Banyak orang mencari Allah jauh di luar. Mereka melakukan peziarahan rohani ke berbagai tempat, berdoa dengan khusuk di tempat-tempat ibadah. Mereka mencari guru-guru spiritual yang bisa memuaskan keinginan mereka. Dengan berziarah dan berdoa, mereka bisa mengalami perasaan dekat dengan Allah.
Namun begitu ke luar dari tempat ibadah, kembali dari peziarahan, mereka lupa di mana Allah mereka. Hidup kembali didera konflik dan penderitaan harian. Orang tetap saja dengan enak terlibat praktik korupsi, pemiskinan, kekerasan, pelecehan, ketidakadilan, perusakan lingkungan, dan seterusnya. Tuhan hanya hidup di tempat-tempat ibadah, tempat doa dan ziarah. Di luar itu semua, Tuhan berada jauh dari tengah kehidupan manusia yang penuh konflik dan kekerasan.
Tuhan yang dicari di luar diri, tidak cukup mampu mengubah wajah manusia, masyarakat, dan lingkungan hidup. Pencarian akan Tuhan di luar sesungguhnya merupakan pelarian diri dari berbagai konflik kehidupan. Pencarian semacam itu justru semakin mengasingkan diri dari sejatinya diri.
Hubungan manusia dengan Tuhan sebenarnya begitu dekat satu sama lain. Seperti kesatuan antara es dengan air, begitulah kesatuan antara manusia dengan Tuhan. Anda tidak bisa meminum es yang bebas air. Air adalah substansi dari es. Tuhan adalah Jati Diri manusia, tak terpisahkan.
Kesatuan manusia dengan Tuhan melampaui batas ruang dan waktu. Kalau orang merasa jauh dari Tuhan, itu hanyalah produk dari pikiran. Pikiran manusia inilah yang membuat jarak dan pemisahan. Semua itu bergerak dalam ruang dan waktu. Namun yang sesungguhnya nyata adalah Tuhan tak terpisah dari manusia. Kalau orang tidak menyadarinya, itu persoalan lain.
Hidup dengan Kesadaran Murni akan membuat pertemuan dengan Tuhan di dalam. Kalau orang hidup dalam keadaan sadar terus-menerus, barangkali ia tahu apa artinya kepenuhan hidup. Kepenuhan hidup tersebut bisa dialami sekarang, bukan merupakan akumulasi pencapaian olah spiritual setelah sekian lama. Saat ini pula, kalau Kesadaran Murni mekar dalam diri Anda, Anda mungkin mengalami kepenuhan hidup.
(Dari: Buku Revolusi Batin adalah Revolusi Sosial, karya J. Sudrijanta, S.J. Penerbit Kanisius, 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar