Cari Blog Ini

Rabu, 09 Desember 2015

Sakit Gigi

Ketika itu aku sakit gigi. Siang hari, tidak apa-apa. Tetapi di dalam ketenangan malam, ketika para dokter gigi sudah tidur dan toko obat tutup, ia mulai sakit.

Suatu hari, ketika aku semakin tidak sabaran, aku pergi ke dokter gigi dan menyuruhnya mencabut gigi terkutuk itu, yang membuatku nelangsa dan tidak bisa tidur karena mengubah keheningan malamku menjadi erangan dan amukan.

Sang dokter gigi menggelengkan kepalanya dan berkata, "Adalah bodoh mencabut gigi yang dapat diobati."

Lalu ia mulai membor sisi-sisi gigi dan membersihkan celah-celahnya. Ia menggunakan setiap sarana yang ada untuk memulihkan dan membebaskan gigi dari kerusakan. Setelah selesai membor, ia isi gigi itu dengan emas murni dan berkata dengan sombong, "Gigimu yang rusak sekarang lebih kuat dan lebih mantap daripada gigi-gigimu yang lain." Aku percaya kepadanya dan kubayar, lalu pulang.

Tetapi belum satu minggu, gigi itu kembali sakit. Siksaannya mengubah nyanyian-nyanyian indah jiwaku menjadi ratapan dan derita. 

Aku pergi ke dokter gigi lain dan berkata kepadanya, "Cabutlah gigi ini tanpa banyak tanya, sebab orang yang menderita tidak sama dengan orang yang menghitung penderitaannya."

Mematuhiku, dokter gigi itu mencabut gigiku. Sambil mengamatinya, ia berkata, "Untung engkau minta gigi rusak ini dicabut."

Di dalam mulut Masyarakat ada banyak gigi yang rusak, sampai ke tulang rahang. Tetapi Masyarakat tidak berupaya mencabutnya dan menyingkirkan derita yang diakibatkannya. Ia mencukupkan diri dengan tambalan emas. Banyak dokter gigi yang merawat gigi Masyarakat yang sakit dengan emas berkilau.

Banyak yang tunduk kepada rayuan reforman seperti itu. Kepedihan, penyakit, dan maut menjadi nasib mereka....

Kunjungilah pengadilan-pengadilannya dan saksikanlah perbuatan para pemberi keadilan yang bengkok dan bejat. Lihatlah bagaimana mereka bermain dengan pikiran rakyat yang sederhana seperti kucing bermain dengan tikus.

Kunjungilah rumah-rumah orang kaya yang diwarnai kesombongan, kepalsuan, dan kemunafikan.

Tetapi jangan lupa juga mampir di gubuk-gubuk orang miskin, di mana ketakutan, ketidaktahuan, dan kepengecutan, tinggal.

Lalu kunjungilah para dokter gigi yang kebas jari-jemarinya, para pemilik instrumen yang pelik, plester gigi serta pembius, yang menghabiskan hari-hari mereka menambal gigi-gigi bangsa ini untuk menutupi kerusakannya....

Kalau engkau sarankan "dicabut," mereka akan menertawakanmu sebab engkau belum belajar seni kedokteran gigi yang mulia, yang menutupi penyakit. 

Seandainya engkau bersikeras, mereka akan menghindarimu, dan berkata kepada diri sendiri: "Banyak idealis di dunia ini, mimpi-mimpi mereka lemah."

(Dikutip dari buku Renungan dan Meditasi, karya Kahlil Gibran. Penerbit Classic Press, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar