Cari Blog Ini

Kamis, 12 September 2013

Tepuk Tangan

Seorang aktor kondang mengajak istri dan anak tunggalnya berlibur di sebuah kawasan peristirahatan terpencil di ujung Papua Tengah. Di sana, mereka benar-benar bisa menikmati waktu pribadi sekeluarga dengan bebas. Tak ada dering telepon tengah malam, tak ada kejaran mikrofon para wartawan, serbuan penggemar yang minta tanda tangan atau mengajak foto bersama.

Suatu malam, mereka memutuskan untuk nonton film. Gedung bioskop satu-satunya di kota itu tampak tidak terawat dan sepi. Namun, yang mengagetkan, sambutan tak terduga dari para penonton ketika mereka memasuki bioskop.

Dua belas orang penonton yang sudah ada di dalam gedung tersebut langsung berdiri dan bertepuk tangan menyambut kedatangan mereka. "Tak disangka," kata aktor itu kepada istrinya sambil membalas lambaian tangan penonton, "di kota terpencil ini masih ada penggemar yang mengenali kita."

Salah satu penonton yang duduk di barisan depan tiba-tiba mendekati sang aktor dan menjabat tangannya. "Saya tak kenal siapa Anda, tetapi yang jelas kami amat gembira dengan kedatangan Anda bertiga. Bioskop ini hanya dibuka sekali sebulan. Manajer mengatakan, kalau jumlah penonton kurang dari 15 orang, ia tidak akan memutar filmnya. Sudah berminggu-minggu saya ingin menyaksikan film ini. Terima kasih atas kedatangan Anda bertiga," ujar penonton itu.

Terkadang penghormatan yang diberikan kepada seseorang, sama sekali tak ada hubungannya dengan ketenaran atau nama besarnya; melainkan semata pada apa yang diperbuatnya bagi orang lain, sekecil apa pun.

(Dari: Buku Senyuman - Kumpulan 100 Cerita Bijak, karya Yustinus Sumantri Hp., S.J. Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama, 2005)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar