Diamlah sejenak. Renungkan semua kelekatan yang telah memenjarakan Anda selama ini. Pikirkan hal dan orang yang konkret, bukan yang abstrak...
Setelah kelekatan itu berhasil mencengkeram Anda, Anda mulai sepanjang waktu berusaha sekuat tenaga untuk mengubah dunia sekitar, agar Anda bisa mendapatkan dan mempertahankan objek keterikatan itu. Tugas yang betul-betul melelahkan, sehingga Anda tak mempunyai energi cukup untuk memikirkan urusan lain.
Anda tidak dapat menikmati hidup sepenuhnya. Untuk beberapa saat, dunia memang mengikuti kemauan Anda. Anda mengalami kegembiraan sesaat yang sama sekali bukan kebahagiaan sejati. Kegembiraan itu dibarengi ketakutan bahwa suatu saat, semuanya yang sudah Anda dapatkan dengan susah payah itu, akan lepas dari tangan Anda dan membuat Anda kecewa.
Demikianlah, Anda dibebani kelekatan, namun Anda berusaha keras mencapai kebahagiaan justru dengan memegang beban itu erat-erat. Tragisnya, itulah satu-satunya metode mencapai kebahagiaan yang diajarkan. Hampir tak ada orang yang diberitahu tentang kebenaran ini: untuk menjadi sungguh-sungguh bahagia, satu-satunya yang perlu Anda lakukan ialah melepaskan kelekatan-kelekatan itu.
Melepaskan kelekatan sungguh menggembirakan, apabila sarana yang Anda gunakan bukan kehendak atau penolakan diri, melainkan visi atau penglihatan Anda sendiri. Yang perlu Anda lakukan ialah membuka mata dan melihat bahwa Anda sama sekali tidak membutuhkan objek kelekatan tersebut.
Kelekatan bukan kenyataan. Kelekatan adalah keyakinan dan fantasi di dalam kepala Anda yang terbentuk melalui proses pemrograman. Bila fantasi itu tidak ada, Anda tak akan terlekat. Anda akan mencintai segala sesuatu, tetapi kini - dengan hilangnya keyakinan dan fantasi itu - Anda akan menikmatinya dengan dasar ketidaklekatan.
(Dari: Buku Dipanggil untuk Mencinta - Kumpulan Renungan, karya Anthony de Mello, S.J. Penerbit Kanisius, 1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar