Cari Blog Ini

Minggu, 08 Mei 2011

Konflik Memboroskan Energi


Kebanyakan orang menganggap konflik sebagai hal biasa. Itu terjadi di keluarga, dunia politik, bisnis, organisasi agama, pada relasi antarpribadi, dan seterusnya. Betapa pun orang mudah mentolerir adanya konflik, setiap konflik sesungguhnya merusak dan menghambur-hamburkan energi. Tidak ada sesuatu yang baik dibangun dengan konflik. 

Untuk mengatasi konflik dibutuhkan energi yang luar biasa banyak. Setiap konflik yang dicoba untuk diatasi, menciptakan konflik baru. Maka, setiap daya upaya untuk mengatasi konflik  juga membuang energi. Karena itu, konflik dan upaya untuk mengatasi konflik sama-sama merupakan pemborosan energi.

Bisakah pemborosan energi ini berhenti? Konflik mungkin bisa berhenti kalau ada perhatian total atas konflik tersebut, tanpa daya upaya mengatasi konflik. Dengan menyadari setiap konflik adalah pemborosan energi, kita mengumpulkan energi kembali untuk menghadapi kenyataan apa adanya.

Orang yang bebas dari konflik memiliki energi yang begitu besar. Energi ini sangat berguna untuk menghadapi masalah praktis-teknologis dalam kehidupan sehari-hari. Persoalannya adalah kebanyakan dari kita hanya memiliki energi yang tipis, sebab banyak energi sudah terkuras atau terbuang sia-sia karena konflik-konflik yang kita alami.

Energi batin yang bebas dari konflik juga sangat berguna untuk melakukan eksplorasi lebih dalam terhadap kehidupan atau realitas. Batin yang bebas dari konflik adalah batin yang dalam, mekar, penuh energi. Batin seperti ini mungkin mampu menembus keterbatasan diri.

(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar