Ada seorang raja yang sangat senang berburu. Suatu hari, saat berburu, jarinya terluka. Raja begitu gelisah dan bertanya kepada tabib tua yang merawatnya, "Apakah jariku bakal baik atau buruk?" Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" (Baik? Buruk? Siapa yang tahu?)
Beberapa hari kemudian, jari itu terinfeksi, menjadi bengkak. "Apa yang akan terjadi? Apakah aku akan baik-baik saja?" tanya raja. Tabibnya menjawab, "Good? Bad? Who knows?" Jelas, ucapan tabib itu tidak mengesankan bagi raja. Lukanya semakin parah, hingga tabib harus memotong jarinya yang terinfeksi.Raja sangat marah dan menjebloskan tabibnya ke penjara, karena tak bisa menyelamatkan jarinya.
Setelah luka di tangannya sembuh, raja kembali berburu. Ia mengejar buruannya sampai ke pelosok rimba, terpisah dari rombongan. Ia ditangkap suku penghuni rimba yang akan mengorbankannya kepada dewa mereka. Raja sangat ketakutan. Tetapi, mereka batal mengorbankan raja karena jari tangannya kurang satu!
Suku rimba itu berkata, "Kamu tidak sempurna untuk dijadikan korban persembahan." Raja itu dibebaskan. Kini ia malah merasa beruntung karena kehilangan satu jarinya. Setiba di istana, ia menemui tabib di penjara dan berkata, "Menakjubkan! Memang aku kehilangan jariku, tetapi siapa yang tahu ini baik atau buruk? Ternyata, ini baik bagiku. Terima kasih. Aku membebaskanmu!"
Makna kisah itu adalah... baik atau buruk, siapa yang tahu? Jika suami Anda meninggalkan Anda karena perempuan lain... Good? Bad? Who knows? Anda tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Anda kehilangan rumah Anda: Good? Bad? Who knows?
Hal yang menakjubkan mengenai hidup adalah hidup ini begitu tidak pasti. Kita tak tahu apa yang akan terjadi berikutnya. Namun, terhadap semua hal yang terjadi dalam hidup, kita bisa memiliki hubungan yang baik terhadapnya, bersikap ramah, dan menerimanya. Kita tidak menyalahkan kehidupan, marah atau sedih pada hidup, sebab... Good? Bad? Who knows?
Ketika pacar saya mencampakkan saya, rasanya sangat menderita. Namun kini saya dapat berkata, "Terima kasih banyak. Karena jika kamu tidak mencampakkanku, aku sudah menikah denganmu, punya anak, lalu cerai, dengan banyak cicilan dan tagihan."
Bagaimana Anda bisa begitu marah dan kritis terhadap hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginan Anda? Ini adalah falsafah indah mengenai kehidupan. Anda tidak menjadi negatif sama sekali terhadap hidup, namun... Good? Bad? Who knows?
(Dari: Buku Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya 2! - 108 (Lagi!) Cerita Pembuka Pintu Hati, karya Ajahn Brahm. Penerbit Awareness Publication, 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar