Cari Blog Ini

Minggu, 08 Februari 2015

Jejak Sepatu di Karpet

Seorang ibu rumah tangga mengurus rumahnya dengan baik. Rumah selalu tampak rapi dan bersih. Ia sangat marah kalau melihat ada jejak-jejak sepatu di atas karpet. Dengan keberadaan 4 anak lelaki, tentu ini bukanlah hal mudah.

Ia lalu menemui Virginia Satir, psikolog, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan keluhan si ibu, sang psikolog berkata, "Ibu, tutuplah mata Ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan."

"Bayangkan rumah Ibu yang rapi dengan karpet bersih tanpa jejak-jejak sepatu. Bagaimana perasaan Ibu?" Sambil tetap menutup mata, senyum Ibu merekah. Ia tampak senang dengan gambaran yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan, "Tetapi, itu berarti tidak ada seorang pun di rumah Ibu. Tak ada suami dan anak-anak. Tak terdengar canda dan tawa mereka. Rumah Ibu sepi dan kosong, tanpa orang-orang yang Ibu cintai." Seketika, raut wajah si ibu berubah keruh. 

"Sekarang, lihat kembali karpet itu. Ibu melihat jejak-jejak sepatu di sana. Artinya, suami dan anak-anak ada di rumah. Kehadiran mereka menghangatkan hati Ibu." Ibu itu mulai tersenyum kembali. Ia merasa nyaman dengan visualisasi tersebut.

"Sekarang, bukalah mata Ibu." Si Ibu membuka matanya. "Apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat Ibu?" Si Ibu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Sejak saat itu, si Ibu tak pernah lagi mengeluhkan karpetnya yang kotor.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder dan John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming). Teknik tersebut dinamai reframing - bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita, sehingga sesuatu yang tadinya negatif dapat menjadi positif.

Beberapa contoh lain pengubahan sudut pandang: Saya bersyukur:

- untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton tv, karena itu berarti ia berada di rumah bukan di bar atau kafe.

- untuk tagihan pajak yang cukup besar, karena itu berarti saya ada pekerjaan dan memperoleh gaji yang tinggi.

- untuk rasa lelah di penghujung hari, karena itu berarti saya masih mampu bekerja keras.

- untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu berarti masih ada kebebasan berpendapat.

- untuk setiap permasalahan hidup yang saya alami, karena itu berarti Tuhan sedang membentuk dan menempa saya untuk menjadi lebih baik lagi.

(Dari: Buku 100 Inspiring Stories - Kisah-kisah Kehidupan yang Menginspirasi, Menghibur, dan Menyejukkan Jiwa Anda, karya Xavier Quentin Pranata. Penerbit Andi, Yogyakarta, 2012)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar