Cari Blog Ini

Kamis, 05 September 2013

Harapkan Sebuah Mukjizat

Ke mana pun saya pergi, saya selalu membawa batu kecil abu-abu dalam dompet saya. Di atas batu itu tertulis tiga kata sederhana: Harapkan Sebuah Mukjizat. Saya memang pernah mengharapkannya, meski tak masuk akal. Namun, itulah yang diberikan kepada saya.

Setahun lalu, saya mengalami pembengkakan dan rasa nyeri di saluran kemih dan perut bagian bawah. Hasil pemeriksaan lab sungguh mengerikan: saya memiliki tumor besar. Angka hasil tes darah mengindikasikan kemungkinan kanker dengan nilai 462, sedangkan angka normal seharusnya hanya 30. 

Saya menangis. Di benak saya terbayang semua wajah orang yang saya kasihi. Dalam ketakutan yang membuat saya setengah gila, saya mulai mengajukan penawaran tak masuk akal: jika Engkau menyembuhkan saya, ya Tuhan, saya akan jadi manusia, istri, dan ibu yang lebih baik.

Setelah melewati operasi yang mengambil tumor, saluran indung telur, dan indung telur; saya belum lepas dari bahaya. Saya harus menjalani enam kali kemoterapi. Setelah perawatan berakhir, saya masih dihadapkan pada kenyataan mengerikan lainnya. Para dokter akan melakukan 100 biopsi di setiap bagian tubuh yang diduga telah terjangkit kanker. Apabila kemoterapi tidak dapat menghancurkan sel-sel kanker, kesempatan saya untuk tetap dapat mempertahankan hidup akan sangat tipis.

Sebelum ke rumah sakit untuk menjalani biopsi, saya mengambil batu kecil yang dilukis dengan tangan, bertuliskan: Harapkan Sebuah Mukjizat. Batu dari seorang teman ini saya masukkan ke dalam dompet. 

Batu itu masih berada di dompet,ketika saya membuka mata setelah biopsi dan melihat seorang perempuan cantik berambut gelap dan bergaun putih mencondongkan tubuhnya ke tempat tidur saya. Ia pasti seorang perawat, pikir saya. Tetapi, ia tidak membawa obat atau alat pengukur tekanan darah; melainkan memandang saya dengan ramah dan bertanya, "Apakah Anda sedang mengharapkan sebuah mukjizat?" Dalam kebingungan saya menjawab perlahan, "Ya." Saya belum sempat bertanya lebih lanjut, perempuan itu sudah menghilang.

Keesokan pagi, perempuan berbaju putih itu kembali berada di samping saya. Di tangannya ada sebuah lempengan kecil yang bertuliskan: Mukjizat Terjadi Setiap Hari. Inikah yang sedang Anda cari?" tanyanya lembut.

Air mata saya mengalir. Saya tak mampu mengucapkan sepatah kata pun, ia segera menghilang. Seluruh tubuh saya dihinggapi perasaan gatal yang aneh.... "Dawn," kata suami saya, sementara saya berusaha membuka mata, "Hasil biopsi semuanya negatif!"

Saya tak pernah tahu, apakah perempuan itu seorang perawat atau malaikat. Namun, ia datang supaya saya mengetahui bahwa harapan bukanlah sesuatu yang bodoh dan doa bukanlah hal yang sia-sia.

Sekarang, usia saya 49 tahun dan bebas dari kanker. Setiap hari yang baru adalah suatu berkat, suatu kesempatan baru untuk mengharapkan sebuah mukjizat. (Dawn Stobbe seperti diceritakan kepada Meg Lundstrom dari majalah Woman's World)

(Dari: Buku Chicken Soup for the Christian Soul - 57 Kisah untuk Membuka Hati dan Membangkitkan Semangat, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Patty Aubery & Nancy Mitchell. Penerbit Dabara Publishers, 1999)
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar