Cari Blog Ini

Minggu, 12 Agustus 2012

Berhadapan dengan Diri

Michel Siffre
Tahun 1972, seorang ilmuwan Perancis, Michel Siffre, pernah bertahan hidup selama 205 hari dalam sebuah gua terisolasi dengan maksud meneliti bagaimana pola hidup manusia jika ia tidak dipengaruhi oleh waktu. Ruang tempat tinggalnya dirancang sedemikian rupa, sehingga ia tak mengetahui pergantian siang dan malam.

Ia memilih gua Midnight, di dekat Del Rio, Texas, yang terletak 35 mil dari perbatasan Meksiko dan 100 kaki di bawah permukaan tanah. Gua ini dilengkapi makanan enak, bacaan bagus, sarana rekreasi, juga kegiatan uji coba dan penelitian ilmiah. Bahkan ada sebuah telepon yang disediakan untuk komunikasi cepat dengan petugas di atas permukaan gua. Tetapi telepon ini hanya boleh digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan dalam situasi darurat.

Awalnya, ia tak mengalami masalah dengan kesepian. Tetapi, setelah dua bulan, ia mulai mengalami kemunduran fisik, mental, dan emosional. Ia berjuang mengatasi kesepian itu, meski hampir tak mampu menanggungnya.

Situasi semakin buruk, tatkala ia membiarkan perasaan kasihan pada dirinya bertumbuh dan rasa putus asa menguasainya. Di hari ke-86 terlintas pikiran untuk mengakhiri segalanya dengan bunuh diri. Satu minggu kemudian, ia merasa kuat, walau dalam catatan hariannya ia menulis: "Saya sedang mengalami titik terendah kehidupanku. Kesepian panjang ini berada di luar kemampuanku untuk menanggungnya." Hanya roh dalam dirinya yang memberi kemampuan untuk menanggung situasi yang tak tertanggungkan itu. Siffre tetap dapat bertahan.

Pada hari ke-156 lewat konfrontasi yang panjang dengan dirinya, ia mencapai sesuatu yang menyakitkan. Namun, di saat itulah ia tercerahkan. Ia menulis: "Ketika engkau menemukan dirimu sendirian, terisolasi dalam suatu dunia secara total tanpa perhitungan waktu lagi, berhadapan dengan dirimu, maka semua topeng di mana engkau bersembunyi - akhirnya runtuh."

Topeng dirinya runtuh dan Siffre menatap dirinya tanpa penutup apa pun. Ia dapat mengenali dirinya dengan baik. Keheningan dan kesepian telah membawa Siffre ke suatu tahap pengenalan diri yang hanya dapat dicapai oleh sedikit orang.

Pengenalan diri tak pernah bisa diraih tanpa penderitaan. Siffre telah mengalami penderitaan padang gurun kesepian yang panjang. Dari sana ia memperoleh sesuatu yang berharga: topeng diri runtuh dan kita dapat mengenal diri kita dengan baik.

(Dari: Buku Dalam Keheningan - Menelusuri Gurun Kehidupan, karya S.M. Ndolu, O.Carm. Penerbit Dioma, 2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar