Cari Blog Ini

Senin, 02 Januari 2012

Jalan Sempit

Sekali peristiwa, Tuhan mengingatkan rakyat akan datangnya gempa bumi yang akan menghabiskan seluruh air yang ada di suatu negeri. Air yang kemudian datang menggantikan, bisa membuat setiap orang menjadi gila.

Hanya nabi yang menanggapi Tuhan dengan serius. Ia mengusung air banyak-banyak ke guanya di gunung, sehingga cukup sampai hari kematiannya.

Ternyata benar, gempa bumi sungguh terjadi. Air menghilang dan air yang baru mengisi parit, danau, sungai, serta kolam. Beberapa bulan kemudian, nabi turun ke lembah untuk melihat apa yang terjadi. Memang, semua orang telah menjadi gila. Mereka menyerang dan tidak peduli kepada nabi. Mereka semua yakin, justru dialah yang sudah menjadi gila.

Nabi lalu pulang ke guanya di gunung. Ia senang, ia masih menyimpan banyak air. Tetapi, lama-kelamaan ia merasakan kesepian yang tak tertahankan lagi. Ia ingin sekali bergaul dengan sesama manusia.  Maka, ia turun ke bawah. Sekali lagi ia diusir orang banyak, karena ia begitu berbeda dari mereka semua.

Nabi lalu mengambil keputusan. Ia membuang seluruh air yang disimpannya. Ia minum air baru dan bergabung dengan orang-orang lain, sehingga sama-sama menjadi gila.

Jika engkau mencari kebenaran, engkau akan berjalan sendirian. Jalan ini terlalu sempit untuk kawan seperjalanan. Siapakah yang dapat tahan dalam kesendirian itu?

(Dari: Buku Burung Berkicau, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar