Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juli 2013

Tahu Cukup


Ada seorang pedagang kecil yang pandai membuat tahu dan menjualnya. Tahunya terkenal lezat, dalam setengah hari saja semua tahu terjual habis. Setelah makan malam bersama keluarga, ia duduk santai di halaman rumah sambil memainkan rebab. Ia menikmati hidupnya yang dirasa cukup.

Suatu hari datang seorang yang punya modal. Pedagang kecil itu ingin memperbesar usahanya. Ia tergoda dan bermimpi menjadi orang kaya. Setelah modal ditambah, skala produksi tahu jadi lebih besar dan karyawan lebih banyak.

Sekarang pedagang tahu itu jadi sibuk siang dan malam, mengatur produksi dan mengelola keuangan perusahaannya. Sejak itu, para tetangga tak lagi mendengar suara rebabnya. Hidupnya penuh kesibukan dan ketegangan. Tak ada sisa waktu untuk bersantai di halaman rumah.

Kemudian, ia memutuskan untuk mengembalikan seluruh uang kepada si penanam modal. Ia kembali memproduksi tahu dalam skala kecil seperti sebelumnya. Malam hari, tetangga-tetangga mulai mendengar suara rebabnya lagi. Inilah contoh orang yang tahu cukup, hidupnya bahagia.

Orang yang menjadi budak nafsu keinginan adalah orang yang selalu dihantui perasaan serba tidak cukup. Hidupnya gelisah. Bila keinginannya tidak tercapai, orang itu menjadi frustasi, kecewa, dan menderita. Sedangkan orang yang tahu batas adalah orang yang tahu arti kata cukup dan tidak lagi dikuasai nafsu keinginan.    

Lao Zi berkata, "Tidak ada bencana yang lebih besar daripada merasa diri belum cukup. Tidak ada bahaya yang lebih besar daripada keserakahan. Karena itu, orang yang merasa sudah cukup, selamanya berkecukupan." 

(Dari: Buku The Ancient Chinese Wisdom - Bebas dari Nafsu Keinginan Baru Bisa Hidup Tenang, karya Andri Wang. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar