Ada anggapan, orang mengalami damai kalau tidak ada konflik, perang, pertentangan, kekerasan, teror, kemiskinan, kerapuhan, kegagalan, kejahatan, dan perubahan. Orang mudah lari dari medan konflik, pertentangan, dan perubahan; lalu mencari kedamaian di tempat lain. Berbagai cara dilakukan, agar orang bisa lari dari kenyataan.
Padahal, kalau orang merasa damai karena lari dari medan konflik, maka kedamaian itu semu belaka. Kegelisahan tetap datang seperti teror. Sebagian orang lari kepada Tuhan. Mereka menghabiskan banyak waktu dalam doa untuk memohon kedamaian. Namun, tidak sedikit orang tetap merasa kering dan gelisah.
Mengapa orang tetap tidak damai? Orang membiarkan dirinya hidup dikendalikan oleh pikiran dan emosinya. Pikiran dan emosi itu seperti monyet. Ia terus bergerak, berubah-ubah, datang dan pergi tiada henti.
Anda bagaikan sebuah rumah. Monyet-monyet berupa pikiran dan emosi datang dan pergi di rumah Anda. Ketika Anda lama pergi, Anda tidak sadar rumah Anda didatangi ribuan monyet. Lihatlah, apa yang terjadi! Ribuan monyet makan, minum, tidur, mandi, dan membuang kotoran di situ. Mereka loncat ke sini, loncat ke sana. Terus bergerak. Merusak semua yang ada. Seluruh isi rumah diacak-acak. Semua jadi kacau, kotor, dan bau.
Diri Sejati Anda yang tinggal di rumah Anda dan tersamar di situ, di tengah-tengah ribuan monyet yang tak bisa diam, memanggil Anda pulang. Dalam keheningan, ia terus berteriak: “Ayo pulang, pulang, pulang…! Aku sangat merindukanmu!”
Ketika pulang, Anda mendapati rumah Anda kacau-balau. Namun, saat mulai menapakkan kaki di lantai rumah Anda, Anda sadar sepenuhnya akan apa yang sedang berlangsung: ribuan monyet itu satu demi satu ngeloyor pergi dengan sendirinya.
Setiap kali ada monyet datang, Anda sadar ada monyet datang. Setiap kali ada monyet pergi, Anda sadar ada monyet pergi. Kini Anda mendapati rumah yang tenang. Anda pelan-pelan mengambil sapu untuk membersihkan yang kotor dan bau, serta menata kembali semua yang kacau. Setelah selesai, Anda mengalami kesukaan dan damai. Di sanalah, Anda bertemu dengan Diri Sejati dan Tuhan Anda.
Kedamaian ditemukan bukan di rumah orang lain, tetapi di rumah Anda sendiri. Pulang ke rumah berarti kembali menguasai tubuh fisik, pikiran, perasaan, reaksi mental, dan kesadaran Anda.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar