Cari Blog Ini

Senin, 09 Maret 2015

Apa yang Anda Tanam?

Sandy hidup di apartemen yang begitu kecil, sehingga ketika ia kembali dari berbelanja, ia harus memutuskan apa yang harus ia singkirkan agar bisa menempatkan barang belanjaannya. 

Ia berjuang keras dari hari ke hari untuk menghidupi dirinya dan putrinya yang berusia 4 tahun dengan uang hasil menulis dan pekerjaan serabutan lainnya. Mantan suaminya telah lama menghilang.

Benda-benda yang oleh kebanyakan orang Amerika dianggap sebagai keharusan seperti televisi, radio, microwave ada dalam daftar terbawah Sandy, pada bagian "mungkin dibeli suatu hari nanti."

Kisah Sandy bukan sesuatu yang luar biasa. Banyak orangtua tunggal dan orang-orang tua yang bergulat dengan struktur ekonomi, terpuruk di antara celah upaya untuk sungguh-sungguh bisa mencukupi diri atau menyatakan diri cukup miskin, agar bisa memperoleh bantuan pemerintah.

Yang membuat Sandy berbeda adalah penampilannya. "Saya tak memiliki banyak barang atau mimpi seorang Amerika," katanya dengan senyum tulus.
"Apakah hal itu mengganggumu?" tanyaku.

"Kadang-kadang. Bila saya melihat gadis kecil seusia putriku memiliki boneka dan pakaian yang bagus, atau naik mobil mewah, atau tinggal di rumah yang nyaman, saya merasa pedih. Setiap orang ingin mencukupkan kebutuhan anaknya," jawab Sandy.

"Tapi kamu tidak merasa getir?" 
"Apa yang harus dianggap sebagai kegetiran? Kami tidak kelaparan atau sekarat membeku. Saya memiliki apa yang sungguh-sungguh penting dalam hidup ini," kata Sandy.

"Apa itu?" tanyaku lagi.
"Menurut saya, tak masalah berapa banyak barang yang kita beli, tak penting berapa banyak uang yang kita dapatkan. Kamu hanya perlu mempertahankan tiga hal dalam hidup ini yang tak dapat direnggut darimu, yaitu pengalaman, teman-teman sejati, dan apa yang kamu tanam di dalam dirimu," tandas Sandy.

Bagi Sandy, pengalaman tidak perlu yang luar biasa. Saat-saat biasa bersama putrinya, berjalan di taman, bersantai di bawah pohon, mendengarkan musik, atau memanggang roti.

Sedangkan teman-teman sejati buat Sandy adalah, "Mereka yang tidak pernah meninggalkan hatimu, sekalipun mereka pergi dari kehidupanmu untuk sementara waktu. Bahkan setelah bertahun-tahun berpisah, kamu bisa menempatkan diri di tengah mereka kembali seperti sebelumnya." 

Tentang apa yang ditanam di dalam diri, Sandy mengatakan, "Hal itu tergantung pada setiap orang. Saya tidak menanam kepahitan dan penderitaan. Saya menanam itu," katanya sambil melihat hangat ke putrinya dengan mata berbinar penuh syukur dan kegembiraan.

(Dari: Buku Chicken Soup for the Woman's Soul, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Jennifer Read Hawthorne, dan Marci Shimoff. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1997)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar