Penyanyi tenor termasyhur di dunia, Luciano Pavarotti, mengenang, “Ketika saya masih kanak-kanak, ayah saya seorang tukang roti, memperkenalkan saya pada pesona sebuah lagu. Ia memaksa saya berlatih sangat keras demi mengembangkan suara saya. Arrigo Pola, penyanyi tenor profesional di kampung saya, menjadikan saya sebagai murid. Saya juga mendaftarkan diri di lembaga pendidikan tinggi keguruan. Ketika hampir selesai, saya bertanya kepada ayah, apakah saya sebaiknya menjadi guru atau penyanyi?
Ayah saya menjawab, jika saya berusaha duduk di dua kursi, maka saya akan jatuh di antara keduanya. Untuk hidup, saya harus memilih, saya hanya dapat duduk di satu kursi. Akhirnya saya memilih salah satu. Sebelum tampil profesional untuk pertama kali, selama tujuh tahun saya harus belajar dan frustasi. Tujuh tahun berikutnya saya harus belajar lagi untuk bisa tampil di Opera Metropolit.
Kini saya yakin, entah belajar menjadi tukang batu atau menulis buku – apa pun yang kita pilih – kita harus mengabdikan diri pada pilihan kita. Komitmen, itulah kuncinya. Pilihlah satu kursi.”
(Dari: Buku Rangkaian Kisah Bermakna – 100 Cerita Bijak jilid ke-6, karya Brian Cavanaugh, T.O.R. Penerbit Obor, 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar