Seorang pengusaha sangat kaya meninggal dan menyerahkan tanah miliknya ke universitas tempat ia pernah menekuni studi. Tetapi, dalam surat wasiatnya ada perintah kepada para pengelola universitas untuk memberikan kepada putra tunggalnya bagian yang mereka kehendaki.
Para pengelola universitas menafsirkan isi surat wasiat itu berarti, putra pengusaha hanya berhak mendapatkan apa yang mereka putuskan untuk diberikan kepadanya. Tanah tersebut bernilai US$ 300.000. Maka, para pengelola universitas kemudian memutuskan, mereka akan memberikan US$ 10.000 kepada putra pengusaha.
Ketika keputusan mereka diumumkan, pengacara yang bertanggung jawab atas surat wasiat itu menyampaikan kepada para pengelola universitas bahwa mereka salah mengartikan istilah “bagian yang mereka kehendaki.”
Surat wasiat itu mengatakan, sang putra akan memperoleh berapa pun bagian yang mereka kehendaki. Jika para pengelola universitas memutuskan bagian yang mereka kehendaki adalah US$ 290.000, maka jumlah itulah yang sebenarnya didapatkan oleh putra pengusaha. Sifat mementingkan diri sendiri telah menjadi bumerang bagi mereka.
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna – 100 Cerita Bijak jilid ke-4, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar