Dahulu kala, di kalangan pemuda Indian ada kebiasaan mengasingkan diri dalam kesunyian di tempat-tempat terpencil. Kebiasaan ini dinamakan pencarian visi, yang bertujuan menyiapkan diri mereka menyongsong masa dewasa.
Seorang pemuda berjalan kaki ke lembah yang indah dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga. Di sana ia berpantang dan berdoa. Ketika ia memandang gunung-gunung yang mengelilinginya, ia memerhatikan satu puncak gunung tinggi yang tertutup salju.
"Saya ingin menguji diri dengan menakhlukkan gunung itu," katanya. Ia mulai mendaki gunung dan berhasil mencapai puncak. Dari atas sana ia dapat memandang alam sekitar tanpa halangan apa pun.
Tak lama kemudian, ia mendengar gemerisik dedaunan di dekat kakinya. Ketika memandang ke bawah, ia melihat seekor ular sedang merayap. Ia bersiap lari, tetapi ular itu berkata, "Saya hampir mati. Terlalu dingin bagi saya di sini. Taruhlah saya di balik bajumu, agar saya menjadi hangat dan bawalah saya turun ke lembah."
Pemuda itu menolak. "Saya tahu siapa engkau, ular berbisa. Saya sudah diingatkan, engkau berbahaya," katanya. Tetapi ular sangat licik. Ia membujuk pemuda dengan keindahan kulitnya yang menawan. Akhirnya, pemuda itu menaruh ular di balik bajunya dan membawanya turun ke lembah. Di sana ia meletakkan ular dengan lemah-lembut di atas rumput.
Ular lalu meliuk-liuk dan menggigit kaki pemuda itu. "Engkau telah berjanji...," teriak sang pemuda. "Engkau sudah tahu siapa saya, ketika engkau mengangkat saya," jawab ular sambil merayap pergi.
Ketika kita tergoda oleh berbagai godaan, ingatlah akan kata-kata sang ular, "Engkau sudah tahu siapa saya, ketika engkau mengangkat saya."
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bijak - 100 Cerita Bijak jilid ke-3, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar