Cari Blog Ini

Sabtu, 01 November 2014

Suatu Hari di Tingkat 103

Langit agak mendung, suhu udara sekitar 20 derajat Celcius. Pada pukul 8.45 pagi, orang-orang yang bekerja dilantai 103 sedang menuang kopi, membenahi meja mereka, dan meninjau kembali janji-janji pertemuan hari Selasa itu. Ada yang bersenda gurau dengan rekan-rekan sekerja, yang lain memandang ke pelabuhan dari ketinggian gedung kantor mereka.

Satu menit kemudian, hal-hal tersebut tidak lagi berarti. Dua puluh lantai di bawahnya, pesawat Boeing 757 menabrak gedung, menyebabkan lantai 103 terputus, terperangkap, tak berdaya. Tetapi, belum mati.

Saat Anda memiliki waktu hanya 10 menit lagi untuk hidup di dunia ini, apa yang Anda pikirkan? Apa yang penting dalam detik-detik terakhir itu? Melihat kematian dari perspektif ini bukanlah hal yang tidak wajar; sebaliknya, bisa membantu kita melihat kehidupan.

Mereka yang bisa menemukan telepon, langsung menghubungi pasangan mereka untuk mengatakan, "Aku cinta kepadamu;" kepada anak-anak mereka untuk menyatakan, "Kamu sungguh berharga;" atau kepada orangtua mereka untuk mengatakan, "Terima kasih," yang terakhir kali. Tentu saja, mereka yang tengah berdiri di ambang dunia lain juga akan berpikir tentang Allah - tentang kebenaran, kekekalan, pembebasan, dan kasih karunia.

Pada waktu yang dramatis seperti itu, tiba-tiba manusia menyadari betapa berartinya prioritas-prioritas dalam kehidupan. Bila kita tidak bergerak untuk menetapkan hal-hal paling penting dalam hidup kita dan menjaganya, maka laju kehidupan yang kencang dengan beban berlebihan setiap hari akan membutakan kita terhadap prioritas-prioritas yang kekal. Kita baru menyadarinya pada saat berdiri di dekat jendela seperti di gedung bertingkat itu, dan mungkin disertai rasa penyesalan.

Perlambatlah laju kehidupan Anda. Seandainya Anda berada di tingkat 103, hal-hal apa yang Anda anggap penting? Lakukanlah hal itu. Buatlah ruang dalam kehidupan Anda untuk hal-hal yang paling berarti dalam hidup ini.

(Dari: Buku A Minute of Margin - Mengembalikan Keseimbangan kepada Hidup yang Sibuk, karya Richard A. Swenson, M.D. Penerbit CV Pionir Jaya, 2007) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar