Cari Blog Ini

Selasa, 07 Juni 2011

Ketergantungan

Kita semua saling tergantung satu sama lain. Kita tergantung pada tukang daging, tukang roti, dan sebagainya. Tidak apa-apa. Kita membentuk masyarakat dengan cara seperti itu dan kita membagi tugas yang berbeda-beda untuk orang yang berbeda demi kesejahteraan setiap orang. 

Tetapi, jika kita menggantungkan diri secara psikologis kepada orang lain - menggantungkan diri secara emosional kepada orang lain, apa akibatnya? Itu berarti, kebahagiaan kita tergantung pada orang lain. Bila Anda menggantungkan kebahagiaan Anda kepada orang lain, sadar atau tidak sadar, Anda menuntut orang lain melakukan sesuatu untuk kebahagiaan Anda. Akibat berikutnya, muncul rasa takut kehilangan, takut terasing, takut penolakan, saling menguasai.

Cinta sejati menyingkirkan rasa takut. Bila ada Cinta, maka tidak ada keharusan, tidak ada tuntutan, tidak ada ketergantungan. Saya tidak menuntut Anda berbuat sesuatu demi kebahagiaan saya. Saya sangat menikmati kebersamaan dengan Anda, tetapi saya tidak menggantungkan diri saya kepada Anda.

Yang benar-benar saya nikmati bukanlah diri Anda, melainkan sesuatu yang jauh lebih besar daripada diri saya dan diri Anda bersama-sama. Seperti orkestra yang memainkan suatu melodi melalui kehadiran Anda; bila suatu saat Anda pergi, orkestra itu tidak berhenti memainkan lagu. Bila saya bertemu dengan orang lain, orkestra itu akan memainkan melodi lain, yang juga menyenangkan. Dan bila saya seorang diri, orkestra itu tetap memainkan lagu. 

Kalau ilusi Anda lepas, akhirnya Anda akan bersentuhan dengan realitas. Percayalah, Anda tidak lagi mengalami ketergantungan dan tidak akan pernah kesepian. Kesepian tidak dapat diatasi dengan kehadiran orang lain. Kesepian hanya dapat diatasi dengan bersentuhan dengan realitas.

(Dari: Buku Awareness - Butir-Butir Mutiara Pencerahan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Gramedia, 1999)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar