Cari Blog Ini

Rabu, 08 Februari 2012

Batin sebagai Jangkar Meditasi

Tanya: Apa yang mesti dilakukan selama bermeditasi tanpa objek?

Jawab: Kita menjaga agar kesadaran bekerja dari saat ke saat. Sadar akan gerak tubuh dan gerak batin, sadar akan objek-objek di luar yang tercerap oleh indra, dan objek-objek di dalam batin. 

Setiap objek datang ke batin secara alamiah untuk membantu kita menyadari batin. Jadi, yang penting bukan objeknya, tetapi batin yang bereaksi dan berhubungan dengan objeknya.

Bisakah pada saat objek datang kepada batin, ada kesadaran tentang batin sekaligus objeknya? Ketika objek datang kepada batin, muncullah pikiran, perasaan, keinginan, ketakutan, harapan, dan seterusnya tentang objek tersebut. Batin yang bereaksi terhadap objek yang datang ini oleh orang awam dalam meditasi disebut sebagai diri, aku, pemikir, pengontrol, pengendali. 

Bisakah Anda melihat bahwa si aku atau si pemikir tak berbeda dari pikiran? Sadarilah pikiran sebagai pikiran, bukan pikiranku. Perasaan sebagai perasaan, bukan perasaanku. Keinginan sebagai keinginan, bukan keinginanku. Pikiran, perasaan, keinginan adalah batin.

Tidak ada batinku. Batin adalah batin. Tidak ada entitas lain di luar batin. Kalau Anda melihat batin sekaligus objeknya atau melihat objek melalui batin, tanpa entitas lain di luar batin sebagai pusat, maka Anda sudah berada di titik batin yang sadar. Dalam batin yang sadar, tidak ada si aku atau entitas lain yang berhubungan dengan objek.

Selama bermeditasi, ambillah batin sebagai jangkar kesadaran. Dalam meditasi tanpa objek, batin adalah jangkarnya. Tetapi, jangkar yang dimaksud di sini bukan sebagai objek meditasi, bukan objek konsentrasi, melainkan sebagai ruang gerak bagi kesadaran untuk bekerja. 

(Dari: Buku Titik Hening- Meditasi Tanpa Objek, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar