Cari Blog Ini

Sabtu, 04 Juni 2011

Tidak Ada Diri di Luar Pikiran

Apa yang mucul dalam pikiran, ketika kita bertanya: apakah diri? Kebanyakan orang mengira, seolah ada entitas lain di luar pikiran, ada pemikir yang berpikir. Sesungguhnya tidak demikian. Mari kita lihat. Pikiran yang bergerak selalu menciptakan dualitas objek dan subjek, dualitas diri yang diamati dan diri yang mengamati, pikiran dan si pemikir. 


Sesungguhnya, si pemikir tidak beda dengan pikirannya, si pengamat tidak beda dengan yang diamatinya. Subjek yang mengamati atau si pengamat hanyalah ciptaan pikiran. Dengan adanya pengamatan total terhadap gerak-gerik batin, maka di sana tidak ada dualitas subjek dan objek.Ketika pikiran berhenti, tidak ada lagi subjek. Karena tidak ada subjek, maka objek yang diamati tidak perlu dinamai objek. Ia cukup disebut realitas apa adanya.

Diri tidak berbeda dari pikiran itu sendiri. Diri atau si aku ciptaan pikiran ini tidaklah nyata. Ia muncul ketika pikiran bergerak dan mengelabui pandangan terhadap realitas yang sesungguhnya. Diri atau si aku adalah nama lain dari onggokan ingatan, pengalaman, pengetahuan, kepercayaan, timbunan kesakitan, timbunan kenikmatan, keinginan, kemauan, dan seterusnya. Ia adalah seperti rumah aman yang dibangun di atas onggokan sampah ingatan, dipagari dinding-dinding pengalaman atau pengetahuan.

Melalui identifikasi diri, orang menemukan rasa aman atau rasa pasti. Aku mengidentifikasikan diri dengan pengetahuanku, pengalamanku, keinginanku, tubuhku, rumahku, uangku, pasangan hidupku, keluargaku, karyaku, kebaikanku, prestasiku, dan seterusnya. Dan bentuk identifikasi yang paling membuat aman adalah identifikasi si aku dengan Allahnya. 

Tidak ada diri di luar pikiran, di luar keinginan, di luar perasaan, di luar kehendak, di luar pengalaman, dan seterusnya. Ketika pikiran berakhir, diri juga berakhir.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar