Cari Blog Ini

Minggu, 10 Mei 2015

Wanita Lain

Setelah 21 tahun menikah, aku menemukan cara baru untuk menjaga agar api cinta dan keintiman hubunganku dengan istriku tetap bernyala. Aku mulai "mengencani wanita lain" atas saran istriku. Wanita lain itu adalah Ibuku. 

Ibuku seorang janda berusia 71 tahun, hidup sendirian setelah ayah wafat 19 tahun silam. Beliau tinggal berjarak 2.500 mil dari California, tempat aku memulai karier dan keluarga sendiri.

Karena tuntutan pekerjaan dan ketiga anakku, aku tak pernah bisa sering menengok Ibuku. Kami hanya bertemu saat acara kumpul keluarga dan hari libur.

Ibu terperanjat dan curiga ketika aku menelepon dan mengusulkan kami berdua pergi makan malam dan menonton. "Ada yang tidak beres?" tanyanya. "Ada baiknya saya menghabiskan waktu bersamamu," kataku.

Aku merasa gugup saat mengendarai mobil menuju ke rumah Ibu sepulang kerja hari Jumat. Apa yang akan kami bicarakan? Bagaimana seandainya Ibu tak suka restoran pilihanku atau film yang akan kami tonton?

Kami tak pergi ke tempat mewah, hanya ke tempat yang dekat di mana kami bisa mengobrol. Aku membacakan menu di restoran itu. "Dulu, biasanya saya yang menjadi pembaca menu, ketika kamu masih kecil," kenang Ibu.

Percakapan kami menyenangkan sepanjang makan malam. Tak ada yang luar biasa, hanya memahami kehidupan masing-masing. Begitu banyak kami berbicara, sehingga tak sempat pergi menonton film.

Sejak malam itu, aku secara teratur "mengencani" Ibu. Kami selalu pergi makan malam, terkadang pergi nonton juga. Aku bercerita tentang kesulitan sehari-hari di pekerjaan serta membanggakan istri dan anak-anakku. Ibu menceritakan masa lalunya. Mendengarkan cerita-cerita Ibu, aku menyadari betapa penting mengetahui bagian dari sejarah hidupku.

Istriku benar. "Mengencani wanita lain" telah membantu pernikahan kami. Hal itu membuatku menjadi suami dan ayah yang lebih baik, mudah-mudahan juga seorang anak yang lebih baik. Terima kasih, Ibu, aku mencintaimu. (David Farrell)  

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar