Cari Blog Ini

Minggu, 04 Oktober 2015

Suara Penuh Kasih

"Apa maksudmu, kamu tidak perlu mengikuti peraturan?" tanya Rick kepada putrinya Heather, dengan nada tak percaya.

"Temanku, Shelly, bilang kami tidak harus mengikuti peraturan," jawab Heather. "Temanmu itu salah. Kamu harus mengikuti peraturan!" kata Rick lagi. "Tidak, aku tidak mau," sanggah Heather. "Kamu harus!" Rick menegaskan.

Perdebatan itu terus berlanjut beberapa menit, sampai Jane - istri Rick - masuk ke kamar putri mereka dan dengan tenang berkata, "Rick, apakah kamu sadar kamu berdebat dengan anak berumur tiga tahun?" Kemudian ia berpaling kepada Heather sambil bertanya, "Kamu tahu apa arti peraturan?"

"Tidak," jawab Heather. "Ketika kamu akan masuk ke kelas, kamu dan Shelly berbaris. Itu salah satu contoh peraturan. Kamu tentu akan mengikutinya bukan?," sang ibu menjelaskan. "Ya," ujar Heather.

Jane lalu meninggalkan kamar Heather, diikuti Rick. "Agaknya aku tadi terlalu terbawa perasaan," gumam Rick sambil tersipu kepada istrinya.

Sangat mudah untuk terbawa perasaan. Jika kita tidak hati-hati, kita bisa mendapati diri kita terlibat dalam konflik dengan orang lain, tanpa pernah tahu alasan sebenarnya. 

Pertengkaran dalam keluarga sering kali terjadi seperti itu. Alasan kebenciannya sudah lama terlupakan, namun permusuhannya berlanjut dari generasi ke generasi. 

Melanjutkan konflik semacam itu tanpa berusaha memahami satu sama lain, sama bodohnya seperti Rick yang berdebat dengan putrinya yang berumur tiga tahun. Dibutuhkan suara penuh kasih seperti Jane, ibu Heather, untuk menenangkan suasana. Kita pun dapat menjadi suara yang membawa kerukunan.

(Dari: Buku Nikmatilah Fajar Menyingsing bersama Allah, editor Daru Susilowati. Penerbit Gospel Press, 2002)    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar