Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Januari 2012

Mengamati Kemarahan

Tanya: Saya bermasalah dengan istri. Belakangan ini, istri sering kabur dari rumah dan memiliki pria idaman lain. Sempat terlintas untuk mengakhiri hidup pria itu. Saya merasakan kemarahan yang membara. Bagaimana menghadapinya?

Jawab: Kalau Anda menyakiti istri atau pria idaman lain dari istri, maka Anda juga menyakiti diri sendiri. Apa yang Anda lakukan terhadap orang lain akan kembali kepada diri sendiri. Karena itu, olahlah kemarahan Anda, supaya tidak menghancurkan orang lain dan diri sendiri.

Ketika Anda teringat akan istri atau pria idaman lain, dan muncul kemarahan saat meditasi, cobalah biarkan kemarahan itu meledak. Anda amati saja. Setiap kali perasaan itu datang, Anda cukup mengamatinya. 

Tetapi, kemudian jangan hanya mengamati kemarahan. Amati pula kotoran-kotoran batin yang mengiringi kemarahan itu. Misalnya, ada keinginan dalam diri Anda untuk menekan, membuang, menerima kenyataan tersebut; ada pikiran untuk menyalahkan orang lain, membenarkan diri sendiri; ada rasa luka dari masa lampau yang masih terus terbawa; ada ketakutan istri diambil orang lain; ada kesepian atau kekosongan kalau istri pergi selamanya.

Selamilah kemarahan dan semua kotoran batin itu - awal mula, proses, dampak, dan keseluruhannya, hingga kemarahan tersebut tidak lagi menggoncang batin Anda.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar