Cari Blog Ini

Senin, 03 Oktober 2011

Layar Putih dan Dayung Kayu


Di sebuah sungai yang lebar tampak sebuah perahu nelayan menggunakan layar putih mengikuti angin menuju ke hilir. Layar putih menerima tiupan angin yang mengantar perahu berlayar maju. Sang layar sangat mengagumi bayangannya yang terlihat di permukaan air – seperti kupu-kupu raksasa putih yang mengepakkan sayapnya. Begitu indah, begitu gagah!

Ia menertawai dayung kayu yang tersimpan di pinggir perahu. “Hai Dayung, kamu benda yang malas dan tak berguna. Perahu melaju cepat karena saya. Sedang kamu? Tak mengerjakan apa-apa, hanya bermalas-malasan di sana!” kata si Layar. Dayung tidak membalas sepatah kata pun.

Ketika senja, perahu bersiap untuk kembali ke daratan. Nelayan melepaskan tali lalu menggulung layar dari atas ke bawah. Lalu, nelayan mengambil dayung kayu dan mulai mendayung. Perahu pun bergerak menuju tepian.

Si Layar berteriak ke nelayan, “Mengapa saya digulung? Mengapa kau menggunakan dayung kayu yang tak berguna itu?”

“Ha.. ha.. sekarang kamu mengerti kan?” tanggap si Dayung. “Kamu merasa bangga dan hebat ketika sedang mengikuti angin. Sedangkan aku, walaupun kemampuanku tak besar, justru aku bisa digunakan untuk melawan angin!”

Setiap orang punya kelebihan dan kelemahan. Pada saat diri sendiri berjaya, janganlah memandang rendah orang lain. Hanya dengan mengenal diri sendiri secara tepat dan berjiwa besar menghadapi kehidupan, barulah kita dapat menikmati kegembiraan hidup.

(Dari: Buku 200 Kisah Terindah Sepanjang Masa dari China, karya Din Man. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar