Cari Blog Ini

Selasa, 06 November 2012

Ciri Pikiran

Pikiran dikondisikan oleh pengalaman masa lampau. Karena terkondisi, maka pikiran bekerja secara mekanis. Pikiran bereaksi terhadap tantangan dengan pola tertentu. Pikiran menamai, mengonseptualisasi, menilai, menafsir menurut keterkondisian memori. Karena memori terkondisi, maka pikiran terbatas. Karena terbatas, pikiran tidak menangkap fakta "apa adanya." Ketika pikiran bertemu pikiran, muncul konflik.

Pikiran menciptakan si aku atau diri. Diri rendah atau diri tinggi, diri palsu atau diri sejati tetaplah diri. Pikiran cenderung bergerak untuk mencari sesuatu yang lain atau sesuatu yang lebih. Pikiran dan objek-objek pikiran selalu berubah. 

Pikiran yang pada hakikatnya tidak permanen ini menciptakan si aku atau si pemikir permanen untuk menstabilkan dirinya. Si aku atau si pemikir ini sesungguhnya tidak berbeda dari pikiran.

Pikiran menciptakan dualitas dalam masalah-masalah kejiwaan. Ada objek-objek datang kepada batin. Namanya kemarahan, kesedihan, ketegangan. Itu semua adalah fakta. Pikiran yang bergerak menciptakan bukan fakta. Kemarahan adalah fakta. Tidak boleh marah adalah bukan fakta. Kesedihan adalah fakta. Bebas kesedihan bukanlah fakta. Ketegangan adalah fakta. Bebas ketegangan bukanlah fakta. 

Apa yang bukan fakta adalah ciptaan pikiran. Ketika pikiran disadari dan berhenti, apa yang bukan fakta itu tidak ada, dualitas tidak ada. Yang ada adalah fakta "apa adanya." Bisakah ketika melihat objek yang datang ke batin, gerak "apa yang seharusnya" itu dilihat dan dibiarkan berhenti, sehingga ada kejernihan melihat "apa adanya"?

Bisakah kita hidup, bergerak, dan ada bersama fakta? Apa saja yang datang kepada batin adalah "apa adanya." Ketika pikiran bergerak dan menciptakan "apa yang seharusnya," maka muncul dualitas. Ketika dualitas sudah muncul, konflik dan ketegangan terjadi.

Pikiran menciptakan kesadaran akan waktu psikologis. "Aku sekarang buruk, nanti aku akan menjadi baik." Upaya untuk menjadi baik atau tidak menjadi buruk membutuhkan waktu, konflik, pergulatan. Pikiran tidak bisa mengubah yang buruk menjadi baik, karena apa yang berlawanan masih mengandung lawannya. Waktu adalah pikiran dan setiap pikiran mendatangkan konflik. Perubahan yang mendasar tidak datang dari waktu, bukan dari pikiran, bukan dengan konflik. 

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 74-75, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar