Cari Blog Ini

Kamis, 22 Agustus 2013

Godaan di Atas Segala Godaan

Seorang penyelundup yang sedang buron, pergi menemui seorang bijak dan memintanya menyembunyikan barang-barang selundupan. Ia yakin, karena kesalehan orang bijak itu tak seorang pun akan mencurigainya.

Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup segera keluar dari rumahnya. "Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan Anda," kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu, lalu mengatakan: tidak. "200 ribu dolar," tambah si penyelundup. Orang bijak itu tetap menolak. "500 ribu dolar," tawar si penyelundup. Orang bijak itu mengambil tongkat dan berteriak," Keluar sekarang juga! Kamu sudah sangat dekat dengan harga yang saya inginkan."

Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang tak sadar dirinya tergoda. Mereka baru sadar, setelah segalanya terjadi.

Kesadaran yang lebih tinggi tingkatannya, yaitu kesadaran sebelum peristiwa apa pun terjadi. Anda sadar sepenuhnya akan keberadaan Anda, posisi dan kekuasaan yang Anda miliki. Anda sadar sepenuhnya bahwa kedudukan Anda sangat rawan terhadap godaan.

Semua jabatan memang rawan godaan. Karena itu, Anda harus waspada dan sadar sepenuhnya terhadap segala bentuk godaan. Seorang pejabat pemerintah akan selalu digoda oleh para pengusaha yang ingin berbisnis. Para penegak hukum akan selalu digoda oleh para pelanggar hukum. Begitu juga dengan anggota legislatif, anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum), anggota KPK, dan KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) harus sadar terhadap politik uang yang selalu mengintai setiap saat.

Tak memiliki kedudukan formal, bukan berarti bebas dari incaran politik uang. Seorang bijak, Sophocles, pernah mengingatkan, "Tak ada satu hal pun di dunia ini yang paling meruntuhkan moral selain uang."

Godaan terbesar uang adalah mengubah pandangan hidup kita dari "memiliki" menjadi "dimiliki." Kita memang perlu uang untuk menjalani hidup, tetapi uang hanya berfungsi sebagai alat. Kita yang menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali bertukar tempat, akhirnya kita yang "dimiliki" oleh uang.

Kita sering kali berpikir terbalik: have > do > be. Kita berusaha memiliki lebih banyak uang (have), agar kita dapat melakukan apa yang ingin kita lakukan (do), dan mengira kalau itu tercapai akan membuat kita lebih bahagia (be).

Padahal, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya: be > do >have. Yang utama adalah menjadi diri sendiri (be), kemudian melakukan apa yang harus dilakukan (do), agar dengan demikian kita memiliki apa yang kita inginkan (have).

Uang adalah apa yang kita dapatkan (have), sementara kebahagiaan adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri kita (be). Kebahagiaan sesuatu yang bersifat bebas, tidak tergantung apa pun yang kita miliki.

Orang-orang bijak selalu mengingatkan kita, yang penting dalam hidup adalah segala sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta, kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya kepada orang lain, dan kesadaran yang sempurna.  

(Dari: Buku Life is Beautiful - Sebuah Jendela untuk Melihat Dunia, karya Arvan Pradiansyah. Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar