandhi akan kesalahan yang telah dilakukannya. Sejak saat itu, hidup Gandhi merupakan perwujudan nyata dari nilai kejujuran, kesungguhan, dan kebenaran.

(Dari: Buku Gairah Masa Remaja, saduran dari buku Life, Love, Lifts, oleh staf Sekretariat Nasional Cipta Loka Caraka, 1980)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar