Cari Blog Ini

Senin, 16 April 2012

Antara Mati dan Hidup

Selama perang saudara di Amerika, Presiden Lincoln memiliki sekretaris seorang pria yang bertubuh tegap dan atletis. Pada zaman itu, di kantor, sekretaris hanya memegang pen atau pensil.

Pria tersebut tidak senang dengan pekerjaannya. Dia ingin bertugas di tempat pertempuran. Dia ingin pergi ke sana dan membuat hal-hal besar bagi negaranya. Dia sungguh-sungguh bersedia mati, bila memang diminta.

Sekretaris itu terus-menerus mengeluh kepada Presiden Lincoln tentang pekerjaannya yang seperti pekerjaan kaum wanita, padahal dia bisa berseragam dan menghadapi musuh.

Setelah sering mendengar keluhan yang terlontar dari sekretarisnya, suatu hari Presiden Lincoln memandang pria itu, seraya mengelus jenggotnya ia berkata, "Anak muda, saya memang melihat engkau sungguh-sungguh bersedia mati untuk negaramu, tetapi kamu tidak bersedia hidup baginya."

(Dari: Buku 1500 Cerita Bermakna jilid ke-1, karya Frank Mihalic, SVD. Penerbit Obor, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar