Cari Blog Ini

Jumat, 22 Juli 2011

Berbicara dengan Batin Hening

Kita memiliki ingatan masa lalu. Ingatan ini muncul kembali ketika kita di hadapkan pada persoalan, tantangan, atau situasi-situasi tertentu. Ingatan baik atau ingatan buruk ini telah menciptakan pola-pola reaktif dalam batin, kemudian menggerakkan tindakan.

Lihatlah cara Anda berbicara. Apakah Anda berbicara karena takut, karena bingung, karena kesepian? Apakah Anda berbicara untuk menonjolkan diri, untuk mendominasi, untuk merendahkan yang lain?

Motif dan tujuan halus yang mengiringi cara Anda berbicara membuat berbicara sekadar sebagai reaksi. Ketika motif dan tujuan tersebut disadari saat itu muncul, apa yang terjadi? Bukankah batin diam? Dan ketika Anda melanjutkan berbicara sementara batin diam, apa yang terjadi? Bukankah terdapat suatu kualitas bicara yang berbeda?

Mari kita melihat tindakan kita dalam relasi antarpribadi. Batin yang tidak bebas dari beban pencitraan tidak mampu bertindak benar dalam relasi-relasi antarpribadi. Pencitraan adalah gagasan, gambaran, atau pengetahuan yang kita bentuk dari suatu pengalaman. Kita sering kali berhubungan satu dengan yang lain menurut gambaran tertentu. Aku memiliki gambaran tertentu tentang diriku. Aku memiliki gambaran tertentu tentang Anda. Begitu pula Anda.

Lalu, kita saling berinteraksi mengikuti gambaran kita masing-masing. Adakah relasi pribadi antara aku-engkau yang sesungguhnya dalam relasi yang digerakkan oleh gambaran ini? Bukankah yang terjadi adalah kita berhubungan dengan gambaran Anda dan gambaran saya sendiri? Bukankah dengan demikian tidak ada relasi pribadi, karena tindakan kita hanya digerakkan oleh gambaran kita sendiri? Karena gambaran kita tentang diri kita atau orang lain terkondisi, bukankah tindakan relasi antarpribadi yang dihasilkannya juga terkondisi?

Selama batin kita tidak sungguh-sungguh diam, maka segala tindakan dan kegiatan kita tidak lain hanya perluasan dari kepentingan diri. Kalau ada pemahaman total atas seluruh proses batin ini, maka tindakan dan kegiatan kita mungkin menjadi berbeda.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar