Cari Blog Ini

Minggu, 19 April 2015

Pilihannya di Tangan Kita

Agustus 2002, aku menerima hadiah terbesar dalam hidupku ketika aku divonis menderita kanker otak tahap akhir dan akan meninggal dalam waktu 4-6 bulan. Aku baru 5 bulan menikah, karierku berjalan baik, dan teman-teman mencintaiku. Belum pernah aku sebahagia itu. 

Di tengah malam pada bulan Januari 2003, aku berjalan di tengah cuaca dingin, seorang diri dan merasa pahit. Aku bingung, selalu mual dan nyaris tak bisa berjalan, bahkan dengan bantuan tongkat.

Aku sangat marah pada situasiku: aku benci kankerku, diriku, para dokter, dan Tuhan. Apakah aku ditakdirkan untuk terpincang-pincang membusuk setiap hari menuju kuburan yang dingin?

Tiba-tiba, di tengah kekacauan, muncul suara ilhami dari seorang teman lama, W. Clement Stone, salah satu dari orang-orang yang pertama menulis tentang Sikap Mental Positif. Di benakku, aku bisa mendengar ia berkata seperti yang diulanginya ribuan kali, "Bagi mereka yang memiliki Sikap Mental Positif, setiap kejadian buruk mengandung benih manfaat yang setara atau lebih besar lagi."

Kata-katanya terus bergema di bagian otakku yang masih berfungsi. Jadi.... apa kemungkinannya bagiku? Hidup pada titik itu tidak menyediakan banyak pilihan bagus. Kenyataannya, satu dari dua hal ini akan terjadi: aku akan meninggal tak lama lagi, atau yang lebih sedikit kemungkinannya, aku akan hidup lama.

Jika aku menjadi sedih dan marah, aku akan menghabiskan beberapa bulan terakhir hidupku dalam kesedihan dan keterasingan, menciptakan neraka bagi orang-orang yang kucintai. Aku akan dikenang sebagai pria yang menyedihkan.

Di sisi lain, bagaimana kalau aku positif dan penuh harapan? Itu tak akan mengubah tanggal kematianku. Tetapi, aku akan menghabiskan bulan-bulan terakhir hidupku dengan bening, puas, damai, dan mencintai keluargaku. Aku akan meninggal sebagai pria yang bahagia dan dikenang sebagai jiwa berani yang menghadapi kematian dengan besar hati.

Lalu, bagaimana jika aku tetap hidup? Aku tak punya alasan untuk menjadi pahit. Mengapa menyia-nyiakan berbulan-bulan hidupku dengan mengeluhkan akhir yang belum tentu dekat?

Aku mempunyai semua alasan untuk bersikap positif terhadap kondisiku. Di titik itulah, di saat itu juga, aku berhenti sekarat dan mulai hidup. Aku mulai menceritakan kepada setiap orang yang kujumpai bahwa kanker otak adalah hal terbesar yang pernah terjadi dalam hidupku.

Setahun silam, aku mengetahui kanker otakku telah kembali. Sekarang, pengobatannya lebih maju. Para dokter memutuskan melakukan kemoterapi untuk waktu tak terbatas. Berita ini bahkan menjadikanku lebih positif lagi.

Bagaimana denganmu? Kau akan mengalami hal-hal yang baik dan buruk dalam hidup. Terkadang hidup memberi kita keuntungan besar, terkadang mengoyak kita. Apa yang terjadi pada kita tetap akan terjadi, dan kita hanya punya dua cara untuk meresponsnya: menjadi positif dan bahagia atau negatif dan bersedih.

Kabar gembiranya: pilihannya di tangan kita! Kita yang memutuskan seberapa bahagianya kita di setiap hari dalam hidup kita, di setiap peristiwa hidup, terlepas dari kapan, apa, dan siapa. 

Hari ini, buatlah keputusanmu untuk hidup, bukan untuk mati. Untuk menjadi positif, bukan negatif. Kau tak perlu mengalami tragedi seperti aku untuk menemukannya. Hiduplah setiap hari, setiap menit, setiap detik dari hidup kita. (Tom Schumm)

(Dari: Buku  Chicken Soup for the Soul - Think Positive, karya Jack Canfield, Mark Victor Hansen, Amy Newmark. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar