Seorang ibu dengan bayi dalam dekapan datang mengajukan sebuah pertanyaan: Berbicaralah kepada kami tentang anak keturunan.
Jawab sang Guru:
Anakmu bukan milikmu.
Mereka adalah putra-putri Sang Hidup, yang rindu pada diri sendiri.
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau.
Mereka ada padamu, tetapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu,
tetapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak untuk jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi, sekali pun dalam impian.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kau adalah busur dan anak-anakmu adalah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Mahatahu sasaran bidikan keabadian,
Dia merentangmu dalam kekuasaanNya,
hingga anak panah itu melesat, jauh dan cepat.
Meliuklah dengan sukacita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak panah yang melesat laksana kilat,
seperti dikasihiNya pula busur yang mantap.
(Dari: Buku Sang Nabi, karya Kahlil Gibran. Penerbit Pustaka Jaya, 1995)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar