Cari Blog Ini

Kamis, 26 Januari 2012

Empat Sifat Cinta

Apakah cinta? Lihatlah bunga mawar. Mungkinkah bunga itu mengatakan, "Aku akan memberikan keharumanku kepada orang baik dan tidak kepada orang jahat"? Dapatkah Anda membayangkan sebuah lampu menolak bersinar karena akan dipakai oleh orang jahat? Renungkanlah dengan penuh kekaguman kebaikan bunga mawar dan lampu yang demikian sempurna, inilah sifat cinta yang pertama: tidak membeda-bedakan.

Sifat cinta yang kedua adalah cuma-cuma atau tanpa pamrih. Seperti bunga mawar dan lampu, cinta memberi dan tak meminta balas jasa. Apakah Anda bersikap baik terhadap orang-orang yang memenuhi keinginan dan harapan Anda, serta sebaliknya bersikap negatif terhadap mereka yang tidak memerhatikan Anda? Untuk dapat mencinta tanpa pamrih Anda perlu melihat, apakah selama ini yang Anda sebut cinta itu hanya sebagai kamuflase atas egoisme dan keserakahan Anda. Dengan melihat, Anda mengambil langkah besar ke dalam cinta tanpa pamrih.

Sifat cinta yang ketiga adalah tidak sadar akan dirinya. Cinta begitu bahagia dengan mencinta, sehingga tak mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukannya. Seperti lampu yang senantiasa bersinar tanpa peduli bermanfaat atau tidak. Seperti bunga mawar yang menebarkan keharumannya tanpa peduli ada atau tidak orang yang menciumnya. Cinta begitu saja ada, tanpa perlu memiliki objek.

Sifat cinta yang keempat adalah bebas. Saat paksaan, kendali, atau konflik muncul, cinta mati. Lampu tidak akan memaksakan cahayanya, biarpun Anda sedang terseok-seok dalam kegelapan. Setiap kali Anda menyerah pada kendali dan paksaan, Anda merusak kemampuan kodrati Anda untuk mencinta, karena Anda hanya melakukan apa yang orang lain lakukan terhadap diri Anda.

Renungkanlah semua kendali dan paksaan dalam hidup Anda. Kiranya permenungan itu akan menghancurkan kendali dan paksaan. Saat paksaan dan kendali hilang, kebebasan muncul. Kebebasan adalah kata lain untuk cinta.

Dari: Buku Dipanggil untuk Mencinta - Kumpulan Renungan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar