Cari Blog Ini

Sabtu, 08 Desember 2012

Menyadari Luka Batin

Batin kita dikondisikan oleh banyak hal, termasuk oleh pengalaman-pengalaman pahit di masa lalu. Luka-luka itu masih terus kita bawa sampai sekarang dan memengaruhi cara kita hidup dan berelasi. Keinginan untuk mengubah, untuk menerima atau merangkul luka batin, adalah juga bentuk lain dari pengkondisian.

Anda tidak bisa bebas dari keterkondisian batin, bebas dari luka-luka batin hanya dengan membangun niat untuk menerima atau merangkulnya. Anda tidak memahami fakta keterkondisian dan luka-luka itu pada lapis-lapis yang paling halus. 

Bisakah Anda duduk diam, belajar melihat pikiran Anda dan membiarkan pikiran berhenti seluruhnya? Bukankah ketika pikiran berhenti, "diri" juga tidak ada? Kalau "diri" tidak ada, apakah ada suatu entitas yang terluka? 

Diamlah dan lihatlah fakta keterkondisian dan luka-luka batin Anda, tanpa menolak atau menerima, tanpa keinginan sesuatu terjadi atau tidak terjadi dalam batin Anda. Duduk dan diamlah dari saat ke saat tanpa mencari hasil apa pun.

(Dari: Buku Titik Hening - Meditasi Tanpa Objek hal. 29-31, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar